Seorang dai terkenal yang bernama Muhammad Al-Ghazali rahimahullah berkata, “andaikata manusia dalam hidupnya bertindak semaunya tanpa pengawasan dan introspeksi, tentu ia akan lalai dan bertindak bodoh dengan menyia-nyiakan hidupnya sebagaimana orang bodoh menyia-nyiakan hartanya.” (‘Jaddid Hayataka’ Karya Muhammad Al-Ghazali Hal. 229)
Hampir tidak ada orang sukses tanpa ‘introspeksi’. Introspeksi merupakan suatu hal yang lazim untuk mencapai kesuksesan dalam segala urusan. Orang yang tidak mengintrospeksi dirinya akan cenderung ceroboh dan berbuat semaunya, tidak sadar akan kesalahan dan kekurangannya, persis seperti yang dikatakan Syeikh Muhammad Al-Ghazali diatas.
Introspeksi menunjukkan ketelitian dan kepedulian seseorang dalam segala hal yang ia lakukan. Biasanya jika seorang murid mengerjakan ujian sekolah, sebelum mengumpulkan lembar jawaban mereka, pengawas ujian akan mengingatkan mereka untuk mengoreksi kembali lembar jawaban mereka sebelum dikumpulkan, bisa jadi ada jawaban mereka yang salah namun tidak disadari. Ini adalah contoh introspeksi yang paling sederhana.
Kita sebagai hamba yang hidup sementara di dunia fana sama halnya dengan murid yang sedang melaksanakan ujian dan diperintahkan untuk mengoreksi jawaban mereka sebelum dikumpulkan, kita diperintahkan untuk introspeksi diri dalam kehidupan dunia yang penuh dengan berbagai ujian baik berupa kesenangan atau kesusahan sebelum ajal tiba menjemput.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوااللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “maksud ayat ini adalah koreksilah diri kalian sebelum amal kalian diperhitungkan. Lihatlah amal-amal sholeh yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal hari dimana kalian akan kembali dan bertemu dengan Allah SWT. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui seluruh perbuatan dan keadaan kalian. Tidak ada sesuatupun pada diri kalian yang tidak Allah ketahui.” (Tafsir Ibnu Katsir 4/365).
Rasulullah SAW bersabda:
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت، والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني
“Orang yang cerdas adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk akhirat. Dan orang yang lemah adalah orang yang menundukkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Sayidina Umar bin Khatthab ra berkata:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وزنوا أنفسكم قبل أن توزنوا، فإنه أهون عليكم في الحساب غدا أن تحاسبوا أنفسكم اليوم، وتزينوا للعرض الأكبر، ويومئذ تعرضون لا تخفى منكم خافية
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah (amal) kalian sebelum (amal) kalian ditimbang, karena dengan menghisab diri kalian hari ini hisab kalian nanti akan lebih ringan, hiaslah diri kalian (dengan amal sholeh) untuk menghadapi pertemuan yang besar (hari kiamat). Ketika itu kalian diperlihatkan dan tidak sesuatupun dalam diri kalian yang tersembunyi. (HR. Ahmad dalam bukunya Az-Zuhdu, hal. 177)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “seorang hamba akan selalu dalam keadaan baik selama ada penasehat dari dalam dirinya dan ia selalu mengintrospeksi diri (muhasabah).”
Kesimpulannya adalah kita diperintahkan untuk selalu dan selalu introspeksi diri tentang apa yang sudah kita lakukan, amal sholeh apa yang telah kita lewatkan padahal kita mampu untuk melakukannya, maksiat apa saja yang sudah kita lakukan dan kita belum bertaubat darinya atau bahkan masih terus-terusan melakukannya. Ini semua akan menjadikan kita semakin menyadari kekurangan-kekurangan pada diri kita dan apa solusi terbaik untuk memperbaiki kekurangan tersebut.
Bahkan jika kita ingin introspeksi diri kita lebih dalam lagi kita bisa bertanya kepada hati kita, sudah ikhlaskah kita dalam beribadah? Sudahkah kita mengabdikan diri kepada Allah sebagaimana mestinya?? Sejauh mana kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya?? Tuluskah cinta kita kepada Allah dan Rasulnya?? Apa pembuktian kita terhadap kecintaan tersebut?? Sudahkah kita menjadi orang yang dicintai oleh Allah dan rasulnya?? Siapkah kita jika suatu waktu malaikat datang menjemput?? Marilah kita bertanya kepada diri sendiri tentang semua ini lalu kita jawab dengan jujur dari lubuk hati yang paling dalam, insyallah dengan introspeksi diri seprti ini akan menjadikan hati kita lembut dan takut kepada Allah SWT serta menambah kita semangat baru untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat!!!
Insyallah bersambung… …
Penyusun: Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet