Segala puji bagi Allah ta’ala sesembahan yang hak, sedangkan sesembahan yang lainnya adalah batil.
﴿ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ﴾
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al-Hajj : 62)
Dialah Dzat yang telah mengutus Rasul-RasulNya dengan membawa kebanaran ajaran agamanya.
﴿هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ﴾
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah : 33)
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad yang telah menyampaikan risalah rabbnya, sehingga kita -ummatnya- dapat mengetahui dan membedakan antara yang hak (yang benar) dan yang batil (yang salah).
Maka, sunggguh ini adalah nikmat yang agung yang selayaknya kita syukuri. Di antara bentuk kesyukuran kita atas nikmat ini adalah senantiasa mengkaji dan terus mengkaji kitabNya, risalah yang telah disampaikan oleh RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut. mentadabburinya dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang disebutkan didalamnya.
Saudaraku…
Di antara kisah yang Allah sebutkan di dalamnya adalah kisah tentang Nabiyullah Musa dan Fir’aun, yang mengisahkan tentang pertarungan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah). Kisah yang Allah kisahkan kepada kita di dalam kitabNya adalah kisah yang benar sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
﴿نَتلُواْ عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَىٰ وَفِرعَونَ بِٱلْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ﴾
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Qashash: 3)
Saudaraku…
Fir’aun sebagaimana Allah menyebutkan beberapa karakternya di dalam kitabNya, ia adalah sosok diktator yang paling buruk, seorang raja dari Mesir. Dia kufur karena mengingkari wujud Allah Yang Maha Tinggi secara nyata. Allah berfirman tentangnya,
﴿فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى﴾
“Maka dia (yakni, Fir’aun) mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya . (Seraya) berkata: ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi’.” (QS. Al-Nazi’at: 23-24).
﴿وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرِى …﴾
“Dan berkata Firaun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku”.” (QS. Al-Qashash : 38)
Dia berbuat aniaya terhadap kaum Bani Israil, kaum yang lebih baik dari dirinya pada zaman itu, menimpakan kepada mereka siksa yang sangat pedih:
﴿إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلاَ فِي ٱلأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعاً يَسْتَضْعِفُ طَآئِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَآءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ﴾
“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 4)
Adapun Musa ia terlahir pada tahun dibunuhnya bayi lelaki yang terlahir. Maka ibu Nabi Musa sangat khawatir dan takut jika bayinya yang pada usia balighnya kelak akan mendapat wahyu ini akan terbunuh ditangan tentara Fir’aun, dia akan menjadi pemimpin umat.
Bayi yang kecil mungil, masih menyusu ini, yang sangat dikhawatirkan oleh ibunya karena ancaman pedang Fir’aun telah mendapat pemeliharaan Allah, sebagaimana penjagaan Allah terhadap para nabi dan rasulNya:
﴿…ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِيٓ﴾
“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS. Thaha: 39).
Maka Allah membukakan hati istri Fir’aun sebelum pintu benteng dan istana terbuka, anak tersebut besar di dalam didikan orang yang justru menjadi musuh baginya. Lalu Musa ‘alaihis salam keluar dari istana Fir’aun dengan suatu ujian:
﴿وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا ٱلْمَدِينَةِ يَسْعَىٰ قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَٱخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ﴾
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”.” (QS. Al-Qashash: 20).
Setelah itu dia tumbuh dewasa lalu menikah dengan maskawin menggembala kambing. Pada saat dirinya telah dewasa, sempurna akalnya dan siap mengemban risalah Allah ta’ala mewahyukan kepadanya. Dan dia didukung oleh saudaranya Harun sebagai pendukung dirinya dalam berdakwah, Allah memerintahkan kepadanya,
﴿فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولُ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ١٦ أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِيٓ إِسْرَٰٓءِيلَ﴾
“Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu: ‘Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam. Lepaskanlah Bani Israel (pergi) beserta kami’.” (QS. Asy-Syu’ara: 16-17)
Maka Fir’aun terlaknat menyambut mereka dengan sikap mengingkari Allah subhanahu wa ta’ala:
﴿قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ قَالَ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَآ ۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ﴾
“Firaun bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu?”. Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”.” (QS. Asy-Syu’ara: 23-24).
Lalu perdebatan berlangsung alot dan berubah menjadi perdebatan dalam bentuk lain, Fir’aun mengumpulkan para tukang sihirnya agar membuat tipu daya terhadap Musa namun Allah selalu mengawasi mereka:
﴿وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوٓاْ إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ ٱلْغَٰلِبِينَ – قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ﴾
“Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan : ‘Apakah sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?’. Firaun menjawab: ‘Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)’.” (QS. Al-A’raf: 113-114).
