Para ulama adalah penerus para Nabi dalam dakwah dan perjuangannya membela agama. Bahkan mereka adalah pewaris ilmu para nabi, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ
“Para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu.” (HR. Tirmidzi)
Dan masih banyak lagi nash-nash baik dari hadits ataupun Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kemuliaan ulama.
Namun, itu tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk berbuat salah dan lupa, karena mereka tidak ma’shum sebagaimana para Nabi.
عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak Adam adalah orang-orang yang pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang pernah melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, no. 2499, Ibnu Majah, no. 4251, dan Ahmad, 3:198)
Karenanya amar ma’ruf nahi munkar tidak terbatas kepada orang umum saja, tetapi juga kepada ulama bilamana mereka terjatuh kepada kesalahan, atau berpendapat yang menyelisihi Al-Qur’an dan sunnah. Tentunya cara dan adab kepada ulama berbeda dengan orang umum, dan memberitahu mereka jika mereka salah bukan berarti mengurangi rasa hormat terhadap mereka.
Memberitahu ulama jika mereka salah adalah hal yang menjadi keharusan bagi orang yang mengetahui kesalahannya, bahkan hal itu lebih penting dan utama dibanding amar ma’ruf kepada orang umum. Jika orang biasa melakukan kesalahan atau meninggalkan suatu kewajiban maka permasalahannya hanya menyangkut dirinya, namun jika ulama salah dan tidak ada yang menegur, maka kesalahannya akan ditiru oleh orang lain yang menigkutinya karena ia akan mengiranya benar.
Seorang ulama yang sholeh pasti senang ketika ada yang memberitahunya tentang kekhilafannya. Bahkan para ulama terdahulu berpesan bilamana ada pendapatnya yang menyelisihi Al-Qur’an dan sunnah untuk ditinggalkan dan mengambil pendapat yang sejalan dengan Al-Qur’an dan sunnah. Misalnya Imam Syafi’i dalam perkataan beliau yang masyhur sebagimana yang dinukilkan oleh Imam Nawawi:
إِذَا وَجَدْتُمْ فِيْ كِتَابِيْ هَذَا خِلَافَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقُوْلُوْا بِالسُّنَّةِ وَدَعُوْا قَوْلِيْ
“Jika kalian menemukan di dalam kitabku ini sesuatu yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka ambillah sunnah Nabi dan tinggalkanlah pendapatku.”
Imam Malik bin Anas juga berkata:
كُلٌّ يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِهِ وَيُرَدُّ إِلَّا صَاحِبُ هَذَا الْقَبْرِ
“Semua orang perkataaannya bisa diterima atau ditolak, kecuali pemilik kuburan ini (Nabi shallallahu alaihi wa sallam).”
Memberitahu seorang ulama atau seorang ustadz bukanlah berarti mengurangi rasa hormat kepada mereka, dengan syarat disampaikan dengan cara yang santun dan penuh etika.
Dan yang penting juga adalah menyampaikannya secara pribadi dan tidak terang-terangan didepan umum kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. Ulama salaf berkata:
مَنْ نَصَحَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ نَصَحَهُ، وَمَنْ نَصَحَ أَخَاهُ عَلَانِيَّةً فَقَدْ فَضَحَهُ
“Barangsiapa menasehati saudaranya sembunyi-sembunyi maka ia telah menasehatinya, dan barangsiapa menasehati saudaranya terang-terangan maka ia telah mempermalukannya.”
Tidak masalah kiranya harus dengan menunjukkan dalil dan argumen dalam bentuk diskusi selama dengan cara yang baik dan santun, karena mungkin ulama tersebut memiliki penafsiran yang berbeda dengan kita.
Yang harus diingat adalah hendaknya seorang muhtasib kepada ulama untuk menjaga niatnya agar selalu ikhlas mengharap ganjaran hanya dari Allah ta’ala. Karena kembalinya seorang ulama kejalan yang lurus atau menarik perkataannya jika ia salah akan diikuti oleh ummat, sehingga seorang muhtasib yang telah menyampaikan kebenaran kepadanya akan mendapatkan pahala ulama tersebut dan orang-orang mengikutinya. Wallahu a’lam
Penyusun : Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet