Ingat Azab, Jiwa Menolak Zina

Ar-Rabi’ bin Khaitsam رَحِمَهُ اللهُ termasuk tabi’in generasi awal, salah satu murid Ibnu Mas’ud رَضيَ اللهُ عَنْهُ, hidup bersamanya dalam waktu yang lama, hingga ketika Ibnu Mas’ud رَضيَ اللهُ عَنْهُ melihat kebersihan hati dan ketakwaannya. Ibnu Mas’ud رَضيَ اللهُ عَنْهُ berkata, “Abu Yazid, seandainya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melihatmu, niscaya beliau mencintaimu.” Ini adalah sekelumit tentang seorang tabi’in, ar-Rabi’ bin Khaitsam رَحِمَهُ اللهُ.
Sekarang kita mulai kisah ini. Di kota tabi’in mulia ini, hidup orang-orang yang tidak seperti manusia pada umumnya, akan tetapi mereka adalah setan dari kalangan manusia. Mereka merencanakan sebuah makar jahat terhadap ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ dan ingin menjalankannya. Apa makar jahat tersebut ? Orang-orang busuk itu menemui seorang wanita yang kesohor dengan kecantikan dan kemolekannya. Mereka memintanya merayu ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ dan menciumnya. Wanita tersebut menyanggupi dengan penuh suka cita. Dia menjanjikan, “Kalian akan mendapatkan lebih dari ciuman.”
Wanita penggoda ini pun mengenakan pakaiannya yang paling indah, paling terbuka dan menggoda, dia juga memakai wewangian dan parfum paling bagus yang dia punya.
Saat ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ keluar dari masjid, wanita penggoda itu sudah menunggu di salah satu sudut jalannya. Dia memperlihatkan tubuhnya, sehingga terlihatlah keindahan dan kecantikan tubuhnya yang meracuni otak dan menawan hati. Pada saat itu, ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ mengingat azab Allah bagi siapa yang melakukan dosa besar ini. Maka jiwanya yang suci dan pribadinya yang bersih menolak melakukan perbuatan kotor itu.
Wanita itu mendekat agar ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ bisa melihat kecantikannya yang menggoda dan mencium aroma tubuhnya yang harum. Dia mendekat dan membuka sebagian pakaiannya. Maka ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ berkata dengan penuh kemuliaan dan memelihara kehormatan diri,
“Bagaimana dirimu bila kamu diserang demam yang merubah warna kulit dan kecantikanmu ?
Bagaimana dirimu bila Malaikat Maut datang kepadamu lalu dia memutuskan urat lehermu ?
Bagaimana kamu manakala Malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadamu ?
Bagaimana dirimu dan bagaimana dirimu ?
Sesudah nasehat yang mendalam ini, setelah kalimat-kalimat Rabbani yang mengguncang gunung-gunung dan memecahkan batu karang ini, apa yang terjadi ?



Apa yang wanita cantik itu lakukan ?
Apakah dia semakin berani membuka pakaiannya untuk menggoda ar-Rabi’ رَحِمَهُ اللهُ dan mendapatkan 1000 dirham ?
Atau apa yang terjadi ?
Para pembaca sekalian…
Mungkin Anda tidak percaya, tetapi ini benar adanya, wanita tersebut berteriak sekuat-kuatnya lalu jatuh pingsan. Setelah sadar, dia pun bertaubat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dengan taubat nasuha, dia mulai beribadah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dengan sebenar-benarnya, shalat malam dan berpuasa untuk melebur kesalahan-kesalahannya, hingga saat dia meninggal, orang-orang berkata bahwa dia seperti pangkal pohon yang terbakar, karena bersungguh-sungguhnya dia dalam ibadah dan puasanya. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى merahmatinya dengan rahmat yang luas. Barangsiapa yang bertaubat, maka Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mengampuninya. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا [الفرقان : 70]

“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Furqan : 70)
Pembaca yang mulia…
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dengan rahmatNya yang luas dan ampunanNya yang besar, tidak hanya mengampuni dosa saja, akan tetapi Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى menambahkan dari karuniaNya, keburukan sebelum taubat Dia سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ganti dengan kebaikan, dan satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى merahmati seorang tabi’in yang mulia, ar-Rabi’ bin Khaitsam, ikon kebersihan hati dan kesucian jiwa. (Kitab at-Tawwabin)
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Suwar Min al-Iffah, Muhammad bin Abdurrahman al-Ajmi, ei, hal. 52-56

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *