Istri yang Memberitahu Suaminya Tentang Hadats

Suatu hari Abu Rafi’ berhadats ketika shalat namun ia masih melanjutkan shalatnya, maka lantas Salma (istrinya) menegurnya dan menyuruhnya untuk berwudhu lagi, tapi karena Abu Rafi’ tidak tahu kalau orang yang berhadats shalatnya telah batal, ia memukul istrinya dengan anggapan istrinya telah mengganggu shalatnya.

Kisah ini diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah radhiyallahu’anha beliau berkata, “pada suatu hari Salma istri Abu Rafi’ datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengadu bahwa ia dipukul oleh Abu Rafi’. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Rafi’, “ada apa antara engkau dengan dia?” ia menjawab, “dia menggangguku wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada kepada Salma, “bagaimana kamu bisa mengganggunya wahai salma?” Salma menjawab, “saya sama sekali tidak mengganggunya, tapi dia berhadats ketika shalat, maka aku bilang kepadanya: wahai Abu Rafi, Rasulullah memerintahkan orang islam jika salah seorang dari mereka mengeluarkan angin (kentut) untuk berwudhu. Dikala aku katakan itu ia malah bangkit lalu memukulku.” Maka Rasulullahpun tertawa seraya berkata, “wahai Aba Rafi’ dia tidak menyuruhmu kecuali kepada yang baik.” (HR. Ahmad).

Kita dapat memetik beberapa faedah dari kisah ini, diantaranya:

  • Sebagai seorang istri yang shalehah janganlah sungkan-sungkan untuk memberitahu suami jika suami salah, namun harus dengan tata cara yang baik dan lembut.
  • Suami tidak boleh langsung menggunakan cara keras kepada istri hanya karena istri menasehatinya, seharusnya ia menyadari bahwa nasehat istri kepadanya adalah bentuk kasih dan cintanya, sehingga seharusnya ia justru berterimakasih.
  • Suami yang yang baik tidak akan menolak masukan ataupun nasehat dari istri, karena mungkin saja ada hal-hal yang tidak diketahui suami namun diketahui oleh istri.
  • Kisah ini menunjukkan kebijaksanaan Rasulullah sebagai hakim, beliau mendengarkan pembicaraan dari duasisi yang bersengketa tanpa membeda-bedakan.
  • Rasulullah menyelesaikan masalah antara suami-istri dengan sangat tenang dan tidak membesar-besarkan masalah, sehingga keduabelah pihakpun bisa cepat reda dan menerima.
  • Dari perkataannya yang terakhir kepada Abu Rafi’, Rasulullah tidak berkesan menyalahkan Abu Rafi’ karena keterburu-buruannya memukul istri, tapi cukup dengan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Salma adalah benar. Dengan demikian Abu Rafi’ bisa paham tanpa merasa disudutkan. Dan ini menunjukkan keagungan Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Penyusun: Arinal Haq

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *