Keutamaan Dzikir (Bagian 2)

Pada tulisan sebelummya telah penulis sebutkan beberapa hadis yang menunjukkan betapa لا إله إلا الله itu merupakan seutama-utama dzikir. Dan berikut ini ini adalah beberapa contoh keutamaan لا إله إلا الله bila digabungkan dengan Kalimat Thayyibah lainnya yang terdapat dalam beberapa riwayat hadis. Selamat membaca. Semoga bermanfaat. Aamiin

Pertama, Hadits Abu Hurairah

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من قال لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير في يوم مائة مرة كانت له عدل عشر رقاب وكتبت له مائة حسنة ومحيت عنه مائة سيئة وكانت له حرزا من الشيطان يومه ذلك حتى يمسي ولم يأت أحد بأفضل مما جاء به إلا أحد عمل أكثر من ذلك

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, barangsiapa berkata, Laa Ilaaha illallahu wah dahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir “ (tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah malainkan Allah semata tidak ada sekutu bagiunya, milikNya kerajan dan baginya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) sebanyak 100 kali dalam sehari maka ia mendapatkan pahala sebanding dengan (pahala) memerdekakan 10 orang budak, ditulis untuknya 100 kebaikan dan dihapus darinya 100 kesalahan. Ia mempunya penjaga dari godaan setan pada hari tersebut hingga sore hari dan tidak seorang pun yang dapat mendatangkan yang lebih baik daripada yang dilakukannya melainkan seseorang yang melakukan lebih dari itu. (HR. Al-Bukhari)

Faedah :

1. Sangat dianjurkannya membaca dzikir ini. Hal demikian itu karena Rasulullah memberikan dorongan atau motivasi kepada pelakunya dan bahwa  ia akan mendapatkan banyak keutamaan, berupa ; pahala, kebaikan dan diampuninya dosanya.

2. Dibolehkannya atau bahkan dianjurkannya seseorang untuk memperbanyak dzikir ini, karena ia akan seamakin banyak mendapatkan keutamaannya. Hal ini seperti diisyaratkan dalam sabdanya, “dan tidak seorang pun yang dapat mendatangkan yang lebih baik daripada yang dilakukannya melainkan seseorang yang melakukan lebih dari itu”.

Kedua, Hadits Umar bin Khattab      

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قال المؤذن الله أكبر الله أكبر فقال أحدكم الله أكبر الله أكبر ثم قال أشهد أن لا إله إلا الله قال أشهد أن لا إله إلا الله ثم قال أشهد أن محمدا رسول الله قال أشهد أن محمدا رسول الله ثم قال حي على الصلاة قال لا حول ولا قوة إلا بالله ثم قال حي على الفلاح قال لا حول ولا قوة إلا بالله ثم قال الله أكبر الله أكبر قال الله أكبر الله أكبر ثم قال لا إله إلا الله قال لا إله إلا الله من قلبه دخل الجنة

Dari Umar bin Khattab-semoga Allah meridhainya-, ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, bila mana seorang muadzdzin mengucapkan, Allahu akbar, Allahu akbar, lalu salah seorang di antara kalian mengucapkan,’ , Allahu akbar, Allahu akbar’, kemudian bila (Muadzin) mengucapkan, asy-hadu an-laa ilaaha illallahu-, ia juga mengaucapkan,’ , asy-hadu an-laa ilaaha illallahu”, kemudian bila (Muadzin) mengucapkan, asy-hadu anna Muhammadan rasulullah’, ia juga mengucapkan, ‘, asy-hadu anna Muhammadan rasulullah’, kemudian bila (Muaszin) mengucapkan, “ hayya ‘alasshalati, ia  mengucapkan, “ Laa Haula Walaa Quwwata illaa billahi”, kemudian bila (Muaszin) mengucapkan, Hayya ‘Alal Falah’, ia juga mengucapkan,    Laa Haula Walaa Quwwata illaa billahi, kemudian bila (sang Muadzin mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar”, ia mengucapkan “Allahu akbar, Allahu akbar”, kemudian bila (sang Muadzin) mengucapkan, Laa Ilaaha illallahu”, ia juga mengucapkan,’ Laa Ilaaha illallahu”, dari lubuk hatinya niscaya ia masuk Surga (HR. Muslim)

Faedah :

1. hadis ini mengisyartakan kepada disyariatkannya mengucapkan seperti halnya yang diucapkan oleh Muadzin. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis lainnya,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ

Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, jika kalian mendengar panggilan (untuk shalat), maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh Muadzin (HR. Al-Bukhari, No. 611)

2. seutama-utama dzikir yang diucapkan dengan lisan yang diiringi oleh kesadaran dan keiklhasan hati peengucapnya menjadi sebeb ia masuk ke dalam Surga. Sebegaimana sabda beliau, “kemudian bila (sang Muadzin) mengucapkan, Laa Ilaaha illallahu”, ia juga mengucapkan,’ Laa Ilaaha illallahu”, dari lubuk hatinya niscaya ia masuk Surga “

 

Ketiga, hadis Umar bin Khattab

عن عمر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال  من دخل السوق فقال لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير كتب الله له ألف ألف حسنة ومحا عنه ألف ألف سيئة ورفع له ألف ألف درجة

Dari Umar –semoga Allah meridhainya- ia berkata, bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, ‘barangsiapa yang memasuki pasar, lalu ia mengucapkan, “tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, miliknya kerajaan dan bagiNya segala pujian, Dia menghidupkan dan mematika dan Dia Maha Hidup tidak akan mati, ditanganNyalah kebaikan itu dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu niscaya akan dituliskan untuknya    1000.000 kebaikan dan akan dihapus darinya 1000.000 keburukan dan akan diangkat 1000.000 derajatnya. (HR. At-Tirmidzi)

Faidah :

1. Dianjurkannya berdzikir dengan redaksi dzikir ini ketika seseorang memasuki pasar.

2. Berdzikir dengan dzikir ini ketika memasuki pasar menjadi salah satu sebab pengucapnya mendapatkan 1000.000 kebaikan dan 1000.000 kesalahan dan keburukannya dihapuskan serta derajatnya dinaikan.

Wallahu a’lam

Penulis : Amar Abdullah

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *