Kecukupan dan tingginya kelas ekonomi keluarga adalah karunia yang Allah ta’ala berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Suami-istri bijak akan menggunakan nikmat ini dalam ketaatan kepada Allah, memperbaiki kualitas pangan, papan, kesehatan, pendidikan maupun perkara-perkara penting lain yang dapat menyokong langgengnya keluarga. Di samping untuk sedekah, dana sosial, dan membantu kaum muslimin lainnya.
Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai kecukupan harta ini berakibat menyelisihi perintah Allah, membuat keluarga berantakan, dan pertikaian satu sama lain. Allah ta’ala berfirman,
كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۙ وَلَا تَطْغَوْا فِيْهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِيْۚ وَمَنْ يَّحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِيْ فَقَدْ هَوٰى-٨١
Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia.(Qs. Thaha : 81)
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ -٧٧
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.(Qs. Al-Qashash : 77)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَنْعَمَ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً يُحِبُّ أَنْ يَرَى أَثَرَ النِّعْمَةِ عَلَيْهِ وَيَكْرَهُ الْبُؤْسَ وَالتَّبَاؤُسَ وَيَبْغَضُ السَّائِلَ الْمُلْحِفَ وَيُحِبُّ الْحَيِيَّ الْعَفِيْفَ الْمُتَعَفِّفَ
Sesungguhnya Allah azza wajalla jika memberi suatu nikmat kepada seorang hamba, Dia suka melihat tanda kenikmatan itu. Dia membenci fakir dan berpura-pura fakir. Dia juga murka terhdap peminta-minta yang memaksa serta mencintai seorang pemalu yang menjaga diri dan berusaha menjaga diri dari meminta-minta,” (Shahih al-Jami’)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-bersabada,
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ
Sebaik-baik harta yang shaleh (halal) adalah milik seorang yang shaleh.
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ رِجَالًا يَتَخَوَّضُوْنَ فِي مَالِ اللهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya orang-orang yang mempermainkan harta Allah pada jalan yang tidak benar, niscaya bagi mereka Neraka pada hari Kiamat (Shahih al-Bukhari)
Perempuan juga termasuk dalam ancaman hadis ini.
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ الْغِنَى لَيْسَ عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُوَفِّي عَبْدَهُ مَا كَتَبَ لَهُ مِنَ الرِّزْقِ فَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حُرِّمَ
Wahai manusia, sesungguhnya kaya itu bukan dengan banyaknya harta, kaya itu kaya hati. Dan sesunguhnya Allah azza wajalla menyempurnakan rizki yang telah ditetapkan bagi seorang hamba, maka baiklah dalam mencari. Ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram (Shahih al-Jami’)
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 194-196)
Amar Abdullah bin Syakir