Mukmin Tak Berputus Asa!

Ketika musibah datang menghampiri tak kunjung usai, ketika doa-doa angkat bala tak urung terlihat kan segera memperoleh jawabnya, disini iman sedang memainkan perannya; apakah iman yang kuat hingga memberi ketegaran kah? atau iman rapuh yang tak berguna hingga malah menambah rasa derita dihati?

Inilah saat-saat dimana seorang mukmin takkan kehilangan harapannya, tetap terus memanjatkan doa-doa, bersabar tak pernah berfikir untuk berputus asa, meski bala kian menjadi-jadi, meski keadaan tak lagi terkendali.

Tapi bagaimana sebenarnya ia bisa setenang itu? Bisa tetap percaya pada doa-doanya? kenapa? ya! karena ia tahu betul hikmah dibalik semua ini, bahwa apapun yang terjadi tetaplah Allah Ta’ala yang lebih tahu apa yang terbaik baginya saat ini.

Dan karena memang bisa jadi juga sebenarnya Allah hanya sedang menguji khusus kesabaran dan keimanannya, karena sejatinya musibah dari Allah itu bagi seorang mukmin bukanlah sebuah bentuk hukuman maupun adzab namun hanyalah sebuah ujian semata, menguji sejauh apa batas kesabarannya, sedalam apa iman itu menghujam didalam hatinya dan seberapa besar rasa ketergantungannya kepada Allah Ta’ala.

Maka barangsiapa yang beranggapan bahwa doa itu wajib segera dikabulkan dan ia menggerutu dan mengeluh jika doanya telat atau tak kunjung dikabulkan, maka sungguh sebenarnya orang yang seperti ini adalah hamba yang lemah imannya, mengapa? karena bagaimana bisa dia merasa wajib atas Allah untuk segera mengabulkan permintaannya? seakan-akan ia sedang menuntut hak atau upah dari Allah atas apa yang ia kerjakan, lupakah ia bahwasanya dirinya hanyalah seorang hamba, dan seorang hamba tiada memiliki hak untuk menuntut-nuntut sesuatu.

Tidak kah pernah ia mendengar kisah Nabi Ya’kub yang kehilangan anak kesayangannya Yusuf ‘Alaihissalaam, yang belum lagi habis tangisnya akan Yusuf, Bunyamin pun ikut menghilang darinya, Duhai apakah Nabi Ya’kub hilang harapannya sudah? Menyalahkan takdir? tidak! boleh saja ia bertahun-tahun lamanya ia menangis meratapi keadaan ini, namun tetap ia percaya akan kebijaksanaan Rabbnya seraya berkata:

“…عسى الله أن ياتيني بهم جميعاً إنه هو العليم الحكيم”

“….suatu saat pasti Allah akan mengembalikan keduanya padaku, karena sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Potongan ayat 83 dari Surat Yusuf)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun dengan tegas mengatakan dalam sabdanya yang diriwayatkan Abu Hurairah:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “لا يزال يستجاب للعبد ، ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم ، ما لم يستعجل ، قيل : يا رسول الله ما  الاستعجال ؟ قال يقول : قد دعوت ، وقد دعوت ، فلم أر يستجاب لي ، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء”

 Doa itu senantiasa kan dikabulkan selama ia tak membarenginya dengan perbuatan dosa seperti memutus tali silaturrahim, dan tidak tergesa-gesa, maka beliaupun ditanya apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa itu wahai Rasulullah? Beliau pun menjawab: “yaitu perkataan: aku sudah terus berdoa dan berdoa namun tetap saja tak kulihat doaku dikabulkan, ia terus menggerutu hingga kemudian tak pernah berdoa lagi. (HR MUSLIM)

 

Engkau lihat wahai saudaraku bagaimana tercelanya perbuatan seperti ini? tak beradab kepada-Nya. sesungguhnya tak pantas untuk merasa bahwa musibah terus-terusan menerpa, menggerutu dan tak ridho atas ketetapan-Nya. memang sesungguhnya engkau sedang ditimpa cobaan, namun hakikatnya jika mau mengubah sudut pandang maka sebenarnya kau sedang beribadah kepada-Nya dengan sabarmu, daripada memilih menggerutu kemudian berputus asa.

Rahmat Allah itu luas! Lazimi doa dengan terus mengupayakan yang terbaik dari keadaan yang ada, karena hasil takkan mengkhianati usaha!

Allahu Akbar!

Penulis: Muhammad Hadhrami Bin Ibrahim

Sumber: disadur ulang dari Kitab Shaid Al Khathir karya Ibnu Al Jauzy bagian 327 hal 433

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *