Ahmad berkata : “Muhammad bin Ja’far bercerita kepada kami, ‘Auf bercerita kepada kami dari ayahnya, bahwa ia mendengar Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ الْعِيَافَةَ وَالطَّرْقَ وَالطِّيَرَةَ مِنَ الْجِبْتِ
Sesungguhnya ‘Iyafah, tharq dan Thiyarah adalah termasuk jibt (Sihir)
Penjelasan :
Ahmad berkata. Beliau adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.
Muhammad bin Ja’far. Beliau adalah seseorang yang terkenal dengan nama Ghundar al-Hudzali al-Bashriy, ia merupakan orang yang tsiqah (kredibel) dan cukup terkenal. Ia wafat pada tahun 206 H.
‘Auf, di sini adalah ‘Auf bin Abi Jamilah –dengan jim berfathah –Al Abdi al-Bashriy yang terkenal dengan ‘Auf al-‘Arobiy. Ia merupakan orang yang tsiqah. Ia wafat pada tahun 46 atau 47 H, dalam usia 80 tahun.
Dari ayahnya. Yaitu, Qabishah –dengan fathah di awal-bin Mukhariq-dengan mim berdhammah– Abu Abdillah al-Hilali, seorang sahabat yang tinggal di Bashrah.
Sabda beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- :
إِنَّ الْعِيَافَةَ وَالطَّرْقَ وَالطِّيَرَةَ مِنَ الْجِبْتِ
“Sesungguhnya ‘Iyafah, tharq dan Thiyarah adalah termasuk jibt (Sihir) “.
Auf berkata :
“Iyafah adalah meramal nasib dengan menerbangkan burung dan meramal nasib baik dari namanya, suaranya, dan tempat lewatnya.
Hal itu adalah kebiasaan orang-orang Arab dan banyak disebutkan dalam syair-syair mereka. Dikatakan, ‘aafaa-ya ‘ifu ‘iifan jika menerbangkan, meramalkan dan mengira.
Tharq adalah meramal nasib dengan garis yang digoreskan di tanah.
Begitulah Auf menafsirkannya, dan memang begitu. Abu Sa’adaat berkata, ‘Yaitu menggores dengan batu kecil (kerikil) seperti yang dilakukan para perempuan.
Thiyarah, kata Thiyarah dengan huruf tha‘ berkasrah dan ya‘ berfathah atau mungkin bersukun, adalah isim mashdar dari kalimat tathayyara thiyaratan sebagaimana dikatakan, ‘takhayyuran khiyaratan. Tidak ada mashdar yang mengikuti wazan (pola) ini kecuali kedua kalimat tersebut. Asalnya adalah tathayyur dengan sanih dan barih (menafsirkan arah lintasan burung, kijang dan lainnya). Hal itu menghalangi tujuan mereka , lalu syariat manafikan dan membatalkannya serta mengabarkan bahwa hal itu tidak berpengaruh dalam mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
Sabda beliau, مِنَ الْجِبْتِ “Termasuk Jibt.” Maksudnya (termasuk) sihir. Al-Qadhi berkata al-Jibt aslinya adalah kegagalan yang tidak mempunyai kebaikan. Kemudian dibuat ungkapan untuk sesuatu yang disembah selain Allah, selain itu juga untuk tukang sihir dan dan sihir itu sendiri.
Wallahu A’lam
Sumber :
“Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid“(Edisi Revisi), Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, ei, hal. 537-538
Amar Abdullah bin Syakir