Manfaat dan Faidah Tauhid

Tauhid memiliki keutamaan yang agung, dampak yang terpuji, dan hasil yang indah. Di antaranya, sebagai berikut :
1-Kebaikan dunia dan akhirat adalah di antara keutamaan dan manfaat tauhid.
2-Tauhid adalah sebab terbesar dihilangkannya berbagai kesusahan dunia dan akhirat. Dengannya Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menarik hukuman-hukuman di dua negeri ; dunia dan akhirat, dan dengannya Dia سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى membentangkan berbagai nikmat dan kebajikan.
3-Tauhid yang murni membuahkan rasa aman yang sempurna di dunia dan akhirat. Firman-Nya سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ [الأنعام : 82]

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-An’am : 82)
4-Pelakunya mendapatkan petunjuk yang sempurna dan diberi taufik kepada segala pahala dan keuntungan.
5-Dengan tauhid, Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mengampuni dosa-dosa dan menghapuskan kesalahan-kesalahan. Disebutkan dalam hadis Qudsi, dari Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ secara marfu’,

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, sekiranya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.” [1]
6-Dengan tauhid, Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىmemasukkan (pelakunya) ke dalam Surga.



Dari Ubadah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, ia berkata, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

“Barangsiapa bersaksi bahwa tiada Ilah (yang berhak diibadahi) dengan benar kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya, bahwa Surga itu benar adanya, dan bahwa neraka itu benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Surga, bagaimana pun amalannya.” [2]
Dalam hadis Jabir bin Abdillah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, beliau bersabda,

مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, maka ia masuk Surga.” [3]
7-Tauhid menghalangi masuk neraka secara total, jika tauhid sempurna dalam hati.
Dalam hadis Uthban رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah karena mencari Wajah Allah.” [4]
8-Tauhid menghalangi kekal di Neraka, jika di dalam hati terdapat iman meskipun sekecil biji sawi [5]
9-Tauhid adalah sebab terbesar untuk mendapatkan ridha Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan pahala-Nya. Dan orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ialah :

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

“Siapa yang mengucapkan La Ilaaha Illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” [6]
10-Semua perbuatan dan ucapan, baik zhahir maupun batin, diterima atau tidak, sempurna atau tidak, diberi pahala atau tidak, tergantung pada tauhidnya. Selama tauhid dan keikhlasan karena Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى itu kuat, maka sempurnalah perkara-perkara tersebut.
11-Tauhid memudahkan hamba melakukan kebajikan dan meninggalkan kemunkaran, serta menghiburnya dari berbagai musibah. Orang yang betauhid lagi ikhlas karena Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dalam tauhidnya, ia merasa ringan melakukan segala ketaatan kerena pahala dan keridhaan Rabbnya yang diharapkannya, dan ia merasa ringan meninggalkan keinginan hawa nafsunya berupa kemaksiatan karena takut terhadap murka dan azab Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.
12-Jika tauhid sempurna dalam hati, maka Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menjadikan orang yang bertauhid itu mencintai keimanan dan menampakkan indah dalam hatinya, menjadikannya benci kepada kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan, serta menjadikannya termasuk orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
13-Tauhid meringankan dari hamba akan perkara-perkara yang tidak disukai dan meringankan penderitaan yang menimpanya. Sejauh mana sekempurnaan tauhid terdapat dalam hati hamba, maka sejauh itu pulalah ia mampu menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dan hal-hal yang menyakitkan …

Wallahu A’lam



Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :
Nur at-tauhid Wa Zhulumatu asy-Syirki Fi Dhau-i al-Kitab wa as-Sunnah, Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, ei, 20-24.
Catatan :
[1] at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab Fadhl at-Taubah wa al-Istighfar(5/458, no. 3540), dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi (3/176) dan Silsilah al-Ahadis ash-Shahihah (no.127, 128)
[2] Muttafaq ‘Alaih : al-Bukhari, Kitab al-Anbiya, Bab Qauluhu Ta’ala : يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ (4/167, no. 3252), dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab ad-Dalil Ala Man Maata ‘Ala at-tauhid Dakhala al-Jannah Qa-th’an (1/57, no. 28).
[3] Muslim, Kitab al-Iman, Bab Man Maata La Yusyriku Billahi Sai-an Dakhala al-Jannah (1/94, no. 93)
[4] Muttafaq ‘Alaih : al-Bukhari, Kitab ash-Shalah, Bab : al-Masajid fi al-Buyut (1/126 no. 425), dan Muslim, Kitab al-Masajid, Mawadhi’ ash-Shalah, Bab ar-Rukhshah fi at-takhalluf ‘an al-Jama’ah bi’udzr (1/455-456, no. 33)
[5] Shahih al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab Qaulillah Ta’ala, لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ (no. 7410), Shahih Muslim, Kitab al-Iman, Bab Ma’rifah Thariq ar-Ru’yah (1/170, no. 183, 193)
[6] al-Bukhari, al-Ilm, Bab al-Hirsh ‘ala al-Hadits (1/38, no. 99)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *