Nabi Ibrahim adalah salah satu dari lima nabi yang diberi julukan ulul ‘azmi, sebutan ini adalah suatu julukan bagi para nabi yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam berdakwah. Mereka adalah; Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad alaihimussholatu was salam.
Nabi Ibrahim juga diberi julukan Abul Anbiya’ yang berarti ‘bapak para nabi’ karena kebanyakan para nabi dan rasul yang datang setelah Nabi Ibrahim AS berasal dari keturunan beliau. Nabi Ibrahim sendiri adalah bapak dari dua orang Nabi yaitu; Isma’il AS dan Ishaq AS. Dari keturunan Nabi Ismail AS lahirlah Nabi Muhammad SAW, sedangkan Nabi Ishaq AS memiliki anak yang bernama Nabi Ya’qub AS yang memiliki Anak yang bernama Nabi Yusuf AS. Ini adalah keistimewaan tersendiri bagi Nabi Ibrahim AS dimana anak, cucu, dan cicit beliau adalah para Nabi.
Pada artikel-artikel yang lalu sudah kami liput tentang Kisah Nabi Ibrahim alaihissalam ketika berdakwah kepada ayahnya dan kisah beliau ketika berdakwah kepada raja yang dzalim yang mengaku tuhan. Pada artikel kali ini marilah kita mempelajari kisah beliau dengan kaumnya yang menyembah berhala yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya’ ayat 51-70.
Dalam kisah ini Nabi Ibrahim berdakwah kepada kaumnya dengan cara berdialog mengajak mereka berpikir secara logis dan menggunakan akal sehat yang Allah berikan kepada mereka tentang siapa sebenarnya yang patut untuk disembah. Sebagaimana para Nabi lainnya, Nabi Ibrahim diberi ‘Fathanah’ (kecerdasan) yang luar biasa oleh Allah SWT sehingga beliau mampu mematahkan argumen lawan dalam berdialog. Dalam Surah Al-Anbiya’ Allah SWT menyebutkan dialog antara Nabi Ibrahim dan kaumnya:
إِذ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَومِهِۦ مَا هَٰذِهِ ٱلتَّمَاثِيلُ ٱلَّتِي أَنتُم لَهَا عَٰكِفُونَ. قَالُواْ وَجَدنَا ءَابَاءَنَا لَهَا عَٰبِدِينَ. قَالَ لَقَد كُنتُم أَنتُم وَءَابَاؤُكُم فِي ضَلَٰل مُّبِين. قَالُواْ أَجِئتَنَا بِٱلحَقِّ أَم أَنتَ مِنَ ٱللَّٰعِبِينَ. قَالَ بَل رَّبُّكُم رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلأَرضِ ٱلَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَىٰ ذَٰلِكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ. وَتَٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصنَٰمَكُم بَعدَ أَن تُوَلُّواْ مُدبِرِينَ.
“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?
Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya”
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?
Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.” (QS. Al-Anbiya’: 52-57).
Dialog diatas menunjukkan pemikiran Nabi Ibrahim AS yang lurus, beliau mengingkari penyembahan mereka kepada patung-patung yang tidak bisa apa-apa apalagi memberikan manfaat. Andai ada orang yang ingin menghancurkan patung-patung itu ia tidak akan bisa membela diri, bagaimana bisa benda mati seperti itu mereka sembah? ternyata fanatik mereka kepada nenek moyang mereka sudah membuat mereka buta. Disitulah Nabi Ibrahim mencela sesembahan mereka, menyesatkan nenek moyang mereka dan bersumpah akan berbuat tipu daya untuk sesembahan mereka nanti ketika mereka pergi keluar kota untuk merayakan hari raya mereka, dan sumpah tersebut beliau perdengarkan kepada sebagian kaumnya.
Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kaum Nabi Ibrahim AS memiliki hari raya tertentu dimana pada hari raya itu mereka semua pergi merayakannya diluar kota.
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan bahwa As-Suddiy berkata, “ketika waktu hari raya sudah hampir tiba, ayah Nabi Ibrahim AS berkata kepadanya: ‘wahai anakku, andai kamu mau keluar bersama kami untuk merayakan hari raya, kamu pasti akan senang dengan agama kami.’ Maka Nabi Ibrahim keluar bersama mereka, ketika mereka berada ditengah perjalanan Nabi Ibrahim AS menjatuhkan dirinya ke tanah, lalu berkata: ‘saya sakit,’ sebagian rombongan mendatanginya mereka berkata, ‘ayo bangunlah’ beliau menjawab, ‘saya sedang sakit.’ Ketika kebanyakan kaumnya berlalu meninggalkannya dan Nabi Ibrahim AS hanya bersama beberapa kaumnya yang lemah-lemah beliau berkata, ‘demi Allah aku akan melakukan suatu tipu daya terhadap berhala-berhala kalian.’ Maka orang-orang tersebut mendengar perkataan beliau.”
Setelah mereka semua berada diluar kota Nabi Ibrahim menghancurkan semua patung yang mereka sembah kecuali yang paling besar, dan meletakkan kapak beliau dipundak patung itu.
فَجَعَلَهُم جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرا لَّهُم لَعَلَّهُم إِلَيهِ يَرجِعُونَ
“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya’: 58)
Setelah mereka kembali betapa kagetnya mereka melihat patung-patung yang mereka sembah sudah hancur berkeping-keping kecuali yang terbesar, Allah berfirman:
قَالُواْ مَن فَعَلَ هَٰذَا بَِٔالِهَتِنَا إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ. قَالُواْ سَمِعنَا فَتى يَذكُرُهُم يُقَالُ لَهُۥٓ إِبرَٰهِيمُ. قَالُواْ فَأتُواْ بِهِۦ عَلَىٰ أَعيُنِ ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُم يَشهَدُونَ
“Mereka berkata: ‘Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.’ Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.’ Mereka berkata: ‘(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan’.” (QS. Al-Anbiya’: 53-61).
Menghancurkan berhala sesembahan mereka menurut mereka adalah suatu kejahatan yang luar biasa, belum ada orang yang berani melakukan itu sebelum Nabi Ibrahim AS. Akhirnya Raja mengumpulkan orang kampung dan memanggil Nabi Ibrahim untuk dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya, dan itulah yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau ingin menjelaskan kebodohan mereka yang menyembah benda mati didedapan khalayak agar mereka semua sadar.
Mereka mulai mengintrogasi Nabi Ibrahim AS, Allah berfirman:
قَالُواْ ءَأَنتَ فَعَلتَ هَٰذَا بَِٔالِهَتِنَا يَٰإِبرَٰهِيمُ قَالَ بَل فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُم هَٰذَا فَسَٔلُوهُم إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ
“Mereka bertanya: ‘Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?.’ Ibrahim menjawab: ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara’.” (QS. Al-Anbiya’: 62-63)
Inilah cerdasnya Nabi Ibrahim AS, beliau sengaja tidak menghancurkan berhala yang paling besar untuk dijadikan bukti kurangnya akal mereka. Beliau juga tidak menjawab mereka dengan iya atau tidak, tapi beliau jawab dengan ungkapan yang membuat mereka berpikir sendiri, beliau mengembalikan pertanyaan mereka kepada diri mereka sendiri.
Kemudian Allah SWT berfirman:
فَرَجَعُواْ إِلَىٰ أَنفُسِهِم فَقَالُواْ إِنَّكُم أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ. ثُمَّ نُكِسُواْ عَلَىٰ رُءُوسِهِم لَقَد عَلِمتَ مَا هَٰؤُلَاءِ يَنطِقُونَ. قَالَ أَفَتَعبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُم شَئا وَلَا يَضُرُّكُم. أُفّ لَّكُم وَلِمَا تَعبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَفَلَا تَعقِلُونَ.
“Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: ‘Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).’ Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): ‘Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.’ Ibrahim berkata: ‘Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?, Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami??’.” (QS. Al-Anbiya’: 64-67).
Kaum Nabi Ibrahim AS menyesali ketidakpedulian mereka terhadap berhala-berhala sesembahan mereka, mereka mengatakan, “kamu semua telah menganiaya diri sendiri” maksudnya menganiaya diri sendiri karena tidak menjaga berhala yang mereka sembah.
Mau tidak mau mereka harus mengakui bahwa berhala tersebut adalah benda mati yang tidak bisa berbicara, dan kali ini Nabi Ibrahim AS lagi-lagi memberi mereka jawaban yang membuat mereka berpikir menggunakan akal sehat mereka, beliau memberi jawaban dalam bentuk pertanyaan dan menembak tepat pada sasaran, jika kalian sudah tahu kalau berbicara saja mereka tidak bisa kenapa kalian sembah?!
Mereka sudah sampai ke jalan buntu berdialog dengan Nabi Ibrahim AS, tapi fanatik buta kepada nenek moyang dan penyembahan terhadap para berhala sudah menguasai hati mereka. Mereka tidak memiliki jalan lain selain menggunakan kekuasaan mereka.
Allah berfirman:
قَالُواْ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُواْ ءَالِهَتَكُم إِن كُنتُم فَٰعِلِينَ. قُلنَا يَٰنَارُ كُونِي بَردا وَسَلَٰمًا عَلَىٰ إِبرَٰهِيمَ. وَأَرَادُواْ بِهِۦ كَيدا فَجَعَلنَٰهُمُ ٱلأَخسَرِينَ
“Mereka berkata: ‘Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.’ Kami berfirman: ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.’ Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al-Anbiya’: 69-70)
Mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali untuk menyalakan api unggun. Assuddi mengatakan, “sampai-sampai perempuan yang sedang sakit bernadzar jika ia sembuh ia akan membawa kayu bakar untuk disumbangkan kepada yang mengurusi api yang akan membakar Nabi Ibrahim AS. Kemudian kayu-kayu itu diletakkan di sebuah lobang besar lalu apinya dinyalakan. Api itu menyala besar dan tinggi sekali, belum pernah ada api sebesar itu sebelumnya, mereka meletakkan Nabi Ibrahim AS di sebuah alat untuk melemparkannya kedalam kobaran api yang siap melemparkannya kapan saja mendapat aba-aba.”
Setelah itu mereka melempar Nabi Ibrahim AS ke dalam kobaran api. Ibnu Abbas meriwayatkan: ketika Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api beliau berdoa حسبي الله ونعم الوكيل hasbiyallahu wani’mal wakil (cukup Allah pelindungku dan ialah sebaik-baik pemimpin). Maka Allah memerintahkan api untuk menjadi dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim AS sehingga beliau setelah keluar dari kobaran api tanpa terbakar sedikitpun.
Demikianlah orang yang menolong agama Allah akan selalu ditolong oleh Allah. Allah SWT berfirman:
يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُركُم وَيُثَبِّتأَقدَامَكُم
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7).
dipetik dari Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Anbiya’ ayat 51-70
Penyusun: Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet