Dijaman serba canggih ini, orang-orang berlomba-lomba memperlihatkan semua apa yang ia miliki ke publik melalui akun-akun media sosialnya, dari hal yang besar, kecil, bahkan yang bersifat pribadi. Seperti kegiatan sehari-hari, plesir ke resort liburan, makan di restoran mahal, menginap di hotel berbintang, sampai hal yang tak layak untuk dijadikan konsumsi publik juga di upload, seperti mengunggah moment kebersamaan antara seorang suami dan istri yang dikehidupan nyata haruslah melihat situasi kondisi, namun didunia maya di pajang sepanjang hari dan terbuka bagi siapa saja.
Kemudian di sisi lain, kebiasaan buruk pasti melahirkan keburukan lainnya, yaitu orang yang terbiasa memamerkan kehidupannya maka kacamatanya dalam menilai orang lain juga tidak lagi obyektif, sehingga memandang orang lain hanya dari sisi materi dan lahiriah saja; apakah orang yang didepannya terkenal, memakai pakaian bagus, memiliki prestasi apa, punya apa, pekerjaannya apa, dsbg yang bermakna hanya memandang hormat kepada orang berpunya, dan memandang rendah orang yang terlihat bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa.
Maka kita katakan, jika standar hidup anda seperti diatas, maka ketahuilah bahwa hati anda sudah dihinggapi penyakit, yang mana penyakit itu hanya akan mencelakakan diri anda sendiri, karena banyak orang yang masih menjaga keikhlasan didalam berkehidupan didunia ini, maka yang ia tampakkan bagi manusia adalah pakaiannya yang sederhana, sikapnya yang tak pilah-pilih lawan bicara, mudah mengapresiasi orang lain, padahal jika ditelisik ternyata dia punya segudang kebaikan yang kalau saja ia mau untuk mempostingnya ke akun sosial medianya, maka apa yang engkau banggakan selama ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kepunyaannya, namun perilaku dan sikap kalian berdua jauh seperti langit dan bumi; engkau meninggi bak tiada orang lain yang diatas dirimu, sedangkan dia bak padi, semakin berisi semakin merunduk.
Dan yang demikian, itulah tuntunan Islam untuk berkehidupan sehari-hari antar sesama, yakni berasaskan saling memandang penuh apresiasi, menghargai, berprasangka baik, dan saling bantu-membantu tanpa memandang merk pakaian.
Allah Ta’ala berfirman sembari memperingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Hujurat: 11)
Dan sebuah pepatah arab menyebutkan:
لاَ تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ
“Janganlah engkau meremehkan orang lain, karena setiap orang memiliki kelebihan”.
Maka dari itu, hendaklah yang menjadi standar kacamatamu ketika memandang orang lain adalah standar ketakwaan, sehingga engkau mencintai dan menghormati siapa saja yang berada didepanmu selagi ia orang baik, dan tidak mudah terpana dengan kekayaan dan ketenaran orang lain padahal ia orang fasik bahkan non muslim,
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Instagram @hisbahnet,
Chanel Youtube Hisbah Tv
Penulis : Ustadz Muhammad Hadrami