Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– telah memerintahkan untuk berbuka dengan kurma. Jika tidak memiliki kurma, hendaklah dengan air. Yang demikian itu merupakan bagian dari kesempurnaan kasih sayang dan perhatian beliau pada umatnya.
Allah –Subhanahu wata’ala– Rabb semesta alam, yang telah mengutus Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia telah berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman (Qs. At-Taubah : 128)
Sebab, memberi sesuatu yang manis pada tubuh saat perut dalam keadaan kosong lebih diterima dan bermanfaat bagi anggota tubuh, apalagi untuk badan yang sehat, yang akan menjadikannya kuat kembali. Mengenai air, pada saat seseorang sedang berpuasa, tubuhnya mengalami kekeringan sehingga apabila dibasahi dengan air, maka akan sangat bermanfaat bagi tubuh.
Ketahuilah, wahai, hamba yang taat, bahwa kurma memiliki berkah dan keistimewaaan, demikian halnya dengan air, dalam memberikan pengaruh terhadap hati dan penyuciannya, yang hanya diketahui oleh orang-orang yang mengikuti Sunnah.
Dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya- ia bercerita : Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– biasa berbuka dengan beberapa buah ruthab (kurma segar) sebelum mengerjakan shalat. Jika beliau tidak mendaptkan ruthab, maka beliau berbuka dengan beberapa buah tamr (kurma masak yang sudah lama dipetik). Jika tidak mendapatkan tamr, maka beliau meminum air (Diriwayatkan oleh Ahmad (III/163), Abu dawud (II/306), Ibnu Khuzaemah (III/277 dan 278, dan at-Tirmidzi melalui dua jalur dari Anas. Sanad hadis ini shahih)
Wallahu a’lam
Sumber : Shifatu Shiyami an-Nabiy Fii Ramadhan, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.
Amar Abdullah bin Syakir