Sesungguhnya seorang yang beriman kepada Allah meyakini bahwasannya Allah memiliki kekuasaan tanpa batas dalam mengatur alam semesta, termasuk di dalamnya adalah manusia dan kehidupannya, termasuk di dalamnya batasan waktu yang diberlakukan pada setiap tahapan-tahapan kehidupan manusia, seperti tahapan sesuatu yang belum dapat disebut, yang merupakan awal tahapan penciptaan Abul Basyar Adam ‘alaihissalam, sebagaimana firmanNya,
هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? (Qs. Al-Insan : 1)
Kemudian, tahapan-tahapan proses kehidupan anak cucu Adam di dalam alam rahim ; mulai dari pertemuan antara sperma dan ovum, sebagaimana firmanNya, yang artinya, ‘Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Qs. Al-Insan : 2)
Lalu, tahapan berikutnya terbentuk zigot, embrio, lalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan hingga menjadi janin yang tersimpan di tempat yang kokoh, yaitu rahim untuk batas waktu yang telah ditentukanNya.
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِيْنٍ. فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِيْنٍ. إِلَى قَدَرٍ مَعْلُوْمٍ. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُوْنَ
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina (mani), kemudian Kami letakkan ia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan. Lalu, Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. (Qs. Al-Mursalat: 20-23)
Kemudian, tahapan-tahapan kehidupan di alam dunia; mulia dari jabang bayi hingga tua kemudian mati. (silakan baca : Qs. Al-Hajj : 5)
Kemudian, tahapan berikutnya, yakni, dibangkitkan, lalu berpindah kepada kehidupan di alam makhsyar hingga batas waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan pengadilan dan balasan atas amal yang dilakukan selama hidup di dunia, kemudian berpindah kepada kehidupan yang abadi dengan menempati tempat yang telah disediakan oleh Allah, boleh jadi di Surga; tempat yang penuh dengan kenikmatan yang tidak terputus yang disediakan bagi orang-orang yang taat kepadaNya.
Boleh jadi pula di Neraka; tempat yang penuh dengan beragam siksa yang pedih yang disediakan untuk orang-orang yang tidak taat kepadaNya. Atau, boleh jadi seseorang mampir terlebih dahulu di Neraka untuk batas waktu yang dikehendakiNya, lalu dipindahkan ke Surga untuk mendiaminya untuk waktu yang tidak terbatas lamanya. Semoga Allah menggolongkan kita termasuk ahli Surga tanpa mampir terlebih dahulu ke dalam Neraka. Amin
Batasan Waktu adalah RahasiaNya
Batasan-batasan waktu dari tahapan-tahapan tersebut di atas merupakan bagian dari rahasiaNya, maka tak seorang pun yang mengetahui secara pasti. Termasuk dalam hal batasan waktu kehidupan seseorang di alam dunia. Hingga kapankah atau berapa lamakah ia akan hidup di dunia ?, tak seorang pun yang mengetahuinya, karena hal tersebut merupakan bagian dari rahasia yang telah ditentukanNya.
RasulNya Muhammad bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ وَيُقَالُ لَهُ اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ
Sesungguhnya setiap orang dari kalian dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian Allah mengirim malaikat yang diperintahkan empat ketetapan dan dikatakan kepadanya, ‘tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, sengsara dan bahagianya lalu ditiupkan ruh kepadanya…(HR. al-Bukhari, no. 3208)
Maka, setiap manusia pasti sampai pada batasan waktu yang menjadi rahasiaNya. Hanya saja tak seorang pun yang mengetahuinya kapankah waktunya. Begitu pula halnya di manakah tempatnya ia sampai pada batasan waktu itu, tengah dalam keadaan atau kondisi bagaimana pula saat ia sampai kepada batasan waktu tersebut, tidaklah diketahuinya.
Kala Tiba Batas Waktunya.
Ketika seseorang telah sampai kepada batasan waktu yang telah ditentukan Allah tersebut niscaya ia tak dapat mengelak darinya. Demikianlah ketentuan yang merupakan ketetapan yang diberlakukan oleh Allah. Sebagaimana firmanNya,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Qs. al-A’raf : 34)
Allah ta’ala juga berfirman,
إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kalian mengetahui (Qs. Nuh : 4) .
Maka, kematian seseorang bila ajalnya telah tiba, tidak maju, tidak pula mundur barang sesaat pun. Dan selagi ia belum sampai kepada batas waktu yang menjadi ketetapanNya tersebut niscaya nyawanya tidak akan tercerabut dari tubuhnya. Allah berfirman,
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوْتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya (Qs. Ali Imran : 145)
Hikmah Dibalik RahasiaNya
Dirahasiakannya batas waktu yang ditentukanNya tersebut memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita orang-orang yang berakal dan orang-orang yang beriman kepada Allah, di antaranya :
- Terdorongnya seseorang untuk senantiasa waspada dan berusaha selalu berada dalam ketaatan kepadaNya, beramal shaleh yang disyariatkan dilandasi keimanan yang benar, karena jika ia telah sampai pada batas waktu yang dirahasiakanNya tersebut sementara ia tengah berada dalam ketaatan niscaya keuntunganlah yang akan didapatkannya nantinya. Allah berfirman,
لِلَّذِيْنَ أَحْسَنُوْا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ
Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik (Qs. an-Nahl : 30 )
الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ طُوْبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (Qs. ar-Ra’d : 29 ) .
- Terdorongnya seseorang untuk menjaga diri dari ucapan dan tindakan pelanggaran, dari terlena oleh kehidupan dunia, karena bila mana ia sampai kepada batas waktu yang ditentukan sementara ia bergelimang dengan kemasiatan dan pelanggaran, terlena oleh kehidupan dunia niscaya kerugianlah yang akan didapatkannya nantinya. Allah mengisyarkan dalam firmanNya, yang artinya, “ Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu (Qs. al-An’am : 31)
- Terdorongnya seseorang untuk segera beramal shaleh sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan jauh menuju kampung akhirat sebelum hilangnya kesempatan untuk melakukannya. Tidak menunda-nundanya selagi kesempatan masih ada dan memungkinkan dirinya untuk melakukannya.
Akhir kata, semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk senantiasa dalam keadaan taat hingga kita berjumpa dengan batas waktu yang telah ditentukan Allah. Sehingga, akhir kehidupan kita di dunia ini adalah khusnul khatimah, sehingga kehidupan selanjutnya pun akan penuh dengan kebaikan pula, insya Allah. Amin
Penulis :
Amar Abdullah bin Syakir