Bapak dan ibu, para orang tua yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Banyak orang dalam kehidupan ini menginginkan kebahagiaan, namun yang menjadi tolak ukur kebahagiaan itu menurut sbagaian besar orang adalah tatakala ia memiliki harta yang melimpah. Oleh karenanya, untuk mengejar dan menangkap kebahagiian model ini tidak sedikit orang yang kemudian menghalalkan berbagai macam cara. Tak peduli apakah cara yang dilakukannya tersebut halal ataukah haram. Apakah ini merupakan salah satu bentuk kebenaran apa yang pernah nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah)
Diantara usaha yang haram, yang mana boleh jadi banyak orang sudah tidak lagi menghiraukannya adalah riba. Allah azza wajalla berfirman,
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275).
Maka, wahai para orang tua, hendaknya Anda menjadi diri Anda dan keluarga Anda dari hal yang Allah haramkan tersebut, dan agar Anda tidak terjerumus ke dalamnya. Maka hendaklah anda mendalami persoalan ini. Karena, orang yang tidak mengetahui sesuatu sangat boleh jadi ia akan terjerembab ke dalamnya. Apalagi Anda berprofesi sebagai sorang pedang misalnya, maka hendaklah Anda membekali diri Anda dengan ilmu yang berkaitan dengan profesi Anda, agar anda tidak terjatuh ke dalam riba. ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan,
مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ
“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.”
Sekalipun sebenarnya, jika Anda menjadi pembeli, juga hendaknya Anda mengetahui masalah riba, karena betapa banyak model-model riba yang dikemas dalam bentuk yang sedemikian bagusnya yang terkesan untuk memberikan kemudahan dalam membantu kita untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti papan misalnya, namun ternyata terdapat unsur riba di sana. Sebut saja misalnya KPR, atau pemenuhan kebutuhan lain seperti kendaraaan bermotor, lalu ditawarkanlah sesuatu yang terkesan memudahkan berupa sisem kredit, yang ternyata terdapat unsur riba. Atau misalnya untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan anak, ditawarkanlah oleh bank-bank konvensional berupa pinjaman berbunga. Maka ini adalah riba, dan seterusnya.
Ketahuilah, wahai para orang tua, sungguh riba yang diharamkan oleh Allah ta’ala itu sangat berbahaya -semoga Allah melindungi kita darinya-, maka janganlah Anda terpedaya olehnya dengan tampilannya yang demikian menjanjikan kepada Anda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali” (HR. Ahmad 5: 225. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1033).
Ketahuilah pula bahwa tidak hanya pelaku yang menyediakan jasa riba saja yang berdosa, namun Anda juga sebagai konsumen jasa tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama (karena sama-sama melakukan yang haram).” (HR. Muslim no. 1598).
Bapak dan ibu, para orang tua yang saya hormati,
Janganlah Anda justru mendukung anak-anak Anda untuk bekerja di tempat yang di sana secara jelas sistemnya menunjukkan transaksi riba, seperti misalnya, bekerja di bank Konvensional. Karena ini berarti anda mendukung anak anda untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah untuk melakukannya yaitu riba. Namun, boleh jadi Anda kini telah menyadari hal ini, maka pilihan terbaik bagi Anda adalah menyuruhnya untuk segera keluar dari tempat tersebut agar anak anda tersebut selamat.
Percayalah, bila mana Anda melakukan hal itu, Allah akan memberikan kepada Anak Anda ganti yang lebih baik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sungguh jika kamu meninggalkan suatu hal karena Allah semata, maka Allah akan menggantikan untukmu yang lebih baik dari pada itu.” (HR. Al Ashbahani dalam kitabnya At Targhib, Hadits dishahihkan oleh Al Bani)
Jadi, – wahai orang tua-, sudah semestinya, tujuan akhirat lah yang menjadi sasaran utama setiap kita. Balasan pertama yang diharapkan dari setiap amalannya adalah balasan di akhirat bukan balasan dunia semata. Walaupun tidak kita pungkiri, terkadang ada juga orang yang langsung mendapat balasan di dunia dengan segera.
Jangan khawatir, anak Anda akan kerja apa, jangan khawatir pula Anak Anda tidak bisa dapat penghasilan yang banyak.
Wahai para orang tua, Allah dan RasulNya telah memanggil kita ke negeri akhirat. Sekarang tinggal sikap kita dalam menjawab panggilan ini. Jika kita penuhi panggilan ini, kita gerakkan hati dan anggota tubuh kita untuk berangkat menuju negeri akhirat, maka Allah akan menggantikan dunia kita dengan balasan kenikmatan seluas langit dan bumi di surga kelak. Wallahu a’lam.
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet