Menurut para ulama, tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati kecuali ziarah kubur. Terutama ketika hati itu mulai mengeras, maka hendaklah orang yang berhati keras tersebut mengobatinya dengan tiga perkara :
Pertama, membebaskan kekerasan hatinya dengan cara menghadiri berbagai majlis ilmu yang memberikan nasehat, peringatan, dan motivasi, serta kisah-kisah Orang-orang Shaleh terdahulu. Sebab, semua itu dapat melunakkan hati dan mengobatinya.
Kedua, mengingat kematian. Dengan mengingat kematian, Ia memperbanyak mengingat penghancur kelezatan, pemisah komunitas, serta yang membuat yatim anak laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan bahwa seorang wanita mengadu kepada ‘Aisyah tentang kekerasan hatinya, maka ‘Aisyah berkata kepadanya, “Perbanyaklah mengingat kematian, maka itu akan melunakkan hatimu”. Lalu perempuan tersebut melakukan hal itu, sehingga hatinya menjadi lembut. Kemudian dia datang untuk mengucapkan terima kasihnya kepada ‘Aisyah. Menurut para ulama, mengingat kematian itu dapat menghalangi seseorang dari kemaksiatan.
Ketiga, menyaksikan orang yang sedang sekarat. Dengan memandang mayit dan menyaksikan sekaratnya serta merenungkan gambarannya setelah kematiannya, dapat memutuskan kelezatan dari jiwa, membuang kesenangan dari jiwa, mencegah kelopak mata dari tidur dan badan dari situasi santai, memotivasi untuk beramal, dan memacu kesungguhan.
Diriwayatkan, bahwa al-hasan al-Bashri menjenguk seseorang yang sedang sakit dan mendapatinya sedang sekarat, lalu dia melihat kesulitannya dan kedahsyatannnya apa yang dialaminya. Kemudian dia pulang kepada keluarganya dengan roman muka yang berbeda dengan saat dia keluar. Mereka mengatakan, “Makanlah, semoga Allah merahmatimu”. Dia mengatakan, “wahai keluargaku, silakan kalian makan dan minum. Demi Allah aku melihat peristiwa kematian yang aku akan senantiasa beramal untuknya hingga berjumpa dengannya.”
Inilah ketiga perkara yang sepatutnya dilakukan oleh orang yang keras hatinya dan kerap melakukan dosa, untuk mengobati penyakitnya dan mengatasi godaan setan berikut kesesatannya. Jika dia memanfaatkannya, maka itu keberuntungannya. Sebaliknya, jika itu berat untuk dilakukannya, maka hatinya berkarat dan dorongan-dorongan dosa mendominasinya. Menziarahi kubur orang-orang yang telah mati dapat lebih mendorong hal itu, yang tidak dicapai oleh orang yang pertama, kedua dan ketiga. Karena itu, Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda:
“Ziaralah kubur, sebab itu mengingatkan kematian dan akhirat serta menjadikan zuhud.”
Sumber :
Dinukil oleh Abu Umair dari, at-Tadzkirah Fii Ahwali al-Mauta, Imam al-Qurthubi, (Edisi Bahasa Indonesia : Buku Pintar Alam Akhirat 1, penerjemah : Ahmad Syaikhu, SAg), hal. 23-24, Penerbut : Darul Haq, Jakarta, dengan pemberian judul oleh penukil
Penulis: Amar Abdullah
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet