Kisah Seorang yang Beriman dari Keluarga Fir’aun

Ini adalah suatu cerita tentang keteguhan iman dan semangat dakwah seorang hamba beriman yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Ia adalah salah seorang dari keluarga Fir’aun; seorang raja kafir dan dzolim yang hidup dimasa Nabi Musa ‘alaihissalam.

Kisahnya disebutkan dalam Surat Ghafir mulai dari ayat 28 yang berbunyi:

وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلاً أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ وَإِنْ يَكُ كَاذِباً فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقاً يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir´aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS. Ghafir: 28)

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: menurut pendapat yang masyhur, orang ini berasal dari kabilah Qibthi dari keluarga Fir’aun. Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, “Tidak ada keluarga Fir’aun yang beriman kecuali orang ini dan istri Fir’aun.”

Pada awalnya hamba yang beriman ini menyembunyikan keimanannya kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, sampai pada suatu hari Fir’aun bertekad akan membunuh Nabi Musa dan berkata yang artinya, “Dan berkata Fir´aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa…” (QS. Ghafir: 26). Maka pada ketika itu orang yang beriman tersebut marah demi membela agama Allah.

Tatkala hamba tersebut mendengar itu ia langsung menimpali:

أَتَقْتُلُونَ رَجُلاً أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ

“…Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu…” (QS. Ghafir: 28)

Ini adalah keberanian yang luar biasa dalam mengatakan yang hak dihadapan seorang penguasa yang kejam, karena pada saat itu Fir’aun sangat memusuhi dan mengancam Nabi Musa dan semua yang mengikuti beliau. Ia tahu konsekuensi menentang Fir’aun pada saat itu bahwa nyawalah taruhannya, namun kecemburuannya terhadap agama dan pembelaannya terhadap dakwah Nabi Musa mengalahkan semua rasa takutnya tersehadap Fir’aun dan bala tentaranya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Sebaik-baik jihad adalah mengatakan yang hak di hadapan penguasa yang dzolim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Akhirnya ia tidak lagi menyembunyikan keimanannya, bahkan ia mengajak Fir’aun dan keluarganya untuk beriman. Ia menyampaikan kepada mereka nasehat-nasehat yang Allah abadikan dalam surat ‘Ghafir’, ia mengingatkan akan hakekat dunia yang hanya sementara, dan betapa pentingnya akherat sebagai tempat yang kekal. Ia terus berdakwah kepada mereka dan menyampaikan argumen-argumennya kepada mereka.

Namun sayang Fir’aun dan keluarganya yang berhati keras tetap bersikeras untuk tidak beriman, mereka tetap memusuhi Nabi Musa. Setelah segala ajakan ia sampaikan dan segala nasehat ia berikan tidak bisa menggoyahkan pendirian mereka, akhirnya ia berpasrah diri kepada Allah, ia berkata:

فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَی اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghafir: 44)

Maka Allahpun melindunginya dari gangguan Fir’aun, Allah berfirman:

فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ

Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir´aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (QS. Ghafir: 45)

Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya adalah Allah akan menjaganya didunia dan diakhirat, sedangkan didunia Allah menyelamatkannya bersama Nabi Musa, sedangkan diakhirat adalah dengan memberinya surga.”

Penyusun : Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *