Kisah Sifat Wara’ Sayyidah Aisyah

Jika kita membaca kisah-kisah Salafus Shaleh kita akan mendapatkan satu sifat yang sangat menonjol dari mereka, yaitu sifat wara’. Wara’ adalah menjauhi hal-hal yang dapat menghantarkan kepada perkara yang Allah haramkan. Definisi lain mengatakan wara’ adalah  meninggalkan hal-hal yang belum jelas halal-haramnya (syubhat) atau berlebih-lebihan dalam hal yang mubah agar tidak terjerumus kepada yang haram, dan inilah yang dilakukan oleh para salaf rahimahumullah.

Marilah kita menyimak salah satu kisah sikap wara’ para salaf, yaitu kisah Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha.

Suatu hari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf radhiyallahu’anhu bercerita kepada Sayyidah Aisyah radhiyallahu’anha bahwa ia bersengketa dengan sebagian orang dalam batas sebuah tanah, maka Sayyidah Aisyah mengingatkannya akan buruknya balasan bagi orang yang mendzalimi orang lain dengan mengambil bagian tanah mereka walaupun hanya satu jengkal.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim bahwasanya Abu Salamah bercerita kepadanya tentang suatu hari dimana terjadi persengketaan antara abu Salamah dengan sekelompok orang, setelah itu ia menceritakannya kepada Sayyidah Aisyah, maka Aisyah menjawab, “wahai Abu salamah, hindarilah masalah tanah, karna Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zhalim, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis tanah (bumi).” (HR. Bukhari No. 2453).

Kisah ini menunjukkan akan kehati-hatiannya Sayyidah Aisyah agar tidak terjatuh kepada yang haram takala beliau mengingatkan Abu Salamah akan bahayanya persengketaan  masalah kepemilikan Tanah. Karena orang yang berbuat zhalim diancam dengan ancaman yang berat di akhirat. Beliau khawatir jika yang nantinya yang berbuat zhalim adalah Abu Salamah, oleh karena itu beliau mengingatkan Abu Salamah jangan sampai ia berada di pihak yang zhalim dan menyuruhnya menghindar dari persengketaan tanah tersebut.

Kisah ini disebutkan dalam kitab ‘Masuliyyatunnisa’ Fil Amri bil Ma’ruf wan Nahyi ‘Anil Munkar’ karya Syeikh DR. Fadhl Ilahi Dhahir, hal 47.

Penulis: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *