Nahi Mungkar Sufyan bin Uyainah rahimahullah

Beliau adalah Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran Maymun Al-hilali, yang kunyahnya adalah Abu Muhammad Al-Hilali Al-Kufiy Al-Makkiy.(1) dan beliau sering juga disebut dengan sebutan Ibnu Uyainah.

Beliau lahir di Kufah pada tahun 107 H (2)

Pujian para ulama kepada beliau

Imam Syafii rahimahullah berkata, “kalau bukan karena keberadaan Imam Malik dan Sufyan bin Uyainah niscaya ilmu di Hijaz sudah punah.”

Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata, “Ibnu Uyainah adalah orang yang paling tahu tentang hadits di Hijaz.”

Abdullah bin Wahb rahimahullah berkata, “saya tidak tahu orang yang lebih alim tentang tafsir Al-Qur’an daripada Ibnu Uyainah.

 Kisah Ibnu Uyainah dalam membantah Ahlul Bid’ah

Akidah umat adalah hal pertama yang harus dijaga dan dibentengi oleh para ulama dari segala hal yang mengkeruhkan dan menyesatkannya, jika tidak maka kesesatan-kesesatan akan mudah menyerap dan merusak aqidah umat islam yang murni serta membawanya jauh dari yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karenanya ketika suatu paham yang sesat menyusup kedalam tubuh umat islam, wajib bagi para ulama untuk nahi mungkar dan meluruskannya dan tidak boleh diam, karena para ulama bagaikan pagar yang selalu menjaga umat islam dari pemahaman-pemahaman yang menyesatkan.

Di zaman Sufyan Ibnu Uyainah tersebarlah paham mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an makhluk, mereka mengatakan demikian dengan bersandarkan kepada beberapa ayat yang mereka pahami secara salah, salah satu gembong mu’tazilah yang paling terkenal saat itu adalah Bisyr Al-Mirrisiy. Ketika mereka bersuara di tengah-tengah kaum muslimin bahwa Al-Qur’an makhluk dan dikemudian hari mereka didukung oleh khalifah yang berkuasa disaat itu (Al-Ma’mun, Al—Mu’tashim, & Al-Watsiq), muncullah sekelompok ulama ahlussunnah yang nahi mungkar dengan membantah perkataan mereka dengan menjelaskan kebenaran kepada ummat bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah dan bukan makhluk, dan diantara mereka adalah Sufyan Ibnu Uyainah rahimahullah.

Al-Ajuriy menyebutkan bahwa Said bin Nushair Al-Washithiy berkata, “saya pernah mendengar Ibnu Uyainah bertanya: apa yang dikatakan oleh Bisyr Al-Mirrisiy?, maka mereka menjawab: dia mengatakan bahwasanya Al-Qur’an makhluk, Ibnu Uyainah menjawab: ia telah berdusta, karena Allah telah berfirman: أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ (ingatlah yang menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah ‘QS. Al-A’raf: 54) dalam ayat ini yang dimaksud الخلق adalah ciptaan Allah dan yang dimaksud dengan الأمر adalah Al-Qur’an.” (3)

Ini menunjukkan akan kedalaman ilmu Ibnu Uyainah dan kejelian beliau dalam memahami ayat Al-Qur’an serta kemarahan beliau terhadap akidah umat islam yang dinodai oleh kelompok mu’tazilah yang memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang dangkal.

Imam Adz-Dzahabie rahimahullah menceritakan dalam kitab ‘Siyar A’lamun Nubala’ bahwa seseorang mengabarkan kepada Ibnu Uyainah bahwa Bisyr Al-Mirrisiy berkata, “di hari kiamat nanti Allah tidak bisa dilihat,” maka Sufyan ibnu Uyainah menjawab, “semoga Allah memeranginya, tidakkah kita mendengar firman Allah: كَلاَّ إِنَّهُم عَنْ رَبِّهِم يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُوْنَ (Sekali-kali tidak, sesunggguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari tuhan mereka QS. Al-Muthaffifiin 15) jika Allah menutup dirinya dari penglihatan orang-orang shaleh dan musuh-musuh Allah, maka apa bedanya antara orang-orang shaleh dan musuh-musuh Allah?.? (4)

Orang-orang mu’tazilah berkeyakinan bahwa Allah tidak bisa dilihat didunia maupun di akhirat karena jika bisa dilihat berarti akan serupa dengan makhluq, sedang akidah ahlussunnah wal jama’ah meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat didunia namun bisa dilihat di akhirat oleh orang-orang shaleh sebagai puncak kenikmatan bagi mereka setelah kenikmatan surga. Dan ini bersandarkan kepada nash-nash dari Al-Qur’an maupun hadits yang menyatakan demikian dan tidak harus melazimkan penyerupaan dengan makhluq. Oleh karena itu Sufyan Ibnu Uyainah membantah Bisyr Al-Marrisiy seorang gembong mu’tazilah yang mengatakan bahwa Allah tidak dapat dilihat di hari kiamat.

Dari sini kita dapat mengambil teladan dari Imam Sufyan Ibnu Uyainah yang memperjuangkan kebenaran demi menjaga akidah umat dan tidak berdiam diri tatkala ada kesesatan yang menyusup kedalam tubuh umat islam. Khususnya di Indonesia dimanan aliran-aliran sesat dan pemikiran-pemikiran liar tumbuh menjamur dimana-mana. Allahul Musta’an

Wafat Beliau

Imam Sufyan bin Uyainah wafat pada tahun 198 H (5)

_________________________________________

(1) Siyar A’lamin Nubala’ (454/8)

(2) Siyar A’lamin Nubala’ (355/8)

(3) Asy-Syari’ah karya Al-Ajuriy (1/504)

(4) Siyar A’lamin Nubala’ (8/468)

(5) Tahdzibut—Tahdzib (4/122)

 

Penulis : Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *