Sejatinya nasehat merupakan tanda kasih saying, bagaimana bisa? Karena nasehat yang kita terima dari orang lain itu menunjukkan perhatiannya kepada kita, dan perhatian tidaklah ada kecuali berangkat dari rasa kasih dan sayang.
Karena begitulah sejatinya hubungan antara sesama muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Dan memberikan dan menerima nasehat adalah hak dan kewajiban diantara sesama muslim, sesuai sabdanya:
Namun praktek di lapangan tidak selalu sesuai harapan, ketika kita berniat baik menyampaikan sebuah nasehat, namun mendapatkan penolakan yang menyakitkan hati, maka bagi yang ditimpa hal demikian agar mendengar firman Allah berikut:
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”. (QS Yasin: 17)
Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى:
“وليس من شرط الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر أن يصل أمر الآمر ونهي الناهي إلى كل مكلف في العالم. بل الشرط أن يتمكن المكلفون من وصول ذلك إليهم. ثم إذا فرطوا فلم يسمعوا في وصوله إليهم, مع قيام فاعله بما يجب عليه, كان التفريط منهم لا منه”.
(كتاب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ص14-15)
“Tidaklah disyaratkan pesan Amar Makruf Nahi Munkar itu sampai ke seluruh orang di muka bumi ini, namun yang menjadi syarat adalah agar pesan tersebut dapat diakses oleh siapa saja, maka ketika mereka tidak menghiraukan pesan itu saat telah mereka terima padahal yang menyampaikan pesan Amar Makruf Nahi Munkar itu telah melaksanakan kewajibannya, maka kesalahan bukan ada padanya, namun pada mereka”.
(Kitab Amar Makruf Nahi Munkar Hlm 14-15)
Kemudian timbul pertanyaan, mengapa kewajiban kita hanya menyampaikan? Karena hidayah sejatinya di tangan Allah Ta’ala, meski kita sudah bersusah payah menerangkan dengan jelas namun jika Allah Ta’ala belum berkehendak memberikan hidayah maka orang tersebut belum tersadarkan. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)
Namun meski demikian bukan berarti kita berhenti memberikan nasehat dan mengingatkan, justru harus semakin semangat dan mencari cara yang semakin baik, karena bisa jadi hidayah Allah Ta’ala itu dating di nasehat kedua atau ketiga kita dan seterusnya.
Akan tetapi perlu diingat bahwa salah satu cara agar nasehat diterima yaitu agar penyampaiannya baik dan tidak mempermalukan orang yang menjadi target itu.
Simak tips berikut:
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى:
“والرفق سبيل الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر, ولهذا قيل:
(ليكن أمرك بالمعروف, بالمعروف, ونهيك عن المنكر غير منكر).
(كتاب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ص 17)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah:
“Lemah-lembut adalah cara menegakkan Amar Makruf Nahi Munkar, maka dari itu disebutkan dalam sebuah ungkapan (Hendaklah seruanmu kepada kebaikan dengan cara yang baik, dan teguranmu atas kemungkaran bukan pula dengan cara yang munkar”
(Kitab Amar Makruf Nahi Munkar hlm 17)
Semoga Allah Ta’ala memberkahi usaha kita dalam menyampaikan kebenaran…
Ustadz : Hadromi Lc