Luqman Sosok Ayah Teladan

‘Luqman’ adalah salah satu nama surah dalam Al-Qur’an yang diambil dari nama salah seorang yang ahli hikmah, ia terkenal dengan sebutan ‘Luqmanul Hakim’. Ulama salaf berbeda pendapat apakah Luqman seorang nabi ataukah orang shaleh, kebanyakan mereka berpendapat bahwa Luqman adalah orang shaleh dan bukan nabi sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsir Surah Luqman, Ibnu Katsir juga menyebutkan perkataan Ibnu Abbas ra bahwa Luqman awalnya adalah seorang budak Ethiophia yang bekerja sebagai tukang kayu.

Luqman terkenal dengan kata-katanya yang bijaknya, terutama nasehat-nasehatnya pada sang anak. Luqman adalah teladan bagi para ayah ia mendidik anaknya sejak dini dan menasehatinya dengan nasehat-nasehat indah yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan akan senantiasa dibaca oleh kaum muslimin sampai hari kiamat.

Nasehat Luqman disebutkan dalam Al-Qur’an di Surah Luqman pada ayat 13-18. Ia menyampaikan nasehatnya sedemikian rupa mulai dari pesan terpenting yaitu:

يَٰبُنَيَّ لَا تُشرِك بِٱللَّهِ إِنَّ ٱلشِّركَ لَظُلمٌ عَظِيم

Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).

Beliau memulai dari hal terpenting yang harus menjadi pegangan seorang muslim sepanjang hidupnya, yaitu menyembah Allah SWT satu-satunya dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Dan inilah yang harus ditanamkan terlebih dahulu oleh seorang ayah ketika mendidik anaknya, yaitu mengenalkannya kepada Allah SWT dan menguatkan keimanannya kepada Allah SWT, serta menanamkan dalam hati anak rasa kebergantungan kepada Allah satu-satunya.

Banyak orang tua yang lalai mendidik anaknya untuk cinta kepada Allah, terkadang secara tidak sadar orang tua menanamkan hal-hal negatif pada diri anak yang bisa mengotori keimanan anak kepada Allah SWT. Sebagai contoh, terkadang orang tua menakut-nakuti anaknya jika tidak mau menurut akan diganggu oleh hantu tertentu, secara tidak sadar ia telah menanamkan rasa takut pada diri anak kepada hantu tersebut, sehingga anak tersebut mau menurut karena tatkut kepada hantu bukan karena mengharap pahala dari Allah SWT. Dengan seperti ini secara tidak sadar orang tua telah mengotori iman anak kepada Allah SWT yang maha penjaga, dan menanamkan rasa takut dan ketundukan kepada hantu. Alangkah baiknya jika anak dididik untuk mencari pahala surga dan ridha Allah SWT dari kecil, baik itu dengan shalat, mengaji, ataupun taat kepada orang tua, sehingga dair kecil dia sudah berlatih untuk ikhlash dalam beramal. Salah pujangga arab berkata yang artinya:

“jangan kau mengatakan pada anakmu ‘Shalatlah kamu biar kamu tidak masuk neraka!!!’ tapi katakanlah kepadanya, ‘marilah kita shalat bersama-sama agar kita juga masuk surga bersama-sama.”

Kemudian pada Surah Luqman ayat 14 sebelum melanjutkan kepada wasiat Luqman yang berikutnya Allah menyampaikan wasiat kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua, inilah hal kedua yang perlu ditanamkan pada jiwa anak dari kecil, yaitu berbakti kepada orang tua.

Setelah itu Luqman menasehati anaknya bahwa Allah maha tahu atas segala perbuatannya sekecil apapun. Kesadaran akan penglihatan kepada perbuatan hambanya sangat perlu ditanamkan dalam jiwa anak sejak kecil agar kelak tumbuh menjadi anak yang shaleh.

Kemudian ia menyampaikan beberapa nasehat berikutnya yaitu menjaga shalat, menyeru kepada kebaikan & mencegah kemungkaran, sabar terhadap musibah yang menimpa, bersikap rendah hati dan menjauhi sifat sombong, serta memelankan suara dalam berbicara.

Semua nasehat Luqman adalah bentuk tarbiyah dan perhatian kepada anak yang dicintainya, ia seakan memberikan nutrisi rohani bagi jiwa anaknya. Seringkali seorang bapak sibuk mencarikan nafkah bagi anaknya dan lupa memberikannya nafkah rohani yang berupa didikan agar kelak ia tumbuh menjadi anak yang shaleh.

Jika anak tumbuh menjadi anak yang shaleh maka yang beruntung adalah orang tuanya, karena dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda:

ذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

Jika seorang meninggal, terputus amalannya kecuali tiga: shadaqah yang terus mengalir pahalanya, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Semoga anak-anak kita tergolong dari anak-anak sholeh yang akan selalu mendoakan setelah kita meninggal sehingga kita melihat hasil dari susah payah kita dalam mendidik mereka.

Wallahua’lam.

Penyusun: Arinal Haq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *