Nasehat: Shalatlah Wahai Sahabatku!

Nasehatku kepadamu hendaklah kamu senantiasa mendirikan shalat dan menjaga shalat-shalatmu pada waktunya. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang dapat melindungimu dari siksa Allah subhaanahu wata’ala. Ia tidak dapat menanggung dosamu, tidak pula dapat berbantahan dengan Allah subhaanahu wata’ala dalam rangka membelamu, juga tidak dapat menolak siksaNya bila menimpamu, hartamu tidak bermanfaat bagimu, tidak pula anak-anakmu, kedudukanmu tidak akan bertahan lama bersamamu, demikian pula masa mudamu. Kamu akan menyesali keteledoranmu pada hari di mana penyesalan tiada lagi berguna. Mati akan menyergapmu secara tiba-tiba disaat kamu lengah darinya. Karena itu, ambillah perbekalanmu, renungi masalahmu dan ambil pelajaran dari para pendahulumu.

Ketahuilah, bahwa hal pertama yang kelak dipertanyakan kepada seorang hamba di hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka setelahnya ditanya tentang zakat, puasa dan haji. Jika shalatnya ditolak, tidak sesuatu pun dari kebaikan yang akan ditanyakan setelahnya, sekalipun ia membayar zakat, berpuasa dan melaksanakan haji. Ketahuilah, bahwa siapa yang meninggalkan kewajiban shalat secara sengaja, maka jaminan dan tanggungan Allah subhaanahu wata’ala dan RasulNya terlepas darinya.

Berhati-hatilah, jangan sampai kamu termasuk orang-orang Islam gadungan yang hanya shalat dalam satu waktu sementara di waktu-waktu lainnya dia meninggalkannya. Juga jangan sampai kamu termasuk orang-orang munafik yang bila mendirikan shalat bermalas-malasan, minta dilihat orang lain (berbuat riya’) dan tidak mengingat Allah subhaanahu wata’ala kecuali hanya sedikit.

Berhati-hatilah, jangan sampai setan menguasai lisanmu sebagaimana menguasai lisan-lisan kebanyakan kaum Muslimin gadungan yang mengatakan, ‘Yang menjadi tolok ukur bukan shalat, tetapi kejernihan hati dan tidak menipu orang lain’. Mereka mengklaim tidak pernah menyakiti seorang pun sekalipun tidak pernah shalat. Demi Allah, mereka itu dusta! Mereka bahkan telah menyakiti Allah subhaanahu wata’ala, RasulNya dan orang-orang beriman.

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (57) وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

 

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 57-58).

Bentuk menyakiti Allah subhaanahu wata’ala macam apalagi yang lebih besar daripada berbuat maksiat terhadapNya? Bentuk menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi yang lebih besar daripada menentangnya? Bentuk menyakiti orang-orang beriman macam apalagi yang lebih besar daripada melecehkan agama mereka dan mengikuti selain jalan mereka?

Bila kamu melihat sekelompok orang melakukan shalat namun mereka melakukan perbuatan maksiat, maka ketahuilah, bahwa mereka tidaklah terjaga dari melakukan kekeliruan. Kemaksiatan yang mereka lakukan tidak ada kaitannya dengan shalat mereka. Kamu tidaklah dalam posisi sebagai pemberi sanksi kepada mereka maupun mewakili mereka. Percayalah, bahwa suatu hari mereka akan jera dengan tingkah laku buruk mereka. Jadilah kamu lebih baik daripada mereka, panutan dan pemberi nasehat bagi mereka. Jadilah kamu termasuk orang-orang yang shalatnya mencegahnya dari kemungkaran dan janganlah termasuk orang yang shalatnya tidak membuatnya selain makin jauh dari Allah subhaanahu wata’ala.

Shalatlah, jika kamu berakal. Demi Allah, orang yang berakal sehat, tidak akan pernah meninggalkan shalat. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu menjadi orang-orang yang tidak menggunakan akal dan panca indera dalam hal yang bermanfaat, bahkan justru mengikuti hawa nafsu dan setan! Sesungguhnya Allah subhaanahu wata’ala mengecam dan mencela kelalaian mereka dengan firmanNya,

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179).

Shalatlah, jika kamu orang yang merdeka dan terhormat! Janganlah mengikuti orang-orang yang keluar dari agama (murtad) dan janganlah terperdaya dengan banyaknya jumlah orang-orang yang celaka.

Shalatlah, jika kamu termasuk orang yang pandai mengingat jasa baik dan berterimakasih atas perbuatan baik.

Shalatlah, jika kamu tulus dalam keislamanmu dan janganlah perbuatanmu bertentangan dengan perkataanmu sehingga kamu termasuk orang-orang munafik.

Shalatlah, jika kamu mencintai dirimu agar kelak selamat dari adzab yang pedih. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu membangkang dan berlarut-larut di atas kesalahanmu sehingga setan mempecundangimu, lalu membuatmu lupa mengingat Allah subhaanahu wata’ala, sehingga kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Shalatlah, jika kamu seorang yang berbakti kepada kedua orang-tua agar Allah subhaanahu wata’ala menerima doamu dan permintaan ampunanmu untuk keduanya.

Shalatlah, jika kamu mencintai anak-anakmu dan jadilah teladan yang baik bagi mereka. Bagaimana mungkin kamu bercita-cita menumbuh kembangkan mereka di atas Islam jika kamu sendiri tidak mempraktekkannya? Apakah kamu rela melihat mereka kelak terbolak-balik di api neraka?

Shalatlah, jika kamu setia kepada isterimu, menginginkan kebaikan untuknya dan berharap keselamatan baginya. Tidakkah kamu melihatnya shalat sekalipun kamu tidak shalat? Apakah kamu merasa terhormat bila ia menjadi wanita yang shalih dan bertakwa sementara kamu hidup bersamanya sebagai seorang yang durhaka? Bagaimana ia bisa percaya terhadap kesetiaanmu, jika kamu sendiri tidak pernah setia terhadap kedua orang-tua dan anak-anakmu?

Shalatlah, jika kamu tulus mengabdi kepada negerimu. Orang yang tidak dapat diharapkan kebaikannya bagi agamanya, tidak akan mungkin dapat diharapkan kebaikannya untuk negerinya. Bagaimana Allah subhaanahu wata’ala akan menjaga negeri-negeri bilamana penduduknya berbuat maksiat kepadaNya dan mengingkari nikmat-nikmatNya? Tidaklah orang-orang Yahudi dapat menguasai mereka melainkan karena mereka meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan keji dan mungkar?

Shalatlah, jika kamu mencintai Allah subhaanahu wata’ala. Sebab orang yang mencintai tidak akan merasa bahagia kecuali dengan berbisik berdua dengan yang dia cintai. Karena itu, hendaklah shalatmu menjadi bagian dari bisikan (munajat)mu.

Shalatlah, jika kamu takut kepada Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Besar sebab Dia telah mengancam orang yang tidak mendirikan shalat dengan memasukkannya ke dalam api neraka. Sedangkan kamu, wahai orang yang patut dikasihani, tidak dapat menahan panasnya matahari, maka apalagi menahan panas api neraka? Api di dunia merupakan satu bagian dari tiga puluh bagian api di akhirat, sedang api di akhirat berwarna hitam legam. Manusia yang terjerumus ke dalam api Neraka memerlukan waktu tujuh puluh tahun hingga mencapai dasarnya.

Apakah menyenangkanmu, wahai sahabatku, pada hari Kiamat kelak dikatakan, “Kamu termasuk orang-orang yang berbuat kejahatan karena tidak shalat?” Apakah menyenangkanmu bila Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Pembalas mengatakan kepada para malaikat yang bengis,

خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (30) ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ (31) ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ (32)

“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. Al-Haqqah: 30-32).

Bukankah kamu sepakat denganku bahwa meninggalkan shalat adalah perbuatan maksiat? Lalu, kenapa kamu meninggalkannya? Apakah kamu memiliki jaminan dari Allah subhaanahu wata’ala bahwa Dia akan mengampunimu? Tidakkah kamu mendengar pesan Allah kepada RasulNya, Artinya, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai Rabbku’.”? (QS. Al-An’aam: 15).

Apakah kamu lebih mulia di hadapan Allah subhaanahu wata’ala ataukah RasulNya? Bila Rasul-Nya menurut pandanganmu lebih mulia -dan inilah yang benar-, maka mengapa dia bisa takut kepada Rabbnya sedang kamu tidak?

Wahai sahabatku, andaikata seorang polisi mengancammu, pastilah kamu amat memperhitungkannya. Andaikata seorang gubernur mengancammu, pastilah kamu tidak dapat memejamkan mata saking takutnya. Andaikata penguasa tertinggi di negeri mengancammu, pastilah punggungmu akan terputus saking takut dan cemasnya kamu. Nah, bagaimana bila yang mengancammu itu adalah Dzat Yang Maha Pembalas Lagi Perkasa, kemana kamu akan pergi dan siapa yang akan menyelamatkanmu dariNya?

Apakah penyesalan dan tangismu dapat menyelamatkanmu bila telah berhadapan langsung dengan api neraka? Manfaat mana yang dapat kamu kumpulkan di dalam kehidupan dunia ini untuk menyongsong kehidupan akhirat bila kamu tidak shalat? Apa kerugian yang kamu alami bila shalat? Mana di antara dua hal yang paling kamu sukai: bersama orang-orang yang bahagia di surga atau bersama orang-orang yang sengsara di neraka?

Shalatlah, karena sesungguhnya kamu butuh pada (pertolongan) Allah subhaanahu wata’ala Yang Maha Agung. Kenalilah Allah subhaanahu wata’ala di saat engkau dalam kondisi mudah, niscaya Dia akan mengenalmu di saat engkau dalam kondisi sulit.

Shalatlah, dan janganlah kamu menjadi seorang Muslim keturunan yang mengklaim berafiliasi pada Islam padahal Islam berlepas diri darimu. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu menjadi alat pendongkel yang menghancurkan dan merobohkan Islam. Berbanggalah dengan keislamanmu seperti kebanggaan sang penyair,

# Islam adalah ayahku, tidak ada ayah bagiku selainnya

# Disaat pada Qais atau pun Tamim mereka berbangga

Shalatlah, pasti kamu menjadi pelindung bagi saudara-saudaramu sesama Muslim yang baik. Kamu menyebabkan jumlah mereka banyak, memperkuat mereka, mengalahkan musuh mereka, mengurangi jumlah orang-orang munafik.

Shalatlah, pasti kamu membuat ridha Sang Maha Pengasih, membuat jengkel setan dan mementahkan tipu daya para penipu.

Shalatlah, sebab shalat adalah cahaya yang dapat menghilangkan gelapnya kesesatan dan kebatilan, menanamkan petunjuk dan kebenaran ke dalam hati, menyinari gelapnya kuburmu dan bergemerlapan pada dahimu dengan terang benderang pada hari Kiamat.

Shalatlah, sebab shalat merupakan faktor paling besar yang dapat menghalangimu dari melakukan maksiat dan belenggu paling keras bagi setan dan hawa nafsu.

Shalatlah, sebab perkara hisab (perhitungan amal perbuatan) amatlah sulit, sedang yang berwenang melakukan hisab adalah Maha Kuasa. Ketahuilah, bahwa bila binatang ternak melihat kesengsaraan-kesengsaraan dan prahara-prahara yang disediakan bagi manusia pada hari Kiamat kelak, pastilah akan mengatakan, “Wahai sekalian manusia, segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kami seperti kalian. Surga tidak kami harapkan dan siksaan pun tidak kami takutkan.” Sementara pelaku kejahatan pada hari itu berangan-angan kiranya menjadi debu.

Sebagai penutup, shalatlah wahai saudaraku sesama Muslim! Aku melaksanakan shalat dan mengharapkan kebaikan bagimu sama seperti halnya mengharapkannya untuk diriku selama kamu adalah saudaraku sesama Muslim.

Shalatlah sebagai ungkapan ketaatan kepada Allah subhaanahu wata’ala Yang berfirman,

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى

“Peliharalah segala Shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wusthaa (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.” (QS. Al-Baqarah: 238).

Dan juga karena rasa khawatir kelak dikumpulkan dalam kelompok orang-orang kafir. Sebab telah diriwayatkan sebuah hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

اَلْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَ كَهَا فَقَدْ كَفَرَ.

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang-orang munafik) adalah shalat; siapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir.” (HR. at-Tirmidzi).

Shalatlah! Sebab aku, demi Allah Yang tiada tuhan -yang berhak disembah- selain Dia, adalah termasuk orang-orang yang menginginkan kebaikan bagimu.

Semoga Allah subhaanahu wata’ala menjadikanku dan kamu termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti (pesan) yang paling baik darinya.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *