Orang yang paling terkenal dalam menulis serta menjelaskan macam-macam sihir adalah Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya, begitu pula Fakhrurrazi dalam kitab tafsirnya.
Dalam kitabnya, pada Bab Uluum as-Sihri wa ath-Talsamat, Ibnu Khhaldun mengatakan,
“Jiwa para dukun memiliki kekhususan untuk mengetahui perkara-perkara ghaib dengan kekuatan setan –yakni sihir yang bersandar kepada makhluk-makhluk yang tidak terlihat-. Para penyihir ada tiga macam,
Pertama,
sihir yang berpengaruh dengan al-hammah (dengungan) saja, tanpa menggunakan sarana atau pertolongan. Yakni sihir yang hanya mengandalkan kekuatan diri (mental)-jenis ini dinamakan oleh kalangan filusuf dengan sihir.
Kedua,
diakukan dengan pertolongan berupa bergabungnya benda-benda langit atau unsur-unsur-maksudnya sihir yang bersandarkan kepada ilmu bintang-atau kekhususan bilangan-bilangan tertentu, hal ini mereka namakan thalmasat (rajah) lebih ringan dibandingkan dari jenis yang pertama.
Ketiga,
mempengaruhi (orang lain) dengan kemampuan ilusi. Pelaku mengandalkan ilusi (khayalan) kemudian ia melakukan berbagai aksi dengan memainkan berbagai macam khayalan, cerita, dan bentuk-bentuk yang ia maksudkan. Setelah itu, ia memindahkan dari alam khayalan kepada sesuatu yang bisa diindra oleh orang-orang yang menyaksikannya dengan kekuatan dirinya sehingga bisa mempengaruhi orang-orang yang melihat aksinya sebagai sesuatu yang luar biasa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Inilah jenis sihir yang mengandalkan kemampuan ilusi-menurut kalangan filusuf dinamakan sya’wadzah (mantra-mantra) (Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah, hal. 496-497)
Fakhrurrazi-dalam hal pembagian sihir- ia mengatakan : “Ketahuilah bahwa sihir itu bermacam-macam :
Pertama,
sihir kaum Kaldaniyah dan Babilonia yang ada sejak dahulu kala. Mereka adalah bangsa yang menyembah bintang-bintang, mereka mengklaim bahwa bintang-bintang itulah yang mengatur alam semesta ini. Berdasarkan hal tersebut muncul kebaikan dan keeburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan-sihir dua bangsa ini bersandar kepada ilmu perbintangan-.
Kedua,
sihir orang-orang yang memiliki kemampuan menghipnotis yaitu sihir yang bertumpu pada sugesti atau kekuatan mental.
Ketiga,
sihir dengan pertolongan ruh makhluk bumi. Ketahuilah bahwa pendapat yang mengatakan sihir dengan bantuan jin termasuk masalah yang diingkari oleh sebagian filusuf dan kelompok mu’tazilah kontenporer, sedangkan para filsuf besar lainnya tidak mengingkarinya. Akan tetapi, mereka menamakannya dengan ruh makhluk bumi dengan berbagai bentuknya; ada yang baik dan ada pula yang jahat. Yang baik adalah jin mukmin, sedangkan yang jahat adalah jin kafir dan setan. Sihir ini mengandalkan kekuatan makhluk yang kasat mata.
Keempat,
halusinasi dan menyulap mata. Aksi ini dibangun atas berbagai pendahuluan, salah satunya adalah kesalahan pandangan yang terjadi pada mata sangat banyak ; orang yang naik kapal jika memandang ke pesisir menganggap kapal yang ia tumpangi berhenti, tetapi pantailah yang bergerak. Hal itu menunjukkan bahwa orang yang diam melihat sesuatu itu bergerak, begitu pula orang yang bergerak melihat sesuatu itu diam. Hal-hal semacam ini terkadang menyampaikan kepada akal bahwa kemampuan pandang melihat sesuatu terkadang berlainan dengan hakikatnya secara umum karena adanya sebab. Kedua, bahwa kemampuan melihat bergantung kepada sesuatu yang dapat diindra secara sempurna jika mengetahuinya selama beberapa saat. Adapun jika mendapatinya pada waktu yang kurang kemudian setelah itu ia melihat sesuatu yang lain dan sebagainya, maka akan bias baginya antara sebagian yang satu dengan lainnya. Ia tidak dapat membedakan hal-hal indrawi antara yang satu dengan lainnya. Sihir yang mengandalkan kekuatan sugesti ini termasuk keterampilan atau kemampuan sulap.
Kelima,
kemampuan melakukan sesuatu yang menakjubkan melalui kombinasi alat-alat atau sarana berdasarkan hitungan matematika-artinya sihir yang bergantung kepada tektologi modern.
Keenam,
sihir dengan bantuan obat-obatan seperti menaruh dalam makanan beberapa jenis obat yang bisa menghilangkan akal sehat. Sihir seperti ini mengandalkan materi dan melakukan sesuatu dengan kekhususan yang ada padanya.
Ketujuh,
ketergantungan hati, yaitu seorang penyihir mengaku bahwa ia telah mengetahui nama Allah yang agung (al-asmaa al-a’zham) bahwasanya bangsa jin tunduk kepada perintahnya pada banyak hal. Jika mengakuan ini dijutukan kepada orang yang lemah akalnya dan tidak bisa membedakan, maka ia akan meyakini bahwa apa yang dikatakannya benar dan hatinya bergantung kepadanya sehingga muncul dalam dirinya perasaan takut kepadanya. Jika perasaan takut ini telah muncul, maka fungsi indra akan melemah. Pada saat itulah penyihir akan melakukan apa yang ia mau-jenis sihir ini juga mengandalkan kemampuan mempengaruhi-.
Kedelapan,
sihir dengan namimah (adu domba) serta tadhriib (penghasutan) dari berbagai sisi secara tersembunyi dan sangat halus dan ini sudah menjamur di masyarakat luas (al-Fakhrurrazi, Tafsir al-Qur’an al-Karim, V. 3, hal. 222-230)-termasuk sihir yang mengandalkan kemampuan mempengaruhi orang lain.”
Setelah kami paparkan macam-macam sihir yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun dan al-Fakhrurrazi, serta komentar atasnya dengan keterangan antara tanda (-), maka menjadi jelas sihir ini bagi kita. Sekarang kembali kita membagi sihir sebagai berikut :
- Sihir yang mengandalkan materi dan sifat-sifat kekhususannya.
- Sihir yang mengandalkan pada ilmu perbintangan dan perhitungan.
- Sihir yang mengandalkan pada makhluk yang kasat mata.
- Sihir yang bertumpu pada kekuatan sugesti.
- Sihir yang bertumpu pada kekuatan mental.
Wallahu A’alam
Sumber :
“As-Sihru wa As-Sahrah min Minzhar al-Qur’an wa As-Sunnah”,
Dr. Ibrahim Kamal Adham, ei, hal. 42-44
Amar Abdullah bin Syakir