Kesempatan Emas untuk Berdoa

Doa secara sembunyi-sembunyi adalah mustajab dan orang yang paling utama untuk berdoa adalah pasangan suami-istri. Ketika masing-masing pasangan saling mendoakan dan berdoa pula untuk anak-anak, maka akan membuat hidup lebih manis, hubungan semakin erat, dan cita-cita bersama tercapai. Di sisi lain harus berhati-hati jangan sampai mendoakan keburukan bagi diri sendiri, istri, anak, atau harta, terutama saat marah. Bisa jadi ia berdoa di saat doa mustajab, sehingga Allah kabulkan dan akhirnya semua akan menyesal. Allah ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Qs. Ghafir : 60)

Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِيْنَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Doa seorang muslim untuk saudaranya secara sembunyi-sembunyi akan dikabulkan. Di sisi kepalanya ada malaikat yang bertugas, setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata,’Amin, dan untukmu serupa dengan itu.” (Shahih Muslim)

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- besabda,

لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى خَدَمِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوْا مِنَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى سَاعَةَ نَيْلٍ فِيْهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيْبَ لَكُمْ

Jangan mendoakan keburukan untuk diri sendiri, anak, pembantu dan harta kalian, jangan sampai kalian bertepatan dengan waktu terkabul, sehingga Allah kabulkan untuk kalian.: (Shahih Abi Dawud)

Hendaknya doa dipanjatkan secara umum memohon kebaikan, taufik, kapan pun waktunya. Terkadang doa dipanjatkan dengan maksud-maksud tertentu seperti memohon kesembuhan penyakit, saat pulang dari safar, dan sejenisnya. Ini adalah perkara terpenting demi mencapai harapan dan mencegah yang tidak diinginkan.

Hendaknya memanfaatkan waktu dan kesempatan doa mustajab seperti ; doa saat sujud, sepertiga malam terakhir, akhir waktu hari jum’at, dan lainnya. Supaya doa terkabul, maka harta seseorang harus berasal dari yang halal, baik yang dimakan, diminum, ataupun dipakai. Sebab harta haram termasuk faktor terbesar penghalang doa.

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 116)

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *