Istri yang Kasar – Bagian 3

Keras kepala adalah bukti kekasaran dalam diri wanita yang terwujud dalam satu bentuk atau lainnya. Kerena kesamaan atau cinta. Lebih dari itu, keras kepala merupakan bukti ketidaksukaan dan identik dengan keburukan. Istri yang keras kepala menjadi kasar bila ia melakukan itu untuk mengalahkan suaminya. Dan bila ia tetap keras kepala karena ia sebenarnya tidak ingin tunduk, menerima, atau mereda.

Kebanyakan istri yang keras kepala melakukan ini. Mereka bersikap keras kepala bukan karena mempertahankan suatu pendapat dan tidak pula berpegang pada alasan yang kuat. Tetapi, keras kepalanya itu hanya akan membuat marah orang lain (baca : suami), mengeruhkan wataknya, menghancurkan ketegangannya, mengacaukan ketenangannya, dan karena ingin balas dendam baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Kehancuran biduk rumah tangga itu kebanyakan disebabkan oleh batu keras kepala.



Di antara kekasaran istri yang membekas di hati suami dan merusak semangat hidupnya adalah ketika istrinya menyambut keluarga atau kerabat suami dengan sikap yang dingin, berat hati, tidak menghormati, dan tidak perhatian. Padahal ketika ia menyambut keluarga dan kerabatnya sendiri, ia menyambutnya dengan sangat hangat, penuh penghormatan, dan wajah yang berseri-seri.

Aksen yang tinggi dalam bicara dan logat seorang pria maupun wanita -yang kita sebut dalam ungkapan Nazr– merupakan perkara yang tidak disukai. Akan tetapi bila ini terjadi pada wanita, maka ini lebih dibenci dan lebih cepat menghilangkan sifat kewanitaannya. Ia lebih cepat merusak kelembutannya dan mencemarkan nama baiknya. Ia bagaikan taring ular berbisa.

Ketahuilah bahwa wanita itu tidak hanya dianggap kasar bila ia berbicara kepada suaminya dengan apa yang kita istilahkan dengan Nazr tadi, akan tetapi ia juga sudah dianggap kasar bila ia berbicara dengan suaminya dengan nada yang tinggi meskipun tidak sampai pada tingkat Nazr yang nyata. Nada yang tinggi ketika bertanya maupun menjawab merupakan kekasaran di atas kekasaran. Suara wanita yang penuh perasaan dan lembut itu mempertandakan kecantikannya sebab kecantikan wanita itu kebanyakan terlihat pada suaranya. Bila suaranya sudah berubah menjadi bernada tinggi, ini akan mengubah perasaannya yang halus dan menunjukkan bahwa kelembutannya telah hilang. Itu akan menghapus kecantikannya layaknya alat perekam suara rusak yang menghapus suara penyanyi yang merdu.



Termasuk kekasaran pada wanita bisa dilihat pada dapurnya yang kotor bagaikan tempat sampah. Piring yang digunakan olehnya untuk menghidangkan makanan juga buruk. Piring itu (atau perabot yang lain) seolah-olah dipungut dari onggokan barang-barang bekas atau seperti yang biasa dipakai oleh para pengemis. Padahal barang kali itu bukan barang yang dibeli dengan harga murah. Sesungguhnya dapur wanita itu bagian dari kepribadiannya.

**

Kekasaran itu merupakan perkara yang tidak disukai, baik terjadi pada lelaki maupun perempuan. Akan tetapi, kekasaran pada wanita lebih tidak disukai dan memuakkan. Lalat yang hinggap di wajah seorang lelaki itu merupakan persoalan yang tidak disukai (karena bisa jadi orang lain beranggapan bahwa ia orang yang malas mandi). Akan tetapi lalat yang hinggap di piring yang berisi kue itu sangat tidak disukai. Seorang lelaki yang dihinggapi lalat di wajahnya cukup mengibaskannya dengan tangan. Tetapi kue di piring yang dihinggapi lalat bisa jadi menyebabkan kue itu dibuang semua ke tempat sampah. Lalat ini bisa membuat Anda tidak mau makan semua kue itu.

Wallahu A’lam

Sumber :

Aswa’ul Zaujat”, Abdullah al-Ju’aitsan. E,i hal. 47 – 50.

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *