Kembali Kepada Allah Saat Tertimpa Musibah

Pembaca yang budiman…

Walaupun para shahabiyat menyibukkan diri dengan beribadah dan menghabiskan waktu untuk menghadap Allah azza wajalla, akan tetapi pada saat mereka tertimpa musibah, mereka mengganggap hal itu terjadi karena dosa-dosa mereka dan tidak tertipu dengan amal shaleh mereka.

Hal ini terjadi pada Asma’ binti Abu Bakar,seorang wanita yang jujur, banyak beribadah dan bersyukur. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam al-Ishabah dan lainnya [1] dengan sanad yang hasan, dan sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Hajar [2] dari Ibnu Muolaikah, bahwa (suatu kali) Asma merasa pusing, dia meletakkan tangannya di kepala, dia berkata, “Ini karena dosaku, dan ampunan Allah lebih luar”

Hal ini menunjukkan ketawdhu’an dan rasa takut beliau kepada Allah azza wajalla, di mana dia mengatakan, “ Ini karena dosaku”. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa jika seorang hamba semakin dekat kepada Allah azza wajalla, dia akan semakin takut (kepada-Nya). Dan jika hubungan dirinya dengan Rabbnya melemah, maka rasa takut pun akan berkurang dan keimanannya juga akan melemah. Maka dari itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga) ? Tiadaklah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi (Qs. Al-A’raf : 99)

Apa yang terjadi pada Asma ini menunjukkan (besarnya) kesabaran beliau, di mana beliau telah mengatakan “ Dan ampunan Allah lebih luas”. Harapan beliau akan ampunan –subhanahu wa ta’ala  serta harapan beliau agar sakitnya menjadi sebab ampunan Allah atas dosa-dosanya, menunjukkan bahwa beliau (sangat) bersabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya, supaya mendapatkan pahala seperti yang disebutkannya tadi.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam ash-shahihain [3] yang diriwayatkan dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik itu berupa rasa lelah, sakit, duka, kesedihan, penderitaan, kegalauan hingga duri yang melukainya, kecuali Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosanya dengan hal itu.

Wallahu a’lam

Sumber :

Duruusun Min Hayati ash-Shahabiyaat, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani (Edisi Indonesia, hal. 98-99)

Amar Abdullah bin Syakir

[1] Al-Ishabah, 4/230; Siyar a’lam an-Nubala’, 2/290; Tahdzib al-Asma’ Wa al-Lughat, karya an-Nawawi, hal. 598

[2] Al-Ishabah, 4/230

[3] Al-Bukhari, 5/2137 dan Muslim, 4/19

 

 

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *