Memiliki Dua Wajah dan Dua Lisan

Sebagian wanita ada yang mempunyai sifat seperti bunglon. Setiap hari selalu berubah warna. Dia datang kepada orang-orang dengan warna tertentu, kemudian pergi kepada orang lain dengan warna lainnya. Dia tidak memiliki pendirian. Dia tampakkan kecintaan dan suka memberi nasehat kepada suatu kaum, begitu bergantung dan takut kepadanya. Namun ketika sudah dari mereka, berubahlah sikapnya menjadi permusuhan. Dia cela dan caci maki mereka. Dia tampakkan aib mereka. Dan dia beberkan rahasia mereka. Demikian pula yang dilakukannya terhadap orang lain.

Dari ‘Ammar bin Yasir, semoga Allah meridhainya, diriwayatkan bahwa ia berkata : Saya pernah mendengar Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ كَانَ لَهُ وَجْهَانِ فِى الدُّنْيَا كَانَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِسَانَانِ مِنْ نَارٍ

Barangsiapa mempunyai dua wajah ketika di dunia, niscaya pada hari Kiamat nanti dia akan mempunyai dua lisan dari api Neraka (Shahih Sunan Abi Dawud (III/9222) (4078)

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa ia berkata : Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

تَجِدُ مِنْ شَرِّ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ اللهِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ

Engkau akan dapatkan sejelek-jelek manusia di sisi Allah pada hari Kiamat nanti adalah orang yang mempunyai dua wajah. Yakni, yang datang kepada suatu kaum dengan satu wajah dan datang kepada kaum yang lain dengan wajah lain pula (Shahih al-Bukhari (VIII/458) (7179), Shahih Muslim (IV/1596) (2526)

Masih dari Abu Hurairah-semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لاَ يَنْبَغِي لِذِي الْوَجْهَيْنِ أَنْ يَكُونَ أَمِينًا

Tidak selayaknya orang yang memiliki dua wajah menjadi orang yang dipercaya (Shahih al-Adab al-Mufrad (130), no. 238)

Begitu pula setan akan menggoda dan membujuknya bahwa dia belum berbuat apa-apa kepada mereka kecuali setelah mencela mereka. Sehingga hal ini dijadikan sebagai jalannya sepanjang hidupnya. Yaitu dengan dua wajah dan dua lisan. Dia memakan daging-daging manusia dengan celaan dan kedustaan untuk memakan potongan-potongan hidangan dan menjadikannya sebagai kebiasaan.

Dari Mustaurid –semoga Allah meridhainya- diriwayatkan bahwa Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ أَكَلَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَكْلَةً فَإِنَّ اللَّهَ يُطْعِمُهُ مِثْلَهَا مِنْ جَهَنَّمَ وَمَنْ كُسِىَ ثَوْبًا بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَكْسُوهُ مِثْلَهُ مِنْ جَهَنَّمَ وَمَنْ قَامَ بِرَجُلٍ مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَقُومُ بِهِ مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa memakan satu suap saja hak seorang muslim, maka Allah akan memberinya makan yang semisal dari Neraka Jahannam. Barangsiapa memakai satu pakaian saja milik seorang muslim, maka Allah akan memberinya pakaian dari Neraka Jahannam. Dan barangsiapa berdiri di depan seorang muslim dengan riya’ dan sum’ah (sejenis riya’), maka Allah akan mendirikannya pula dengan riya’ dan sum’ah pada hari Kiamat kelak (Shahih Sunan Abi Dawud (III/923)(4085)

Wallahu A’lam

Sumber :

Mukhalafat Nisaiyyah, 100 Mukhalafah Taqa’u Fiihal Katsir Minan Nisa’ Bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah, (e.i, hal. 189)

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *