Di antara bentuk kelalaian terhadap tujuan penciptaan (manusia) adalah melakukan kemaksiatan-kemaksiatan. Karena seorang wanita yang lalai terhadap tujuan penciptaan dirinya di dunia ini, niscaya dia akan hidup hanya menjalani hari-harinya saja, namun dia lupa dengan kehidupan akhirat. Sehingga ia terjerumus ke dalam dosa-dosa, meremehkan kewajiban-kewajiban, berkubang dalam perbuatan haram dan menyia-nyiakan umurnya- ketika dia di dunia- tanpa (melakukan) ketaatan. Akhirnya, dia kembali (kepada Allah) pada hari Kiamat nanti termasuk orang-orang yang muflis (bangkrut).
Semoga Allah menyelamatkan kita, saudari-saudari kita kaum muslimah, dari kebangkrutan di dunia apalagi kebangkrutan di kehidupan akhirat kelak. Amin
Apabila dia ditanya tentang tujuan dan hikmah dari penciptaan dirinya, niscaya dia akan menjawab, “Untuk beribadah kepada Allah !” Lalu, dia akan membawakan firman Allah, berikut ini,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (Qs. Adz-Dzariyat : 56)
Yakni sebagai dalil atas pernyataannya dan hujjah atas jawabannya.
Sungguh, alangkah indahnya perkataannya, namun alangkah buruknya perbuatannya. Lantas mana ibadah yang dia lakukan ketika hidup di dunia ? Mana ketaatan yang dia perbuat sepanjang umurnya ? Mana andilnya terhadap agama ketika dia hidup di dunia ini ? Mana usahanya untuk mencari ilmu syar’i ? Mana kesungguhannya untuk berdakwah ? Apa yang telah dia persembahkan kepada umat, akidah dan agamanya ? dan mengapa dia terbuai dalam kemaksiatan ini ?
Yang paling mengkhawatirkan adalah jika dia tidak segera sadar dari kelalaiannya dan terbangun dari mabuknya kecuali setelah lolongan kematian telah bertengger di atas kepalanya. Maka ketika itu akan dikatakan kepadanya :
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam (Qs. Qaf : 22)
Setelah itu, dia akan berteriak-teriak agar dikembalikan lagi ke alam dunia untuk kedua kalinya supaya bisa memperbaiki kondisinya, merubah perangainya, mengembalikan hak-hak orang-orang yang pernah dia zalimi kepada pemiliknya, mengganti umur yang dia lewatkan dengan sia-sia, dan memperbaiki hari-hari yang dia lalaikan. Akan tetapi, semua ini mustahil terjadi. Umurnya telah pergi dan berlalu !
Allah azza wajalla berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs. Al-Mukminun : 99-100)
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari, “Mukhalafaat Nisaiyyah”, 100 Mukhalafah Taqa’u fiha al-Katsir Minan Nisa-i bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah”, karya : Abdul Lathif bin Hajis al-Ghamidi (ei, hal. 237)
Amar Abdullah bin Syakir