Menyiapkan Jiwa dan Raga Untuk Ramadhan

Ada sebuah petuah dari Bangsa Arab:

(ما تكرر تقرر)

“Apa-apa yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan”.
Dan semakna juga dengan pepatah:
“Lancar kaji karena diulang”.

Ramadhan bulan puasa dan shalat tarawih, yang artinya di siang hari kita akan menahan lapar dan haus, dan di malam harinya kita akan beribadah lebih ekstra.

Kedua ibadah ini dengan keagungan yang berada di dalamnya jika dipandang secara zahir menuntut tenaga ekstra, bayangkan selama 30 hari kita akan menjalankan aktivitas diluar rumah seperti bekerja dan sebagainya dengan perut kosong, dan kemudian di malam harinya kita akan shalat dengan berdiri lebih lama dari biasanya, yang demikian jelas butuh kesiapan fisik yang lebih, maka setiap kita harus mulai melatihnya dari sekarang juga.

Sekarang pertanyaannya, dengan apa membiasakan raga?
Jawabannya yang pertama dengan puasa sunnah, selain sebagai ibadah yang memiliki nilai pahala besar, puasa sunnah juga sekaligus dapat dijadikan wasilah untuk melatih ketahanan fisik. Untuk nilai ibadahnya, disebutkan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لا يَصُوْمُ عَبْدٌ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ الله. إلا بَاعَدَ اللهُ، بِذَلِكَ اليَوْمِ، وَجْهَهُ عَنِ النَارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً.

“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka (dengan puasa itu) sejauh 70 tahun jarak perjalanan.” (HR. Bukhari Muslim dan yang lainnya)

Kemudian shalat malam dan witir, sebagian ulama menyebutkan bahwa pada bulan Ramadhan, kedudukan shalat tahajud digantikan oleh keberadaan shalat terawih, maka bagi yang ingin memaksimalkan ibadah shalat terawih dengan khusyuk, hendaklah ia memperbanyak shalat malam dari saat ini juga, dan shalat malam jelas memiliki keagungan, Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam hari bershalat ta-hajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengang-katmu ke tempat yang terpuji.” [Al-Israa’/17: 79]

Setelah di atas kita membahas pentingnya mempersiapkan fisik, namun perlu dicatat, bahwa raga bukan segalanya, dan karena yang menggerakkan adalah jiwa yang ada dalam raga tersebut, maka kita dapati banyak orang yang tinggal di sekitaran masjid, namun mereka tidak menjaga shalatnya, dan sebaliknya, banyak anak muda yang bertubuh kekar kuat mendaki gunung dan menyebrangi lautan, namun mereka tidak kuat untuk bangun shalat subuh berjamaah di masjid.
Maka yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya mendidik jiwa agar menyukai ibadah dan merasakan nikmatnya? Jawabannya yang pertama adalah selalu meminta taufik dari Allah Ta’ala, karena Dia lah yang menggerakkan dan membolak-balikkan hati, sehingga menjadi kuatlah beribadah meski orang itu cacat fisiknya, dan bermalas-malasan lah orang yang tidak diberikan taufik oleh Allah Ta’ala meski mereka memiliki fisik yang sempurna dan sehat wal afiat.
Yang kedua, teruslah berupaya berbuat baik dan melaksanakan ibadah meski masih jatuh bangun dalam kesalahan dan kemaksiatan, karena kebiasaan baik jika dirutinkan maka ia akan mengalahkan kebiasaan buruk dan terpatri kedalam jiwa.
Nabi Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda:

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ [رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.“ (Riwayat Turmuzi, dia berkata, “haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *