Memperbaharui Taubat Sebelum Ramadhan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

***

Mengapa kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan ?

Karena, asalnya pada seorang Mukmin adalah memperbaharui taubat pada setiap waktu dan kesempatan. Teladan dalam hal tersebut adalah Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. Sungguh beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –biasa beristighfar memohon ampun kepada Rabbnya, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan bertaubat kepada-Nya lebih dari 100 kali dalam setiap harinya.

Kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan karena taubat merupakan kedudukan yang tinggi. Barang siapa yang dapat mencapainya, sungguh ia telah sampai kepada kebaikan semuanya.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan tentang taubat, “Dan taubat merupakan tingkatan pertama orang-orang yang berjalan menuju kepada Rabbnya, pertengahannya dan akhirnya.”

Maka, taubat itu bukanlah tingkatan/kedudukan para pelaku maksiat orang-orang yang gemar melakukan dosa, tetapi taubat merupakan kedudukan para Nabi pilihan. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –berfirman,

وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى (121) ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى (122)  [طه : 121 – 212]

Dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia. Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk. (Thaha : 121-122)

Maka, taubat merupakan kedudukan nan mulia yang tinggi. Barang siapa dapat mencapainya, niscaya ia telah sampai kepada kemuliaan, kebaikan dan ketinggian derajat, serta siap senjadi seorang hamba yang shaleh yang kembali (gemar bertaubat kepada-Nya). Dan, mereka inilah para penduduk Surga yang ridha (terhadap Rabbnya).

Kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan karena kita melihat terhalangnya dari kebaikan dari diri kita sendiri dan dari orang lain pada bulan Ramadhan. Kita kurang atau tidak bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan ibadah, tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan qiyamullail, tidak menggunakan waktu secara baik untuk banyak membaca al-Qur’an, tangan  tidak gemar mengulurkan kebaikan dan hal-hal yang ma’ruf.

Kita diharamkan memperolah banyak kebaikan disebabkan karena kehidupan kita dalam kegelapan-kegelapan dosa. Maka, memperbaharui taubat sebelum Ramadhan menjadi perkara yang selayaknya dilakukan, sehingga kita tidak diharamkan dari melakukan ketaatan di bulan Ramadhan hingga kita merugi dengan kerugian yang tidak ada kerugian yang sebanding dengannya.

Kita meperbaharui taubat (sebelum Ramadhan), pada bulan Ramadhan dan pada setiap waktu dan kesempatan, karena dosa-dosa itu adalah luka-luka, sementara boleh jadi satu luka saja dapat menyebabkan kematian.

Banyak di antara kita bermaksiat kepada Rabbnya, sedangkan ia tidak melihat dampak dosanya dan kemaksiatannya, dan ia pun merasa heran karena ini. Tidakkah orang-orang miskin itu tahu bahwa diharamkannya dirinya dari melakukan ketaatan itu merupakan hukuman terbesar yang dijadikan untuk menghukumnya karena kemaksiatan dan dosa-dosanya ?

Seorang hamba melakukan dosa beberapa tahun lamanya, pada suatu malam ia bermunajat kepada Rabbnya, lalu ia mengatakan, ‘ Wahai Tuhanku !, aku telah melakukan banyak dosa, sementara aku belum melihat dampak (buruk) karena dosa-dosa yang aku lakukan.’

Terdengarlah teriakan keras yang menyebut dirinya, ‘Wahai hamba-Ku…Bukankah Aku telah mengharamkan dirimu dari merasakan kelezatan bermunajat kepada-Ku.’ ?.

Jadi, dosa-dosa kita menghalangi kita dari menikmati kelezatan bermunajat dan manisnya ketaatan yang merupakan Surga dunia yang disegerakan.

Oleh karena itu, merupakan hal yang wajib kita lakukan adalah memperbaharui taubat itu sebelum Ramadhan.

Kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan, karena hati itu mengeras, boleh jadi lebih keras daripada batu, sehingga ia tidak khusyu’ kala membaca al-Qur’an, mata pun tidak meneteskan air mata ketika mendengar teguran-teguran sejumlah ayat.

Maka, selayaknya jiwa-jiwa ini memperbaharui taubat sebelum Ramadhan tiba sehingga hati melembut dan beruntung dengan memperoleh keridhaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -.

Kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan, karena kita melihat kematian itu turun menghampiri manusia pada setiap saat. Dan, kita pun banyak menyaksikan atau mendengar kejadian-kejadian yang mengantarkan manusia kepada kematian.

Maka, peringatan ini –yakni, peringatan kematian- hendaklah mendorong kita untuk bersegara bertaubat dan hendaknya kita tidak memenuhi seruan untuk bersikap panjang angan-angan yang telah didustakan oleh kematian karena banyak peristiwa yang mengejutkan yang terjadi di hadapan kita.

Maka, bergegaslah mencari keselamatan sebelum kematian datang menjemput kita secara tiba-tiba.

Kita memperbaharui taubat sebelum Ramadhan, karena banyak fitnah telah meliputi kehidupan kita dari segenap penjurunya. Pembunuhan terjadi di sana sini, kebinasaan dan kehancuran juga terjadi di sana sini. Kemudian, tidak ada peluang selamat melainkan dengan kembali kepada Dzat yang Maha Pengasih Maha Penyayang (Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-), sebelum sesuatu yang telah menimpa orang-orang selain kita menimpa kita, sehingga saat itu kita sudah tidak bisa lagi untuk melakukan ketaatan, dan pada saat itu pula kita tidak mampu untuk menolak musibah apa pun bentuknya.

Ramadhan-duhai saudara-saudaraku-merupakan cahaya bagi bumi, dan petunjuk bagi alam semesta. Sedangkan orang yang merugi adalah orang yang tidak mendapatkan cahayanya dan tidak pula mendapatkan kebaikan-kebaikannya.

Temuilah Ramadhan –wahai orang yang beriman- dengan bertakwa kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, percaya dengan janji dan ancaman-Nya.

Temuilah Ramadhan, wahai orang yang beriman sebelum keluarnya dan lewatnya kesempatan untuk melakukan ketaatan di dalamnya.

Siapakah yang tahu di antara kita, boleh jadi Ramadhan yang akan datang itu adalah akhir Ramadhan yang kita jumpai.

Ya Allah, Dzat yang Maha Pengasih Maha Penyayang terhadap para hamba-Nya.

Ya Allah, Dzat Yang Maha lembut terhadap makhluk-Nya, bimbinglah kami untuk  bertaubat dengan taubat nasuha, dan tuntunlah tangan kami untuk dapat melakukan setiap hal yang Engkau ridhai.

Ya Allah ! Inilah ubun-ubun kami yang penuh dengan kesalahan berada di dapan-Mu, berilah ilham kepada kami kepada yang benar, dan kasih sayangilah kami dengan kemampuan untuk mentaati-Mu.

Amin

Wallahu A’lam

Sumber :

Limadza Nujaddidu at-Taubah Qabla Ramadhan, Adil bin Abdul Aziz al-Mahlawi, http://www.saaid.net/mktarat/ramadan/672.htm

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah)
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *