Mengapa Istiqamah ? (Bagian 2)

Mengapa Istiqamah ?

**

Pada bagian pertama tulisan ini telah disebutkan  beberapa alasannya, yaitu,

1-Karena, beristiqamah merupakan bentuk memenuhi seruan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىdan Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.

2-Karena, beristiqamah sesuai fitrah yang selamat yang telah Allah ciptakan pada diri manusia.

3-Karena, beristiqamah selaras dengan akal sehat yang Allahسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah karuniakan kepadamu.

 

Saudaraku…

Berikut adalah beberapa alasan yang lainnya.

 

4-Karena beristiqamah selaras dengan alam semesta di sekitar Anda.

Alam seluruhnya istiqamah terhadap perintah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىَ-; buminya, langitnya, gunungnya, lautnya, sungainya, binatangnya, pohon-pohonnya, bintang-bintangnya. Alam seluruhnya merupakan hamba Allah, taat kepada tuannya, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ  [الحج : 18]

Tidakkah engkau mengetahui bahwa bersujud kepada Allah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi, juga matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, hewan melata, dan kebanyakan manusia? Akan tetapi, banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Siapa yang dihinakan Allah tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. (al-Hajj : 18)

Maka, renungkanlah -wahai saudaraku- keadaan alam di sekitarmu, semuanya sujud kepada Allah, menyembah penciptanya dan yang mengaturnya, matahari sujud, bulan sujud, langit sujud, gunung-gunung sujud, bintang melata dan pepohonan serta sungai semuanya istiqamah, menyembah Allah, bertasbih mensucikan-Nya,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا  [الإسراء : 44]

Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (al-Isra : 44)

 

5-Karena, beristiqamah merupakan pengimplementasian hikmah dan tujuan dari diciptakannya manusia.

Maka, jika Anda mengajukan pertanyaan kepada siapa pun orangnya, baik laki-laki atau pun wanita, untuk apa anda diciptakan ? niscaya ia akan memberikan jawaban kepada Anda tanpa ragu, ‘Aku diciptakan untuk beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ  [الذاريات : 56]

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (adz-dzariyat : 56)

 

Saudaraku…

Persoalannya,  bahwa banyak orang lalai dari tujuan ini atau melupakannya, maka ia asyik dalam buaian kehidupan, tenggelam dalam lautan syahwat dan hawa nafsu, angan-angan kosong senantiasa berada disekitar pandangan matanya, terbuai oleh mimpi-mimpi duniawi semata, sehingga ia tidak dapat melihat dibalik itu, maka terus saja ia tenggelam dalam lautan angan-angan, ia mencari jalan keluar dari keadaan yang tengah ia berada, namun tidak ada jalan keluar kecuali dengan mewujudkan tujuan itu. Maka, ulangilah pertanyaan itu berkali-kali ‘untuk apa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menciptakan aku ? Ketika itu, niscaya kakimu akan menginjak permulaan jalan yang benar, dengan izin Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

 

6-Karena, beristiqamah merupakan sebab untuk mendapatkan keuntungan berupa memperoleh gelar ‘kewalian’ di sisi Allahسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

ألَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64) [يونس : 62 – 64]

Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (ketetapan dan janji) Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung. (Yunus : 62-64)

Syaikhul Islam-رَحِمَهُ اللهُ-pernah ditanya dengan pertanyaan ini ‘Siapakah mereka wali-wali Allah itu ? Beliau pun menjawab, ‘Barang siapa beriman, bertakwa, maka ia menjadi wali Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.’

Alangkah beruntungnya orang yang istiqamah terhadap perintah Allah, ia beruntung dengan memperoleh kewalian dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Bahkan, perkaranya sampai kepada bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengkabarkan kepada Jibril tentang kecintaan diri-Nya kepada hamba tersebut. Bahkan, memerintahkan para malaikat-Nya untuk mencintai orang yang istiqamah dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-pun menurunkan untuknya penerimaan di bumi. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -bersabda,

إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia berseru kepada Jibril,  ‘sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia.’ Maka, Jibril mencintainya. Lalu, Jibril berseru di kalangan penduduk langit ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah oleh kalian si fulan.’ Maka, penduduk langit pun mencintai si fulan itu. Kemudian, diletakkan untuknya penerimaan di bumi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Saudaraku tercinta…

Apakah engkau mau menjadi seorang hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang istiqamah di atas perintah-Nya, sehingga engkau beruntung dengan mendapat karamah yang sangat besar ? sebagaimana kata syaikhul Islam,

أَعْظَمُ الْكَرَامَةِ لُزُوْمُ اْلِاسْتِقَامَةِ

Karamah yang paling agung adalah melazimi istiqamah.

 

Wallahu A’lam

 

Bersambung, insya Allah.

 

 

Sumber :

Limaadzaa al-Istiqamah ?, Sya-i’ bin Muhammad al-Ghabaisyi. Dengan ringkasan.  

 

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *