Ada tipe istri yang menjadi fitnah bagi suami, di mana ia menghalangi suami untuk mengupayakan nilai-nilai luhur. Jika seorang suami hendak membantu orang tuanya, ia tidak menyukainya bahkan menolaknya.
Ia pun berusaha agar suaminya tidak jadi melakukannya. Dan masih banyak bentuk nilai luhur lainnya yang tidak jarang ketika seorang suami bermaksud melakukannya ternyata sang istri tidak menyukainya, bahkan menghalang-halanginya bak seorang musuh yang menghalangi lawannya. Maha Benar Allah di dalam firmanNya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ [التغابن : 14]
Kurang Membantu Suami dalam Kebaikan dan KetakwaanHai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka… (Qs. At-Taghabun : 14)
Kurang Membantu Suami dalam Kebaikan dan KetakwaanKeluhan tentang godaan istri adalah fenomena klasik. Sering terjadi seorang istri membelokkan suami yang memiliki ambisi besar dari meraih impiannya. Berapa banyak orang besar dan patriot yang mengeluhkan masalah ini. Simak saja penuturan salah seorang dari mereka menjelaskan akibat buruk yang ia rasakan karena memperturutkan syahwat istri :
Aku turuti semua keinginan istriku, sampai-sampai aku laksana hamba sahaya baginya
Namun bila aku pergi meninggalkannya, ia memeluk, mencium atau melacurkan diri (Uyun al-Ahbar, I : 243)
Karenanya, tidak pantas bila seorang istri muslimah menjadi batu penghalang di jalan suami, menghalangi langkahnya untuk taat kepada Allah, bersegera dalam menunaikan kebaikan atau berlomba untuk menuju pintu-pintu kemuliaan. Bahkan, seharusnya ia membantu suami mewujudkan semua itu, sebagai pemenuhan perintah Allah :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ [المائدة : 2]
Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Qs. Al-Maidah : 2)
Ia bisa melakukannya dengan menunaikan tanggung jawab pekerjaan rumah, memperhatikan pendidik anak, atau mengorbankan sedikit waktu istirahatnya. Semua itu menjadi bukti kebijaksanaan pikirannya, kekuatan agamanya dan kemuliaan akhlaknya. Bahkan, kesuksesan suami pada hakikatnya adalah kesuksesan istri itu sendiri. Karenanya, terdapat ungkapan, “ Di belakang setiap orang besar ada seorang perempuan”.
Terakhir, tentu tidak hilang dari pikiran Anda wahai istri, bahwa tindakan suami istri yang saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan memiliki pengaruh besar dan dampak positif bagi mereka sendiri maupun bagi keluarga mereka sekarang dan yang akan datang. Pengaruhnya di waktu sekarang, bahwa merebaknya spirit ini di dalam rumah menjadi sebab turunnya rahmat, terwujudnya ketenangan dan kesinambungan cinta. Spirit tersebut juga berdampak pada keshalehan anak-anak, kecintaan mereka kepada Allah, pengagungan mereka terhadap syariat-syariatNya, serta ringannya mereka menunaikan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sedangkan pengaruh di waktu mendatang bahwa keshalehan orang tua akan membekas pada diri anak-anak. Lihat saja Khidzir ‘alaihissalam, ketika membangun kembali dinding yang sudah roboh dengan suka rela, ia berkata,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا [الكهف : 82]
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih… (Qs. Al-Kahfi : 82)
Selanjutnya, bila suami istri meninggalkan dunia dalam kondisi iman dan takwa, niscaya Allah akan mengumpulkan mereka berdua di SurgaNya, dan mereka akan mendapatkan manfaat dari doa anak-anak mereka yang shaleh.
Wallahu a’lam
Sumber :
Dinukil secara ringkas dari, “ Min Akhtha-i Zaujaat”, Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, hal. 42-48 dengan sedikit gubahan.
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,