Dalam naungan ajaran Islam, kaum wanita hidup dengan penuh kemuliaan. Wanita dihargai serta dimuliakan semenjak pertama kali dia terlahir ke bumi. Mereka dimuliakan dalam semua fase kehidupan yang mereka lalui, baik ketika ia sebagai seorang anak, ibu, istri, saudari, atau bibi. Kaum wanita pada semua fase kehidupannya selalu dimuliakan dan diberikan hak-hak khusus oleh Islam.
Wanita sebagai Anak
Saat seorang wanita sebagai seorang anak, Islam menyerukan agar berbuat baik kepadanya, memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya, agar dia menjadi wanita shalihah yang menjaga kehormatannya. Islam juga mencela perbuatan kaum jahiliyah yang telah mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup dan perbuatan orang-orang yang membenci kehadiran mereka. Allah azza wajalla berfirman,
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ )
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, dikarenakan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (Qs. An-Nahl : 58-59)
Dalam sebuah hadis yang terdapat dalam shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam-, bersabda,
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنَعَ وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bagi kalian perbuatan durhaka kepada para ibu, menahan hak (yang harus ditunaikan) dan selalu meminta sesuatu (yang bukan haknya), serta perbuatan mengubur bayi perempuan hidup-hidup (HR. Al-Bukhari, no. 5975 dan Muslim, no. 593)
Ibnu Hajar –semoga Allah merahmatinya- menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyah mengubur anak-anak wanita dengan dua model :
Pertama : Mereka menyuruh istri mereka sebelum proses kelahiran untuk berada di dekat lubang. Apabila yang dilahirkan bayi laki-laki, maka bayi tersebut diambil dan diasuh. Namun, apabila yang terlahir perempuan, maka mereka langsung dimasukkan ke dalam lubang dan dikubur.
Kedua : Sebagian mereka, apabila anak perempuannya sudah berumur enam tahun, sang ibu disuruh untuk menghiasinya dengan alasan akan dibawa ziarah ke karib kerabatnya. Kemudian dia dibawa ke tengah padang pasir hingga sampai pada sebuah sumur, lantas dia disuruh melihat ke dalam sumur tersebut. Saat dia melihat ke dalam, ia didorong ke dalamnya kemudian ditimbun. (Fathul Baariy, 10/421)
Itulah perlakuan buruk mereka terhadap anak perempuan mereka. Ini sangat berbeda dengan syariat Islam yang menganggap anak wanita sebagai sebuah nikmat yang agung, anugerah mulia dari Allah. Allah berfirman,
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ )
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendakiNya, dan Dia menjadikan mandul saiapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (Qs. Asy-Syura : 49-50)
Dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dari Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam-, beliau bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهَا وَلَمْ يُهِنْهَا وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ
Barangsiapa memiliki anak perempuan dan dia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak pula dia hinakan, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki darinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Surga (Musnad Imam Ahmad, 1/223)
Diriwayatkan dari Ibnu Majah, dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَّتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan, dan dia bersabar atas mereka, serta memberikan mereka pakaian sesuai kemampuannya, maka Allah akan menjadikan mereka sebagai hijab (penghalang) baginya dari api Neraka pada hari Kiamat (Sunan Ibnu Majah, no. 3669)
Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shahihnya, bahwa Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
« مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ ». وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
Barangsiapa mengasuh dua anak perempuan sampai mereka mencapai usia baligh, maka dia akan datang pada hari Kiamat bersamaku seperti dua ini”. Beliau menyatukan dua anak jarinya (Shahih Muslim, no. 2631)
Imam Ahmad juga meriwayatkan, bahawasanya Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
مَنْ عَالَ ابْنَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَ بَنَاتٍ أَوْ أُخْتَيْنِ أَوْ ثَلَاثَ أَخَوَاتٍ حَتَّى يَبْلُغْنَ أَوْ يَمُوْتَ عَنْهُنَّ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ وَأَشَارَ بِأَصْبُعَيْهِ السَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى
Barangsiapa mengasuh dua atau tiga anak perempuan, dua atau tiga saudara perempuannya sampai mereka mencapai usia baligh, atau dia meninggal dan mereka dalam asuhannya, maka dia dan aku seperti dua jari ini. Beliau mengisyaratkan dengan dua jari beliau ; jari telunjuk dan jari tengah. (Musnad imam Ahmad (3/148)
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad dari Shahabat Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– yang bernama Jabir bin Abdillah, ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيْهِنَّ وَيَكْفِيْهِنَّ وَيَرْحَمُهُنَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ اَلْبَتَّةَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَعْضِ الْقَوْمِ : وَثْنَتَيْنِ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : وَثْنَتَيْنِ
Barangsiapa mengasuh tiga anak perempuan, mencukupi kebutuhan mereka, dan mengasihi mereka maka telah dipastikan baginya Surga.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana dengan dua anak perempuan, wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Dua anak perempuan juga seperti tu. “ (HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, no. 178)
Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan bahwa Aisyah mengatakan, bahwa ada seorang arab badui mendatangi Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bertanya :
أَتُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ ؟ فَمَا نُقَبِّلُهُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
Apakah kalian pernah mencium anak-anak kalian? Dia menjawab,”kami tidak mencium mereka.” Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- kemudian bersabda, ‘Saya tidak mampu menjadikan rasa kasih sayang di hatimu, jika Allah telah mencabutnya dari hatimu (Shahih al-Bukhari, no. 5998 dan Shahih Muslim, no. 2317)
Bersambung insya Allah…
Sumber :
Diangkat dari al-Jami’ lil Buhuts war Rasa-il, Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin, hal. 528-529
Amar Abdullah bin Syakir