Lilin dan Seorang Pemuda Suci

(Kisah Seorang Pemuda Selamat dari Dosa Zina Lantaran Panasnya Api Lilin yang Dinyalakannya)

***

Ada tujuh kelompok manusia, yang Allah menaungi mereka di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya … (salah satunya) Anak muda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. [Muttafaq ‘Alaih]

Ini adalah sabda Nabi-صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, yang cocok untuk anak muda pahlawan kisah ini, anak muda bersih yang merupakan tokoh dalam riwayat kita ini.

Anak muda ini terdidik di atas keshalihan dan kelurusan sejak kecil, pertama karena karunia Allah, kemudian karena bapak ibunya mendidiknya dengan pendidikan yang baik. Anak muda ini tumbuh dalam ibadah kepada Allah. Menginjak usia dewasa, keadaannya membuatnya harus meninggalkan rumahnya yang baik demi melanjutkan sekolahnya. Anak muda ini pergi jauh dari kedua bapak ibunya tinggal di sebuah tempat yang kecil.

Orang-orang di komplek anak muda itu tinggal mencintainya, mereka merasa bahagia dengan keberadaannya di tengah-tengah mereka. Anak muda ini adalah teladan dalam kemuliaan akhlak, dan ini yang semakin membuat mereka mencintainya. Anak muda ini gemar membantu mereka dan bergaul dengan mereka dengan baik. Sepertinya anak muda ini mengejar kebaikan yang tersebut dalam sabda Nabi-صلى الله عليه وسلم-,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia

Banyak kalangan membicarakannya, menyanjung, dan memuji akhlaknya yang luhur dan sifatnya yang mulia.

Di komplek tersebut ada seorang gadis belia yang cantik; dia mendengar sanjungan orang-orang kepada pemuda itu, maka dia mengagumi anak muda tersebut, dia selalu mencuri-curi pandang kepadanya, menunggu kesempatan untuk melihatnya, berangan-angan duduk bersamanya, berbincang dengannya dan memandanginya dari dekat.

Gadis ini mulai menyusun rencana untuk bisa memandang anak muda tersebut, dia ingin membuka apa yang terpendam dalam dadanya.

Pada suatu hari, saat pemuda ini berjalan di dekat rumah si gadis, gadis itu memanggilnya, si pemuda melihat kepadanya lalu buru-buru menundukkan pandangannya, kemudian si gadis mengajaknya masuk ke rumahnya dengan berkata, “Ada barang-barang yang kami tidak kuat membawanya. Apakah kamu bersedia membantu kami ? “ Karena pemuda itu dikenal suka berbuat baik dan membantu orang-orang, maka dia tidak menolak. Akan tetapi anak muda itu berkata kepadanya, “Katakan kepada orang-orang di rumah, aku datang.” Dia mundur sedikit.

Pemuda itu membawa apa yang gadis itu tunjuk, kemudian dia keluar dengan segera. Gadis itu menyesalkan mengapa anak muda itu tidak berlama-lama di sisinya. Pandangan sesaat belum memuaskan hasrat gadis ini, dia ingin lebih.

Di sore yang dingin, hujan turun dengan derasnya, pemuda itu duduk di rumahnya sambil mengulang-ulang,

اَللَّهُمَّ غَيْثًا مُغِيْثًا

Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang berkah

Di dekatnya ada lilin, dia membuka-buka sebuah buku. Tiba-tiba pintu rumah diketuk dengan keras. Pemuda tersebut memasang telinganya. Ketukan bertambah keras.  Pemuda ini mendekati pintu dengan heran, siapa yang datang malam-malam begini dalam keadaan hujan deras pula ?

Dia membuka pintu, dan ternyata di depan pintu, gadis itu jatuh luruh ke tanah di bawah kaki pemuda yang tak tahu apa yang terjadi. Beberapa saat kemudian, gadis itu berbicara, “Aku mengetuk pintu rumahku, namun keluargaku tidak membukanya. Aku datang kepadamu untuk berlindung dari dingin dan hujan.”



Gadis ini masih bersimpuh di tanah. Pemuda ini terpesona dengan kecantikan gadis yang dilihatnya, yang sekarang tergeletak di tanah. Namun dia langsung teringat akan bahaya situasi dan musibah besar yang sedang dialaminya ini. Detak jantungnya bertambah cepat, nafasnya keluar masuk memburu.

Anak muda ini menoleh ke lilin yang dia gunakan untuk menerangi ruangannya. Ia bergegas ke sana, menjulurkan salah satu jarinya ke api, namun dia tidak merasakan apa-apa, tetapi bau daging yang terbakar tercium di ruangan. Gadis itu melihat dengan keadaan sangat cemas dengan apa yang dilihatnya. Setelah beberapa saat, pemuda ini berteriak karena panasnya api lilin. Dia berlari keluar rumah dan meninggalkan si gadis di dalam rumahnya.

Setelah malam beranjak naik hingga berlalu mayoritas waktunya, di mana pemuda ini menghabiskannya di luar rumah, dia kembali ke rumahnya dan tidak melihat gadis tersebut. Pemuda ini mengucapkan hamdalah atas keselamatannya dari situasi dosa tersebut. Dia berkata dalam dirinya, “Bila aku tidak kuat menahan panas api lilin kecil itu, mana mungkin aku kuat menahan api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu?  Tidak, aku tidak akan kuat. Tidak.”

Ketika gadis itu pulang ke rumahnya, dia semakin mencintai pemuda tersebut. Gadis itu sadar bahwa pemuda itu tidak menginginkan dirinya lewat jalan haram. Gadis itu merenungkan bagaimana jalan untuk mendapatkan pemuda itu ? Akhirnya dia berkata, “Aku harus menikah dengannya. Harus!”



Gadis itu berbicara kepada ayahnya tentang pemuda itu dan bahwa dia ingin menikah dengannya. Ayahnya yang memang tidak memiliki harapan yang lebih besar daripada menikahkan putrinya dengan pemuda yang baik dan shalih itu, langsung menemuinya esok paginya. Dia berkata, “Putraku, aku ingin menikahkanmu dengan putriku.” Pemuda itu setuju. Saat itu sang pemuda teringat bahwa barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Saat dia meninggalkan sesuatu yang haram karena takut kepada Allah, maka Allah memberinya sesuatu itu dari jalan yang halal.

Sumber :

Dinukil dari, “Shuwarun Min al-‘Iffah”, Muhammad bin Abdurrahman al-Ajmi, ei, hal. 21-27

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *