Pada dasarnya seorang muslim tidak akan sengaja melakukan maksiat. Seandainya dia melakukan maksiat, tidak boleh memberitakannya kepada orang lain dan harus ditutupi. Hal ini bertujuan supaya orang lain tidak mengikutinya, terutama keluarganya, sehingga ia menanggung beban dosa mereka. Begitu pula agar Allah tidak menimpakan hukuman baginya, pendamping hidup, dan keluarganya.
Adakala keluarga akan berantakan dan rusak disebabkan hal itu. Di sampaing itu, bagi pelaku maksiat harus segera mungkin bertaubat dari kemaksiatannya. Dia tidak boleh rela dengan adanya kebiasaan maksiat di rumah maupun masyarakat. Allah ta’ala menjelasakan hukuman bagi orang yang terang-terangan melakukan maksiat :
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.(Qs. al-Ankabut : 40)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
اِجْتَنِبُوا هَذِهِ الْقَاذُوْرَاتِ الَّتِي نَهَى اللهُ تَعَالَى عَنْهَا فَمَنْ أَلَمَّ بِشَيْءٍ مِنْهَا فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اللهِ وَلْيَتُبْ إِلَى اللهِ
Jahuilah keburukan-keburukan yang Allah ta’ala larang, siapa yang melakukan sesuatu darinya, maka hendaklah menutupinya dengan tabir Allah dan bertaubat kepada Allah. “ (Shahih al-Jami’)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
كُلُّ أَمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْه.
Setiap ummatku dimaafkan kecuali orang-orang yang terang-terangan. Termasuk terang-terangan adalah seseorang mengerrjakan sesuatu pada malam hari dan Allah telah menutupinya, kemudian pada pagi harinya dia berkata,’Wahai fulan, tadi malam aku melakukan ini itu.’ Pada malam hari Rabbnya menutupinya sedang pada pagi hari dia telah menyingkap tabir Allah darinya.” (Shahih al-Bukhari)
Memberitakan kemaksiatan adalah menganggap rendah pandangan Allah ta’ala, dan meremehkan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya. Termasuk merendahkan orang-orang shaleh dan anggota masyarakat. Di sisi lain ini mengandung ajakan untuk tersebarnya maksiat dan kemungkaran di tengah-tengah masyarakat. Ini adalah perkara paling buruk baik bagi si pelaku maksiat maupun masyarakat umum. Inilah target setan dan kroni-kroninya yang senang dengan tersebarnya maksiat dan kekejian di tengah-tengah masyarakat.
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 262)
Amar Abdullah bin Syakir