Membongkar Para Penyeru Wanita Kepada Kehinaan

Abu Muhammad Abdul Haq al Isybili rahimahullah berkata:

Jangan sampai ada orang yang menipumu dari petunjuk agama, 

Mereka tidak mendapatkan dukungan dalam mencari kebenaran. 

Hatinya buta tanpa ada yang mengarahkannya, 

Karena mereka sebenarnya ikut-ikutan ingkar kepada Allah.

(Alhadiqah, karangan : Muhibuddin al Khathib)

Ini adalah kemuliaan bagi wanita-wanita mukminat dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar pijakannya dan melindunginya dari serangan yang diarahkan kepadanya. Akan tetapi sebagian orang yang hatinya sakit menolak dan menentangnya dengan propaganda-propaganda mereka yang terang-terangan. Semoga Allah melindungi kita, jangan sampai telinga kita mendengar atau mata kita melihat suatu seruan dan propaganda kemungkaran, pencegahan dan penghancuran kebaikan. Sementara para penyeru kebajikan dari kalangan kita tidak memiliki suara lantang yang berarti untuk mencegah serangan ini, baik di kota-kota maupun di pelosok, sebagai manifestasi dari prinsip amar makruf dan nahi munkar. Untuk mempertahankan agama, mengingatkan umat Islam agar tidak terjebak ke dalam jurang propaganda para perusak.

Dengan melindungi kemuliaan, mengekang kehinaan, dan membimbing orang-orang yang tidak mengerti. Sebagaimana telah diketahui, bahwa tersebarnya kemungkaran itu karena mendiamkan perbuatan-perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun besar, dan dengan menakwilkan perbuatan-perbuatan dosa kecil. Apalagi kita melihat banyak sekali orang-orang yang senang berbuat fitnah, para pengagum budaya barat, yang diorbitkan untuk mengangkat pena, guna mempermainkan agama Allah dan syariat-Nya, dengan congkak mereka memanfaatkan sarana mass media dan informasi.

Mereka mengangkat tema-tema yang mungkar sebagai topik utama, ucapan yang ditulis penuh dengan kebusukan yang kesemuanya bermuara kepada satu maksud, yaitu memaksakan diri untuk menentang fitrah, mencampakkan syariat, menebar benih-benih kehinaan di kalangan wanita muslimah, dan mengenyahkan nilai-nilai keluhuran pada diri mereka, melalui propaganda jahat di negeri Islam kepada “emansipasi wanita” dan “kesetaraan gender di segala bidang hukum”.

Targetnya adalah agar wanita bertabarruj (mempertontonkan kecantikannya) dan ikhtilat (bercampur dengan lawan jenisnya) serta menanggalkan hijab. Propaganda busuk mereka ini melalui berbagai segi diefektifkan dengan segala cara agar hijab dapat ditanggalkan oleh para wanita yang masih tunduk kepada Allah dan pasrah dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga Allah memberikan keteguhan hati kepada kita dan para wanita muslimah, dan kita berlindung kepada-Nya dari kesesatan dan nasib buruk.

Orang-orang itu telah berlaku curang terhadap umatnya sendiri, membawa sial bagi keluarganya dan bangsanya sendiri, bahkan bagi diri mereka sendiri. Betapa berani mereka, dan amat licik tipu dayanya dengan kata-kata yang meluncur dari mulut dan penanya. Karena mereka telah menghancurkan sarana-sarana kemuliaan, membobol dinding-dinding pembatas untuk menebarkan perbuatan-perbuatan yang hina, mendobrak nilai-nilai kebaikan dan menghinakannya, mencemoohkannya dan memperolok-olok orang yang berpegang teguh dengannya.

Memang para westernis itu telah banyak menulis tentang kehidupan wanita dan segala bidang kehidupannya sehari-hari kecuali dari aspek “keibuan”, fitrah dan menjaga kehormatannya.

Semua cobaan yang beruntun, ocehan yang batil dan ucapan yang kosong ini memenuhi halaman berbagai majalah, dengan mengatasnamakan pembelaan terhadap hak-hak wanita, kebebasannya, kesetaraan antara wanita dan pria di mata hukum. Sehingga mereka dapat mencapai target jahatnya, yaitu menurunkan wanita ke segala bidang kehidupan, bercampur dengan lawan jenisnya, menanggalkan hijab, bahkan para wanita dengan suka rela menanggalkan hijabnya, sehingga turut pula menanggalkan keluhuran dan kesucian dirinya.

Bila hijab ditanggalkan, maka tidak diragukan lagi akan lenyap perhatian mereka yang memiliki rasa cemburu, akan sirna nilai-nilai kemuliaan dan merajalela, perbuatan-perbuatan hina serta ajaran-ajaran agama diabaikan. Demikian pula akan menyebar budaya tabarruj, menanggalkan hijab, pergaulan bebas dan kumpul kebo,serta si wanita dengan mudah akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang dikehendaki.

Dalam tafsir Ibnu Jarir, tentang firman Allah:

وَاللهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُوا مَيْلاً عَظِيمًا

Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. 4:27)

Mujahid bin Jabr mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat:

وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ

“orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya” adalah para pezina. Dan maksud dari kalimat:

أَن تَمِيلُوا مَيْلاً عَظِيمًا

“supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)” adalah supaya orang-orang Islam berzina seperti halnya mereka berzina. Ia menjelaskan bahwa hal ini sebagaimana firman Allah:

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

Dan mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). (QS. 68:9).

Kasus ini meningkat dari sekedar kasus wanita menjadi kasus perusakan dunia Islam. Seseorang di antara mereka mengakui akan hal ini dalam ucapannya:

“Sesungguhnya pengaruh barat yang muncul dalam berbagai bidang dan merubah secara total masyarakat Islam tidak tampak lebih baik daripada yang tampak pada emansipasi wanita.
Langkah yang menyesatkan ini tidak muncul pada zaman ini saja, akan tetapi itulah jalan orang-orang berbuat makar dari sebelumnya di beberapa negara Islam, sehingga keadaannya menjadi demikian meresahkan, dimana perbuatan zina terjadi dimana-mana, rumah-rumah bordil dan tempat-tempat mesum dibuka di berbagai tempat secara legal, panggung-panggung menyediakan tontonan seni murahan, seperti nyanyian, tarian dan teater dibangun di mana-mana. Undang-undang baru pun disusun dengan mencabut undang-undang hudud, sanksi ta’zir dan lain sebagainya. Demikianlah di antara pengaruh perusakan dan penghancuran kehormatan diri, akhlak dan etika.

Sumber :

Dinukil dari “ Hirosatu al-Fadhilah”,  Bakar bin Abdullah Abu Zaid (e.i) dengan ringkasan

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *