عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَتْ : دَخَلَ الْحَبَشَةُ الْمَسْجِدَ يَلْعَبُوْنَ فَقَالَ لِي يَا حُمَيْرَاء أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَامَ بِالْبَابِ وَجِئْتُهُ فَوَضَعْتُ ذَقَنِي عَلَى عَاتِقِهِ
فَأَسْنَدْتُ وَجْهِي إِلَى خَدِّهِ قَالَتْ وَمِنْ قَوْلِهِمْ يَوْمَئِذٍ أَبَا الْقَاسِمِ طَيِّبًا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَسْبُكِ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ لَا تَعْجَلْ فَقَامَ لِي ثُمَّ قَالَ حَسْبُكِ فَقُلْتُ لَا تَعْجَلْ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَتْ وَمَالِي حُبُّ النَّظَرَ إِلَيْهِمْ وَلَكِنِّي أَحْبَبْتُ أَنْ يَبْلُغَ النِّسَاءَ مَقَامُهُ لِي وَمَكَانِي مِنْهُ
Dari ‘Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- istri Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berkata, “Orang-orang Habasyah masuk ke masjid mengadakan permainan. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda kepadaku, “Wahai Humaira ! [1] Apakah kamu suka melihat permainan mereka ?” Aku menjawab, “Ya.” Lalu beliau bangkit menuju pintu. Aku pun mengikutinya. Kuletakkan dagu pada pundaknya dan kutempelkan wajahku pada pipi beliau. Aisyah bertutur : Di antara perkataan mereka pada hari itu adalah, “Abu Qasim yang baik.” Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Cukup?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah jangan tergesa-gesa.” Lalu beliau bangkit dan berkata lagi, “Sudah cukup ?” Aku menjawab, “Jangan tergesa-gesa ya Rasulullah.” Aisyah berkata, “Sebenarnya bukan karena aku suka melihat permainan mereka. Tetapi aku ingin agar para wanita mengetahui kedudukanku di sisi beliau dan kedudukan beliau di sisiku. (HR. an-Nasai dalam bergaul dengan wanita (No.65) dan dishahihkan al-Hafizh di dalam Fath (2/444) dan ditulis pula oleh syaikh Albani dalam Adabu Zafaf (hal.272) asli hadis ini terdapat pada shahihain).
Beberapa faedah dari hadis :
1-Pentingnya bersikap lembut dan berupaya meraih cinta wanita (istri)
2-Memberikan keleluasaan kepada keluarga pada hari raya dengan berbagai sarana penyegaran (refresing) dan melonggarkan otot-otot tubuh adalah disyariatkan. Tentunya yang sesuai dengan apa yang dihalalkan dan dibolehkan Allah, yang mana peristiwa di atas terjadi pada hari raya.
3-Bahwa menampakkan kegembiraan pada hari raya termasuk dari syiar agama.
4-Penjelasan tentang sifat Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- yang lembut, penuh kasih sayang dan berakhlak mulia serta bergaul yang baik terhadap keluarga, istri dan yang lainnya. Sudah selayaknya bagi para suami untuk menghiasi dirinya dengan akhlak tersebut.
5-Penjelasan tentang keutamaan ‘Aisyah, ketinggian kedudukannya di sisi Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dan kecintaan beliau padanya. Karena itu ketika beliau ditanya, ‘Siapakah orang yang paling anda cintai ? Beliau menjawab, “Aisyah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) [2]
6-Termasuk hal yang menumbuhkan kasih sayang adalah memanggil seseorang dengan panggilan yang disukai orang tersebut atau yang diperkirakan bahwa panggilan itu disukainya, khususnya nama yang bersifat memanjakan, hal ini dalam konteks ucapan dan adab bergaul antara suami istri. Dengan demikian kondisi ini akan menambah perasaan cinta dan penghormatan. Oleh karenanya Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah memanggil Aisyah dengan sebutan “Ya Humaira.” Ini adalah bentuk tashghir dari ‘hamra’. Maksudnya yaitu yang putih. Beliau memanggilnya dengan panggilan tarkhrim [3] yang menunjukkan pada kedekatan dan kasih sayang. Dan kadang beliau memanggilnya ”Ya ‘Aisy, ini Jibril mengucapkan salam padamu.” (Muttafaq ‘Alaih)
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Latha-if Wa Fawaid Min al-Hayati az-Zaujiyati Fi Baiti an-Nubuwwati, Khalid bin Abdurrahman Asy-Syaayi’, ei. hal.16-19
Catatan :
[1] Ibnu Atsir berkata dalam Nihayah (1/438) : Bentuk pengecilan dari kata hamra (merah), maksudnya adalah putih. Imam Dzahabi berkata dalam Siyar (2/168) : Al-Hamra dalam lisan penduduk Hijaz yaitu yang putih kekuning-kuningan dan hal ini jarang ada pada kalangan mereka.”
[2] Shahih Bukhari (7/18) –fathul Baari- Shahih Muslim (2384) –Diurutkan oleh Fuad Abdul Baqi-.
[3] Tarkhim adalah nama : Mengucapkannya dengan jelas dan memudahkan pengucapannya, dengan cara membuang satu huruf atau lebih pada akhir kata (lihat kamus, Mukhtashar Shihah : Madah rakhim).
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor