Manfaat Amar Maruf Nahi Munkar


Nasehat Ulama

 Ibnu Mas’ud radiallahuanhu berkata: “(Pada akhir zaman) orang-orang shalih akan mati dan tersisa “AHLU RIYAB”, Para Sahabat bertanya: “Wahai Abu Abdirrahman, siapa itu AHLU RIYAB?” Beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menyeru kepada yang ma’ruf dan tidak pula mencegah dari yang mungkar.” (HR. Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd, 1511)

TAFSIR

 Allah berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104)

Allah memerintahkan agar ada sebagian dari umat ini orang-orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.

Berkata Syaikh As-Sa’di rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini, “kebajikan adalah suatu nama yang mencakup segala hal yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah dan menjauhkannya dari kemurkaan-Nya, dan ma’ruf adalah yang dinilai baik oleh akal dan syara’, sedangkan munkar adalah yang dinilai jelek oleh akal dan syara’.

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaknya ada dari umat ini sekelompok orang yang melaksanakan perintah tersebut, senantiasa memiliki kecemburuan terhadap Allah bila dilanggar ataupun dilalaikan, sehingga ia tidak akan tinggal diam bila melihat kema’rufan ditinggalkan ataupun kemungkaran dilakukan, ia akan berusaha menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai kapasitas dan kemampuannya.

Beberapa Faedah Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan kemaksiatan (amar ma’ruf nahi munkar) merupakan suatu upaya untuk mewujudkan syi’ar agama di dalam suatu masyarakat, Ibnu Taimiyyah berkata:”Amar ma’ruf nahi munkar adalah yang dengannya Allah menurunkan kitab-kitabNya dan mengutus para Rasul-Nya, dan ia (amar ma’ruf nahi munkar) sebagian dari agama.”

Sebagaimana kewajiban-kewajiban lainnya, amar ma’ruf nahi munkar memiliki hikmah-hikmah dibalik perintah untuk melaksanakannya, diantaranya adalah:

  1. Sebagai tanda kesempurnaan iman
  2. Menetapkan kebaikan dalam umat islam
  3. Mengurangi atau meminimalisir kejahatan dan kerusakan dalam umat , sehingga umat terhindar darinya.
  4. Menciptakan lingkungan yang baik yang menumbuhkan akhlak yang mulia dan menghilangkan berbagai kemungkaran dan akhlak yang buruk, yang di bawah naungannya akan tumbuh generasi yang baik.
  5. Menumbuhkan rasa persaudaraan antara sesama muslim dengan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
  6. Ia adalah jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
  7. Ia adalah sebab kekuatan dan kemenangan di dunia.

Manfaat Amar Ma’ruf Nahi Munkar

 Amar ma’ruf nahi munkar (da’wah) yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya (mad’u). manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah sehingga ia terhindar dari azab Allah.

Tersebutlah daerah yang bernama aylah atau eliah sebuah perkampungan bani israil, penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari jumat dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari sabtu, sebagai hukumannya Allah melarang mereka mencari dan memakan ikan di hari sabtu, dan Allah membuat ikan-ikan tidak muncul kecuali hari sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari sabtu masuk ke dalam perangkap, lalu mereka mengambilnya di hari ahad dan memakannya. Sementara orang-orang yang tidak melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang mencegah kemungkaran dan mereka yang diam saja.   Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang berdakwah mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah, dialog ini disebutkan dalam Al-Quran:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

 “Dan tanyakanlah kepada Bani Israel tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.   Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”.   Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang dzalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “ (QS. Al-A’raf: 163-165)

Dalam ayat di atas disebutkan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya tentang alasan mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah Allah:

  1. معذرة إلى ربكم

  2. و لعلهم يتقون

Yaitu pertama, agar menjadi argumentasi dan penyelamat kami dihadapan Allah.

Kedua, agar mereka bertaqwa.

Dan secara tegas Allah menyelamatkan orang-orang yang melarang perbuatan maksiat dari azabNya.

Maka dari itu wahai para da’i yang dirahmati Allah, janganlah sekalipun kita lemah untuk selalu mengingatkan ummat ini akan perintah dan larangan Allah, teruslah bimbing ummat ini dengan hidayah Allah, dan niatkan ikhlas dalam hati kita bahwa yang kita lakukan adalah demi terciptanya ummat yang hanya mentauhidkan Allah semata.

Mutiara Salaf

 Fudhail bin Iyadh berkata: “Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah ria, dan beramal karena orang lain adalah syirik (kecil). Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya. “

MERAJALELANYA PERZINAAN

Zina adalah salah satu dosa besar, dan merajalelanya prilaku keji ini disebabkan karena lemahnya iman serta turunnya moralitas di tengah masyarakat. Juga merebaknya wanita-wanita yang membuka aurat serta pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan yang terjadi di mana-mana, mempertontonkan maksiat di tengah khalayak bahkan tanpa merasa berdosa melakukannya, dan kurangnya rasa kepedulian masing-masing kita untuk mencegahnya membuat kerusakan dari perbuatan keji ini semakin merajalela.

Sebagai seorang dai di jalan Allah, sudah sepatutnya bagi kita untuk mengingatkan saudara muslimin dan muslimah kita untuk takut kepada azab Allah karena telah melakukan kemungkaran dan menyebarkan keburukan, karena perbuatan zina adalah dosa besar dan jalan menujunya adalah suburuk-buruk jalan, sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla:

وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk” [Al-Isrâ`/17:32]

Wahai para dai, Ingatkanlah saudara/i kita untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dan selalu menjaga diri agar tidak terjerumus kedalam zina. karena jika telah datang azab Allah kepada suatu kaum, orang shaleh di sekelilingnya juga akan ikut merasakan akibatnya disebabkan diamnya mereka ketika kemungkaran dan perbuatan keji merajalela, maka gerakkanlah hati dan diri kita untuk senantiasa mengingatkan akan keburukan dan bahaya dari perbuatan zina yang keji lagi kotor itu. Dan semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan taufikNya. aamiin.

Kisah

Amar Ma’ruf Para Sahabat Kepada Orang-Orang Di Pasar

Suatu hari Abu Hurairah radiallahu’anhu melewati Pasar Madinah, kemudian beliau berhenti dan berkata, “Wahai penduduk pasar, alangkah lemahnya kalian!” Mereka bertanya, “Apa yang kamu maksud wahai Abu Hurairah?” Beliau menjawab, “Yang aku maksud adalah dalam hal warisan Nabi yang sedang dibagikan sedang kalian disini. Tidakkah kalian pergi kesana dan mengambil bagian?” Mereka bertanya, “Dimana?” Beliau berkata, “Di masjid.” Merekapun berlomba-lomba menuju masjid, sedang Abu Hurairah tetap berdiri sampai mereka kembali, ia bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian kembali?” Mereka menjawab, “Wahai Abu Hurairah, kami telah datang ke masjid dan kami tidak melihat sesuatu apapun dibagi” Abu Hurairah berkata kepada mereka, “Tidakkah kalian melihat seseorang di dalam masjid?” Mereka menjawab, “Tentu, kami melihat sekelompak orang shalat, sekolompok orang membaca Al-Qur’an, dan sekelompok orang sedang mempelajari halal dan haram.” Abu Hurairah menjawab,“Itulah yang saya maksud warisan Rasulullah.” (HR. Thabrani no. 1429)

Demikianlah beliau mengajak dan memotivasi kaum muslimin untuk selalu menimba ilmu yang tidak lain adalah warisan para nabi dan rasul. Bahkan orang-orang di pasar pun beliau ingatkan akan pentingnya ilmu agama.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *