Mendikte Suami Tiada Henti
Di antara kenyataan yang tak perlu diperdebatkan adalah kelihaian wanita menciptakan siasat dan menyebar tipuan, hingga ia menjadi pioner seni tipu-menipu. Wanita selalu memiliki alasan dan selalu mendapatkan cara. Aku berfikir, selagi Allah telah memberi wanita kemampuan luar biasa ini, ia mesti menggunakan kecerdasan dan kelihaian tersebut dalam hal-hal yang menghasilkan kebaikan untuk dirinya, bukan malah berlomba-lomba dengan setan dalam menyebarkan perangkap tipu daya.
Hanya saja sebagian wanita buta akibat potensi kemampuan ini. Mereka menggunakannya tidak pada tempatnya. Salah seorang dari mereka bila ingin mendapatkan sesuatu, ia memanfaatkan kesempatan emas setelah berhasil mengikat kuat-kuat sang suami dengan rayuannya. Setelah melihat suami tunduk di hadapannya, ia mulai mengajukan penawaran dan mendiktekan keinginan-keinginannya kepada suami dengan satu cara tertentu. Bila ia melihat suami sadar, berusaha lepas dari jeratan rayuannya, dan tidak menggubris permintaan-permintaannya, kita melihatnya meminta bantuan setan yang segera mengirimkan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kakinya, sehingga ia terjerumus dalam hal-hal yang diharamkan dan tidak menunaikan hak-hak suaminya.
Di sini aku menasehati wanita seperti ini. Kecerdasan Anda telah mengkhianati Anda dua kali.
Pertama, dalam tahap perencanaan, dan kedua dalam tahap pelaksanaan. Di antara perencanaan yang gagal adalah keinginan Anda memanfaatkan kesempatan terbaik. Kemudian langsung mengalihkannya menjadi kesempatan-kesempatan meterialistis murni dengan menggiringnya ke pasar penawaran.
Terkait tahap perencanaan, yakni kala Anda meminta bantuan setan dan Anda menuruti bujukannya, melupakan perintah Allah dan perintah Rasul-Nya ketika bersabda,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
Apabila suami memanggil istrinya ke ranjang, lalu ia enggan datang, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi (HR. al-Bukhari)
Beliau juga bersabda,
فَإِنِّي لَوْ كُنْت آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا . وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Sungguh seandainya aku berhak memerintah seseorang bersud kepada selain Allah, niscaya aku perintahkan wanita bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah wanita menunaikan hak Rabbnya sebelum ia menunaikan hak suaminya. Andai suami meminta dirinya saat ia berada di atas pelana unta, ia tidak berhak mencegahnya (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadis lain, beliau bersabda,
إِذَا بَاتَتْ اَلْمَرْأَةُ هَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ
“Apabila seorang wanita bermalam menjauhi ranjang suaminya, para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (Fathul Baari, Kitab Nikah, IX : 294)
Kecongkakan wanita dengan kelihaiannya telah membutakan dirinya dari melihat kecerdasan dan kemampuan lelaki dalam mengungkap permainan-permainan wanita. Bila lelaki menuruti wanita satu atau dua kali, pasti kehormatannya berontak. Bila telah brontak, maka akan menjadi kekuatan yang membinasakan. Sebab, pemberontakan kehormatan ini berlandaskan hak syar’i. mulailah perasaan jijik hinggap di jiwanya dan kebencian bersarang di hatinya. Maka pudarlah gambar si istri dalam jiwanya hingga sirna dan hilang tak berbekas. Kemudian ikatan kehidupan antara keduanya pun lepas.
Wallahu A’lam
Sumber :
Ya Ma’syarar Rijal Rifqan bin Nisa’, Dr. Najah binti Ahmad Zhihar (ei, hal.75-77)
Amar Abdullah bin Syakir