Ditengah keguncangan ekonomi disebabkan Pandemi Covid-19 ini, masyarakat harus semakin menelan ludah karena merebaknya kasus penipuan, dari penipuan materi secara langsung, melalui topeng donasi, hingga merugikan kehormatan. Jelas ini layaknya memancing di air keruh, ketika masyarakat sedang sangat kesusahan, ternyata masih ada orang-orang yang tidak berhati yang bukannya membantu, namun malah menipu.
Menipu/berbohong di dalam Islam sangatlah besar dosanya, karena ia termasuk ke dalam ciri-ciri kemunafikan seseorang.
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
“آيَةُ اَلْمُنَافِقِ ثَلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat”.
(Muttafaq Alaihi)
Lihat, seorang penipu jelas telah mengumpulkan semua sifat kemunafikan dalam dirinya.
Maka berhati-hatilah wahai saudaraku ketika bersosialisasi dengan orang yang baru dikenal, karena menipu atau kemunafikan ini bukan perilaku spontan, namun dia telah menjadi sifat karena memang sebelumnya si pelaku telah menjadikan berbohong sebagai kebiasaannya. Sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam:
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Dan sesungguhnya dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan. Dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta.”
(HR Muslim)
Dan janganlah pernah langsung terpesona dengan tampilan luar, karena Allah Ta’ala pun telah mengabarkan, bahwa orang-orang munafik itu tampilan luarnya sangat mengundang decak kagum, sehingga orang-orang yang tidak teliti akan mudah terjerat. Sesuai dengan firman-Nya:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا۟ تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ ٱلْعَدُوُّ فَٱحْذَرْهُمْ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?”
(QS Al Munafiqun:4)
Maka dari itulah, mulai saat ini, mulailah selektif dan teliti lebih maksimal ketika bertransaksi dengan orang yang baru dikenal apalagi bahkan tidak dikenal, jangan mudah percaya hanya karena cara bicaranya yang meyakinkan dan lain sebagainya.
Allah Ta’ala berfirman memberikan cara:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian”.
(al-Hujurât/49:6)
Ya, telitilah setiap berita! Lihat track recordnya, apakan dia benar seorang yang amanah atau terkesan ada yang ditutup-tutupi.
Untuk itu, janganlah tergesa-gesa.
Maka dari itu, orang-orang bijak memberikan petuah agar seseorang jangan sampai mengambil keputusan saat kondisi pikiran sedang emosional, baik itu keadaan sedang senang ataupun sedih.
Dan Nabipun mengajarkan sunnah shalat Istikharah untuk itu.
Semoga Allah Ta’ala menjaga kaum muslimin dan muslimat dimanapun berada.
Muhammad Hadrami
Alumni Fakultas Syariah LIPIA JAKARTA