Mereka adalah para tukang sihir yang ahli:
﴿قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلْقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحْنُ ٱلْمُلْقِينَ ١١٥ قَالَ أَلْقُواْۖ فَلَمَّآ أَلْقَواْ سَحَرُوٓاْ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَآءُو بِسِحْرٍ عَظِيمٍ ١١٦﴾
“Ahli-ahli sihir berkata: ‘Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?’. Musa menjawab: ‘Lemparkanlah (lebih dahulu)!’. Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).” (QS. Al-A’raf : 115-116).
Namun Fir’aun dan rakyatnya, serta para tukang sihir dan dukun dikagetkan dengan sebuah peristiwa,
﴿وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ ١١٧ فَوَقَعَ ٱلْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ١١٨ فَغُلِبُواْ هُنَالِكَ وَٱنقَلَبُواْ صَٰغِرِينَ ١١٩﴾
“Dan kami wahyukan kepada Musa: ‘Lemparkanlah tongkatmu!’. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (QS. Al-A’raf: 117-119)
Walaupun peristiwa yang lebih menggegerkan dan mengejutkan belum memuncak, akan tetapi suasana semakin memanas pada saat seluruh tukang sihir yang didatangkan oleh Fir’aun beriman kepada Allah ‘azza wa jalla:
﴿وَأُلْقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ١٢٠ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ١٢١ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ﴾
“Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: ‘Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun’.” (QS. Al-A’raf: 120-122).
Maka Fir’aunpun mulai mengancam dan menindak mereka:
﴿لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَٰفٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ ١٢٤﴾
“Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuany.” (QS. Al-A’raf: 124).
Dalam waktu yang sangat singkat mereka berubah mengumumkan keimanan mereka secara jujur dan terang-terangan dari kekafiran sambil menantang diktator yang paling jahat di atas permukaan bumi. Penyampaian risalah saling bergantian antara Nabi Musa dan saudaranya, dan tekanan Fir’aun terhadap Musa dan saudaranya berjalan sampai kisah tersebut berakhir dengan apa yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Musa ‘alaihis salam agar mereka berjalan pada malam hari dari Mesir dan Fir’aun sangat bingung dengan perkara tersebut. Maka diapun mengirim berita kepada seluruh penjuru Mesir agar rakyat berkumpul. Kemudian Fir’aunpun mengumpulkan bala tentaranya dan berjalan menuju arah yang dilalui oleh Musa, yaitu laut merah:
﴿فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ ٦١﴾
“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: ‘Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul’.” (QS. Asy-Syu’ara: 61).
Lautan dihadapan kita, jika kita melewatinya maka kita akan tenggelam padanya, sementara Fir’aun dan kumnya berada di belakang kita, jika kita berhenti maka mereka akan menangkap kita. Maka Musa menegaskan dengan lisan seorang Mu’min yang yakin dan percaya dengan janji, pertolongan dan rahmat Tuhannya:
﴿قَالَ كَلَّآ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ ٦٢﴾
“Musa menjawab: ‘Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku’.” (QS. Asy-Syu’ara: 62)
Pada saat Nabi Musa telah sampai di lautan maka Allah memerintahkan kepadanya untuk memukul laut tersebut dengan tongkatnya, maka lautan tersebut terpecah menjadi dua belas jalan. Maha Suci Allah, di tanganNyalah segala sesuatu dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu pada saat Musa dan kaumnya berjalan melewati laut merah yang telah terbelah tersebut, seakan mereka berjalan di atas padang pasir maka Fir’aun pun ikut mengejar melewati jalan yang sama, lalu pada saat mereka telah sampai di tengah lautan Allah memerintahkan agar lautan tersebut kembali seperti keadaannya yang semula, maka laut itupun menghantam Fir’aun dan bala tentarannya sehingga menenggelamkan dan membinasakan mereka semua.
Demikianlah akhir tumbangnya kebatilan, dedengkotnya dan para pengikutnya.
Allah menyelamatkan para pengikut kebenaran dan yang memperjuangkannya, yaitu Nabiyullah Musa beserta para pengikutnya. Peristiwa ini terjadi para hari ‘Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orag Yahudi tengah berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka, beliau pun bersabda kepada mereka, hari apakah ini yang kalian berpuasa di dalamnya? Mereka pun menjawab ini merupakan hari yang agung di mana pada hari itu Allah menyelematkan Musa beserta kaumnya dan Allah menenggelamkan Fir’aun beserta kaumnya. Oleh karenanya, Musa berpuasa sebagai bentuk kesyukurannya. Lalu, kami pun berpuasa. (Mendengar hal tersebut) Rasulullah kemudian bersabda, kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kalian. Maka, Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan (para sahabatnya) untuk berpuasa pada hari tersebut. (HR. Muslim, no. 2714)
Penyusun : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Fans Page hisbah.net