Keutamaan Lailatul Qadar

 

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Barangsiapa qiyamullail pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Al-Bukhari dan Muslim) [1]

***

Hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan lailatul qadar dan melakukan shalat pada saat itu. Malam tersebut merupakan malam yang agung yang dimuliakan oleh Allah ta’ala. Allah menjadikan malam tersebut lebih baik daripada 1000 bulan dalam hal keberkahannya dan keberkahan beramal shaleh di dalamnya, maka ibadah yang dilakukan pada saat itu lebih utama daripada ibadah yang dilalukan selama 1000 bulan (83 tahun 4 bulan) (yang tidak ada lailatul qadar di dalamnya), barangsiapa yang melakukan shalat pada malam itu karena iman dan mengharapkan pahala niscaya dosa-dosanya diampuni. Dan, Allah menurunkan ayat yang selalu dibaca tentang keutamaan ini. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)

Sesungguhnya Kami menurunkannya di malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah [2]

Maka, Lailatul Qadar adalah malam yang diberkahi, banyak kebaikan dan keberkahannya karena keutamaannya dan besarnya pahala orang yang beramal shaleh pada saat itu. Dan di antara bentuk keberkahannya adalah bahwa Allah menurunkan al-Qur’an pada malam tersebut. Allah ta’ala berfiman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar [3]

Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya- mengatakan, firman-Nya,

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ

“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya”, yakni, banyak malaikat turun pada malam tersebut karena banyaknya keberkahannya, dan para malaikat itu turun bersamaan dengan turunnya keberkahan dan rahmat, seperti halnya mereka turun ketika pembacaan al-Qur’an, menaungi halaqah dzikir, mengepakkan sayap mereka untuk penuntut ilmu sejati, sebagai bentuk pengagungan terhadapnya. [4]

Dan lailatul qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan karena Allah ta’ala menurunkan al-Qur’an pada bulan tersebut. Dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah mengabarkan bahwa penurunan al-Qur’an itu pada bulan Ramadhan. Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam kemuliaan.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran [5]

 

Yakni, Allah menurunkan (al-Qur’an) sekaligus ke langit dunia dan Dia menurunkannya setahap demi setahap ke bumi [6]

Dan firmanNya, لَيْلَةِ الْقَدْرِ , dengan huruf dal disukun, maknanya bisa   اَلشَّرَفُ وَالْمَقَامُ (kemuliaan dan kedudukan) sebagaimana dikatakan فُلَانٌ عَظِيْمُ الْقَدْرِ (fulan seorang yang kedudukannya agung), sehingga penyandaran malam tersebut kepada al-Qadar termasuk ke dalam bab penyandaran sesuatu kepada sifatnya, yakni, malam yang mulia. Bisa jadi berasal dari  اَلتَّقْدِيْرُ وَالتَّدْبِيْرُ sehingga penyandaran “malam” tersebut kepada “al-Qadar” termasuk dalam bab إِضَافَةُ الظَّرْفِ إِلَى مَا يَحْوِيْهِ (penyandaran zharaf kepada apa yang terkandung di dalamnya, yakni, malam tersebut terdapat penetapan apa yang bakal terjadi pada tahun tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah [7].

Qatadah mengatakan, يُفْرَقُ فِيْهَا أَمْرُ السَّنَةِ (pada malam tersebut ditentukan segala urusan untuk tahun itu) [8].

Ibnu Qayyim-رَحِمَهُ اللهُ-berkata, “Dan inilah pendapat yang benar. Selesai perkataan beliau [9] dan yang nampak bahwa kedua makna tersebut tidak masalah. Wallahu a’lam

 

Sabda beliau, “(إِيْمَاناً)” yakni, karena iman kepada Allah dan yakin dengan apa yang telah Allah persiapkan berupa pahala bagi orang-orang yang qiyamullail di malam yang agung tersebut.

Sedangkan makna (اِحْتِسَاباً), yakni, mengharap dan mencari pahala.

 

Maka, malam ini merupakan malam yang agung di mana Allah memilihnya sebagai permulaan turunnya al-Qur’an. Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim mengetahui nilainya dan menghidupkannya karena iman dan sedemikian tamak untuk mendapatkan pahala Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memberikan ampunan kepada dirinya atas dosa yang dilakukannya terdahulu. Dan, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ – telah mewanti-wanti agar tidak lalai dari malam tersebut, dan agar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghidupkannya agar seorang muslim tidak diharamkan dari memperoleh kebaikan malam tersebut.

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- , ia berkata, Rasulullah–صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ – bersabda,

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مٌبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ، وَتُغَلُّ فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ، لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian, Allah mewajibkan kalian berpuasa (pada siang harinya) di bulan tersebut. Di bulan tersebut, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup. Para dedengkot setan dibelenggu. Pada bulan itu, Allah mempunyai suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah diharamkan (dari mendapatkan kebaikan yang banyak) [10]

Dan hendaknya seseorang memperbanyak berdoa pada malam-malam yang sangat diharapkan di dalamnya lailatul qadar. Dan berdoa dengan doa yang ditunjukkan oleh Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-kepada Ummul Mukminin Aisyah –semoga Allah meridhainya- ketika ia berkata, Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui adanya lailatul qadar, apa yang hendaknya aku ucapkan pada saat itu ? beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berkata, “Ucapkanlah olehmu,

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku [11]

Ibnu Katsir-رَحِمَهُ اللهُ-berkata, “Disunnahkan untuk memperbanyak doa pada semua waktu, dan hendaknya di bulan Ramadhan dan pada 10 malam terakhirnya, kemudian pada malam-malam ganjilnya diperbanyak lagi. Dan disunnahkan pula untuk memperbanyak doa “  اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي ” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku) [11]

 

Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon kepadamu ‘afiyah di dunia dan di akhirat.

Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon kepadamu pemaafan dan ‘afiyah dalam perkara agama kami dan urusan dunia kami, pada keluarga dan harta kami.

Ya Allah, tutupilah aurat kami, berilah rasa aman diri kami dari rasa ketakutan. Jaga dan peliharalah kami dari (gangguan yang datang) dari arah depan dan belakang kami, dari arah kanan dan kiri kami, dan dari arah atas kami. Dan aku berlindung dengan keagunganMu dari ditarik dari arah bawah kami.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad…

 

 

Sumber :

Ahaadiitsu ash-Shiyam, Ahkaamun Wa Aadaabun, Fii Fadhli Lailatil Qadar, Abdullah bin Sholeh al-Fauzan

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Catatan :

[1] HR. Al-Bukhari 4/225 dan Muslim, no. 957

[2] Qs. Ad-Dukhan : 3-4

[3] Qs. Al-Qadar : 1-5

[4] Tafsir Ibnu Katsir 8/465

[5] Qs. Al-Baqarah : 185

[6] Al-Mursyid al-Wajiz, karya, Abi Syamah, hal 115, 129, at-Tidzkar, karya al-Qurthubiy, hal. 23

[7] Qs. Ad-Dukhan : 4

[8] HR. Ath-Thabariy di dalam Tafsirnya 65/25, al-Baihaqiy di dalam “Fadha-il Auqaati “, hal. 213, dan isnadnya shahih.

[9] Syifa-ul ‘Alil, Ibnu al-Qoyyim, 42

[10] HR. At-Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah 3850, Ahmad 6/171, 182, 183, 208), an-Nasai di dalam ‘Amal al-Yaum Wa allailah, hal. 499, dan imam at-Tirmidzi berkata, Hadis hasan shahih

[11] Tafsir Ibnu Katsir 8/472

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *