Seorang murid bertanya kepada gurunya, “betapa banyak kita berbuat maksiat kepada Allah, tapi kenapa Allah tidak menghukum kita?”
Maka sang guru menjawab, “berapa kali Allah menghukummu namun kau tak menyadarinya? Bukankah ia mencabut kenikmatan beribadah darimu?.”
Tiada seseorang yang diberi musibah yang lebih berat dibanding hati yang keras.
Sebenarnya hukuman terberat yang dapat kita dapatkan dari berbuat maksiat adalah sedikit mendapatkan taufik untuk mengerjakan amalan-amalan baik.
Tidakkah hari-harimu berlalu tanpa engkau membaca Al-Qur’an?
Tidakkah malam-malam yang panjang berlalu tanpa engkau bangun dan shalat malam?
Tidakkah waktu-waktu mulia (Ramadan, 6 hari di Bulan Syawwal, 10 Dzulhijjah, dll) berlalu sedang engkau tidak mendapatkan taufik untuk mempergunakannya sebagaimana mestinya? Hukuman apalagi yang lebih berat dari ini?
Bukankah engkau merasa berat untuk mengamalkan ketaatan? Bukankah lidahmu mencegah diri untuk berdzikir kepada Allah?
Bukankah engkau merasa lemah dihadapan syahwat dan hawa nafsu? Tidakkah engkau teruji dengan cinta harta, tahta, dan pamor? Hukuman apalagi yang lebih berat dari ini?
Bukankah engkau begitu mudah untuk menggunjing dan menukil perkataan manusia kepada yang lain?
Bukankah engkau telah dilupakan tentang urusan akhirat sedang urusan dunia dijadikan sebagai pusat perhatianmu? Hukuman apalagi yang lebih berat dari ini?
Ini semua hanyalah beberapa bentuk hukuman Allah,
Hati-hatilah! Karena hukuman Allah yang teringan adalah ketika ia tampak atau terasa dalam harta, anak ataupun kesehatan.
Sedangkan hukuman terberatnya adalah hukuman didalam hati yang tak tampak atau terasa.
Maka mohonlah kepada Allah ampunan untuk dosa-dosamu.
Penulis: Arinal Haq