Salah satu sunnah yang dikerjakan oleh Nabi Shalallahu’Alaihi Wa Sallam adalah memperbanyak puasa sunnat di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidah ‘Aisyah Radhiyallahu
‘Anha:
فما رأيتُ رسول الله – صلَّى الله عليه وسلَّم – استكملَ صِيامَ شهرٍ إلاَّ رمضان، وما رأيتُه أكثرَ صيامًا منه في شعبان”؛ رواه البخاري (1969) ومسلم (1156)
“Aku tidak mendapatkan Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali pada ramadhan, dan tidak kudapati beliau memperbanyak puasa selain dari ramadhan kecuali di bulan Sya’ban”. (HR Bukhari-Muslim)
Dan para ulama pun turut menjelaskan hikmah dari memperbanyak puasa sunnat dibulan sya’ban ini, salah satunya adalah melatih ketahanan badan, sehingga tubuh siap memasuki bulan ramadhan untuk menjalankan puasa sebulan penuh. dan logika hikmah ini sangat sempurna seperti yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita, misalnya bagi seorang atlit pelari maraton, tentu ia akan mempersiapkan tubuhnya dengan berlatih berlari sedikit demi sedikit sebelum memasuki hari pertandingan, dan tidak mungkin dengan konyolnya ia tidak melatih diri jauh-jauh hari kemudian tiba-tiba dapat berlari dengan kuat sepanjang lintasan maraton. Begitu juga tubuh terhadap puasa ini, sistem tubuh akan mengalami keterkejutan sehingga menyebabkan kurangnya tenaga secara drastis pada siang-siang ramadhan, dan takutnya hal tersebut akan mengurangi kinerja di lapangan kerja, dan akhirnya menyalah-nyalahkan syariat islam dan menganggap ibadah puasa hanya membebani saja, wal ‘iyadzubillah.
Kemudian, salah satu bentuk mempersiapkan tubuh dan iman untuk menyambut ramadhan adalah dengan memperbanyak shalat malam, tentu tidak asing lagi bagi kita bahwa sahur puasa mewajibkan diri untuk bangun sedini mungkin sebelum azan berkumandang dan juga malam-malam ramadhan memanggil kita untuk melaksanakan shalat teraweh, maka untuk dapat menyambut keutamaannya kita harus membiasakan diri dari sekarang, karena lancar kaji karena diulang.
Dan keutamaan bulan puasa sungguh besar dan sangat merugi diri ini jika melewatkannya tanpa meraih apa-apa dengan beranggapan bahwa masih ada Ra tahun depan, pertanyaannya, yakinkah anda masih hidup hingga tahun depan? siapa yang dapat menjamin?
Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)
“Barang siapa berpuasa ramadhan dan mendirikan shalat (dimalamnya) atas dasar iman dan mengharap (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR Muttafaq’Alaihi)
Bayangkan, jika kesempatan untuk diampuni itu hangus hanya karena bermalas-malasan? siang hari hanya menghabiskan dengan tidur karena lemas, dan malam hari cepat tidur karena kekenyangan?.
Terakhir, semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk dapat terpanggil menjalankan ibadahnya, dan yang paling terpenting saat ini adalah semoga Allah Ta’ala sekali lagi memberikan kita umur yang panjang sehingga dapat memasuki ramadhan yang hanya beberapa minggu lagi, Aamiin.
Muhammad Hadrami