Jin pun Beramar Ma’ruf Nahi Munkar

Syariat islam tidak hanya berlaku untuk manusia saja, tetapi juga kepada para jin, dan mereka mereka memiliki kewajiban dalam agama sebagaimana manusia. Sehingga amar ma’ruf nahi munkar juga menjadi salah satu kewajiban jin. Allah subhanahu wata’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an bagaimana para jin mengajak kaum mereka untuk beriman kepada Allah ta’ala.

Allah berfirman dalam surat Al-Ahqaaf ayat 29-32:

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (٢٩) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (٣٠) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (٣١) وَمَنْ لا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الأرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٣٢)

  1. Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al Quran, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Maka ketika telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
  2. Mereka berkata, “Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus.
  3. Wahai kaum kami! Terimalah seruan orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
  4. Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksaan Allah di bumi, padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”

Dari ayat-ayat suci diatas, kita dapat memetik beberapa pelajaran dalam berdakwah diantaranya:

Pertama, berilmu merupakan langkah awal untuk berdakwah.

Jika kita merenungi ayat 29 diatas, kita akan mendapatkan bahwa para jin tersebut mendengarkan Al-Qur’an dengan seksama untuk mendapatkan ilmu, karena itulah Allah menggunakan kata استمع yang dalam bahasa arab berarti mendengarkan dan memperhatikan, kata tersebut juga menunjukkan kepada tingkat mendengarkan yang paling tinggi, yaitu yang disertai dengan perhatian dan konsentrasi penuh. Bahkan untuk lebih fokus lagi untuk mendengarkan Al-Qur’an sebagian mereka menyuruh kepada sebagian yang lain untuk diam. Allah berfirman:

فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا

“Maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).”

Sikap ini merupakan sikap yang mulia dimana Allah memerintahkan kita untuk mendengarkan & memperhatikan ketika Al-Qur’an dibacakan. Allah berfirman:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204)

Kedua, menyampaikan ilmu yang telah dipelajari, dan memulai dakwah dari orang-orang terdekat.

Allah berfirman:

فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

“Maka ketika telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”

Kekuatan pengaruh ayat-ayat Al-Qur’an pada jiwa mereka menggerakkan mereka untuk menyampaikan ayat-ayat tersebut kepada kaum mereka, sehingga setelah mereka mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dibacakan mereka langsung mengajak kaumnya untuk beriman.

Ayat diatas juga menunjukkan bahwa mereka berdakwah kepada kaum mereka, yang tidak lain adalah para jin dari kalangan mereka sendiri yang merupakan orang-orang terdekat mereka. Ini sesuai dengan firman Allah ta’ala:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. As-Syu’araa’: 214)

Jika kita mentadabburi ayat-ayat diatas, kita mendapati bahwasanya untuk berdakwah kepada orang lain tidak harus menunggu untuk menjadi orang yang alim dulu baru memulai berdakwah, para jin tersebut dengan sekali mendengar ayat Al-Qur’an mereka menyampaikannya kepada kaum mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku (yakni dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) walau hanya satu ayat.” (HR. Al-Bukhari)

Namun dalam berdakwah juga harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya; apa yang ia sampaikan haruslah shahih bukan hadits dha’if atau maudhu’, harus disampaikan dengan pemahaman yang benar, dan disertai dengan penguasaan yang baik.

Ketiga, menggunakan cara yang tepat dalam berdakwah.

Dalam berdakwah mereka menggunakan kata-kata yang bisa meyakinkan orang lain, mereka menyampaikan bahwa kitab yang mereka dengar adalah membawa kebenaran sama seperti kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa yaitu taurat dan tidak bertentangan dengannya, sehingga beriman kepadanya sama dengan beriman kepada kitab taurat.

Kemudian mereka berpindah ke cara berikutnya yaitu memanggil kaum mereka dengan panggilan pendekatan, kemudian menjelaskan kepada mereka ampunan Allah atas dosa-dosa mereka jika mereka beriman dan adzabnya, serta menjelaskan ancaman Allah bagi orang-orang yang tidak beriman.

Keempat, tetap berdakwah baik diterima atau tidak.

Di akhir ayat tersebut Allah ta’ala tidak menyebutkan apakah kaum mereka dari kalangan jin menerima ataukah tidak. Ini menunjukkan bahwa diterima atau tidaknya dakwah seorang dai tidaklah penting, karena Allahlah yang maha memberi hidayah, kewajiban kita hanyalah berdakwah, sedangkan apakah mereka menerima atau tidak bukanlah tanggungjawab kita.

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.


Sumber : islamselect.net

Penyusun : Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah.net
Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *