Saudariku, para istri yang shalehah…
Ketahuilah bahwa di antara sebab yang akan mengantarkanmu kepada kehidupan yang diridhai di Surga Allah yang tinggi, yaitu “ Taat kepada Suami”. Tentunya, dalam hal-hal yang bukan maksiat kepada Allah.
Wahai para istri shalehah yang merindukan Surga-Nya…
Ketahuilah-semoga Allah merahmatimu- bahwa taat kepada suami termasuk akhlak mulia yang merupakan penopang kehidupan wanita muslimah, dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat bertumpu kepadanya.
Setiap suami muslim dalam lubuk hatinya ingin-kalau dia mampu dari hatinya yang mendalam- menjadikan kebahagiaan menyelimuti rumah tangganya dan kegembiraan mengiringi anggota keluarganya.
Akan tetapi suatu perkara yang bisa menghancurkan impian di atas, melenyapkan kebahagiaan tanpa bekas, mengubur kegembiraan-kegembiraan dan mendatangkan kesengsaraan adalah ketidak taatan istri kepada suaminya bahkan istri berperilaku kepada suaminya seolah-olah dia adalah saingannya yang tidak ada pendapat kecuali pendapatnya, dia tidak mengenal kecuali perasaannya, dan dia juga tidak menurut (kepada suami) kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan keinginannya tanpa memandang keinginan-keinginan suami.
Wanita yang tidak patuh kepada suaminya ini, dia ingin suami menuruti keinginan-keinginannya saja, kalau tidak dia bersedih.
Ia ingin suaminya memenuhi semua tuntutannya kalau tidak ia cemberut.
Biasanya ia menginginkan suaminya tidak melupakan selamanya bahwa dia sudah terbiasa dengan berbagai macam hal dan keadaan yang tidak boleh ditinggalkan atau dilupakan.
Istri yang mempunyai pemikiran seperti ini merusak rumah tangganya, merubahnya dari kejayaan menjadi kebinasaan dan berusaha untuk menelantarkan anaknya apabila dia mempunyai anak.
Sesungguhnya wanita yang berakal dan cerdik, bijaksana lagi cerdas, dialah wanita yang mengetahui sumber datangnya perselisihan yang menyusup ke dalam rumahnya sehingga ia segera menutupinya, dia segera mengikisnya. Bisa jadi faktor dominan yang menjadi penyebab berbaliknya pernikahan dari kenikmatan menjadi azab adalah perasaan dan tindakan istri yang seakan-akan dia adalah musuh (saingan) bagi suaminya dan ketidaktaatannya kepada suami dalam rangka ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sesungguhnya kadar ketaatan seorang wanita kepada suaminya adalah tolak ukur keberhasilannya dalam hidup berumah tangga, sejauh mana perasaan suami bahwa engkau telah menunaikan haknya yang agung dan mulia sejauh itu pulalah ketinggian kedudukanmu di sisinya dan menambah kecintaannya kepadamu. Sebenarnya inilah yang didambakan wanita dari suaminya.
Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajarkan kepada para mukminah bahwa jalan menuju Surga dimulai dengan ketaatan kepada suami sesudah ketaatan kepada Allah dan RasulNya.
Renungkanlah hadits berikut ini, hadits yang diriwayatkan oleh al-Husain bin Mihshan-semoga Allah merahmatinya- bahwa bibinya datang kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- karena suatu keperluan, setelah ia selesai dari keperluannya, Rasulullahh bertanya,
أَذَاتِ زَوْجٍ أَنْتِ
Apakah engkau bersuami?
Ia menjawab : “Ya”. Rasulullah berkata :
كَيْفَ أَنْتِ مِنْهُ
Bagaimana dirimu terhadapnya?
Bibi saya menjawab : “ Saya tidak melalaikannya kecuali yang saya tidak mampu. “ Maka Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ, فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Lihatlah dirimu daripadanya, karena itu dia adalah Surga atau Nerakamu
(Hadis shahih diriwayatkan oleh Ahmad 4/341, 6/419 dan al-Hakim 2/189, dia menshahihkan hadis ini dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadis ini diriwayatkan pula oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir wal Ausath sebagaiman tersebut dalam kitab Majma’uz Zawaaid 4/306)
Sumber :
Tuhfatu an-Nisa, Abu Maryam Majdi Fathi As-Sayyid (e.id, hal. 65-66)
Ammar Abdullah