SEJARAH LGBT:
Allah Ta’ala dengan kekuasaan-Nya telah menciptakan manusia dengan dua jenis kelamin, dan dengan kebijaksanaan-Nya pula Ia tumbuhkan rasa ketertarikan secara fitrah diantara dua jenis tersebut.
Sebagaimana Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)
Dan kembali Allah tegaskan perbedaan kedua jenis tersebut, didalam firman-Nya:
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ ۖ
“Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (QS Ali Imran: 36)
Dan fitrah yang suci ini pun terus berjalan dengan semestinya dari jaman Nabi Adam ‘Alaihissalaam, hingga kemudian datanglah masa Nabi Luth ‘Alaihissalam, yang mana kaumnya adalah kaum yang pertama kali melenceng dari fitrah mereka sebagai manusia dalam hal orientasi seksual.
Sebagaimana kisah diatas diabadikan didalam Al Qur’an:
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS Al A’raf: 81)
Sungguh sebuah fakta sejarah peradaban manusia yang begitu menyesakkan dada, membuat telinga panas, dan tak habis pikir bagaimana bisa sesama jenis itu saling menyukai? Tak ayal Al Walid bin Abdil Malik sampai mengatakan:
لولا أن الله عز وجل قص علينا قصة قوم لوط في القرآن ما ظننت أن ذكرا يعلو ذكرا.
“Jikalau seandainya Allah tidak menceritakan tentang kaum Luth di dalam Al Qur’an, niscaya tidak akan terpikirkan olehku bagaimana bisa seorang lelaki berhasrat kepada lelaki lainnya“. (Al Bidayah Wan Nihayah)
Dan perbuatan ini saking buruknya, sampai-sampai ia mengubah tabiat asli sang pelaku, dari yang fitrahnya menyukai lawan jenis, kemudian hanya menyukai sejenis dan tidak lagi berhasrat dengan lawan jenis.
Sehingga sebab mereka memutarbalikkan orientasi seksual, maka hukuman yang Allah pilihpun adalah membalikkan negeri mereka, sebagaimana yang dikisahkan Allah Ta’ala:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. ” (QS Hud: 82)
Begitulah akhir kisah para pelopor pertama LGBT, kaum kelainan yang akhirnya terlaknat dunia akhirat.
Namun dengan hancurnya negeri mereka, bukan berarti kelainan tersebut juga hilang dan punah,
Bahkan terus berlanjut dengan hanya bertukar pemeran, seperti kisah yang masyhur tentangnya, kaum Gomorah, dan tidak terkecuali pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan terus berlangsung hingga saat ini.
Dan dengan keberlangsungannya dari jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi sampai saat ini, alhamdulillah kita dapatkan hukum yang gamblang, jelas dan sempurna.
Dan insyaallah akan dijelaskan pada tulisan berikutnya…
Muhammad Hadhrami Achmadi