Haramnya Bunuh Diri

Dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

” Barang siapa menjatuhkan diri dari atas gunung, yaitu ia bunuh diri, maka pasti ia masuk Neraka Jahannam ; ia dijebloskan ke dalamnya dan kekal abadi selama-lamanya di dalamnya. Barang siapa meneguk racun, yaitu bunuh diri, maka racunnya berada di tangannya, ia meminumnya di neraka Jahannam kekal abadi selama-lamanya di dalamnya. Barang siapa bunuh diri dengan pisau tajam, maka pisau tajam tersebut berada di tangannya, yang dengannya ia menusuk perutnya di dalam neraka jahannam kekal abadi selama-lamanya di dalamnya.”

(Muttafaqun’alaih : Fathul Bari X : 247 no : 5778, Muslim I : 103 no : 109. Tirmidzi III : 260 no : 260, ‘Aunul Ma’bud X : 354 no : 3855 hanya memuat kalimat yang ada masalah racunnya saja, dan an-Nasai IV : 67)

Dari Jundab bin Abdillah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwa Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ فَجَزِعَ فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ فَمَا رَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَادَرَنِي عَبْدِي بِنَفْسِهِ حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Adalah di antara orang-orang sebelum kalian seorang laki-laki yang terluka. Ia putus asa, lantas mengambil sebilah pisau, lantas memotong tangannya. Ternyata kemudian darahnya mengucur terus hingga tewas. Kemudian Allah berfirman, ‘Ia terburu-buru bunuh diri, Aku haramkan ia masuk Surga (Muttafaq ‘Alaih : Fathul Bari IV : 496 no : 3463 dan Muslim I : 107 no : 113)

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِىَّ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ لَكَ فِى حِصْنٍ حَصِينٍ وَمَنَعَةٍ – قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِى الْجَاهِلِيَّةِ – فَأَبَى ذَلِكَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِلَّذِى ذَخَرَ اللَّهُ لِلأَنْصَارِ فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى الْمَدِينَةِ هَاجَرَ إِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَهَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ فَاجْتَوَوُا الْمَدِينَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَأَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِى مَنَامِهِ فَرَآهُ وَهَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ وَرَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ فَقَالَ غَفَرَ لِى بِهِجْرَتِى إِلَى نَبِيِّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ مَا لِى أَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ قَالَ قِيلَ لِى لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا أَفْسَدْتَ.

فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ وَلِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ »

Dari Jabir-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwa Thufail bin Amr ad-Dausi datang kepada Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah kamu mempunyai benteng yang kokoh dan tangguh ? ” Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda, ‘Itu adalah sebuah benteng milik (bani) Aus di masa Jahiliyah.” Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-enggan menjelaskan ihwal barang yang Allah simpan untuk kaum Anshar itu. Tatkala Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- hijrah ke Madinah, Thufail bin Amr pun hijrah ke sana dan ia ditemani salah seorang dari kaumnya. Ternyata di Madinah mereka tidak kerasan, lantas sakit lalu ia (anak buahnya Thufail itu) putus asa. Kemudian mengambil anak panah bermata lebar miliknya, lalu dengannya ia memotong ruas jarinya, kemudian mengalirlah darah dari kedua tangannya hingga ia tewas. Kemudian Thufail bin Amr bermimpi melihatnya dalam pernampilan yang menarik, dan dia (Thufail) melihat ia menutup kedua tangannya. Kemudian ia bertanya kepadanya, “Apa yang dilakukan Rabbmu terhadapmu ?” Jawabnya, ‘Dia telah mengampuniku karena aku telah berhijrah kepada NabiNya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.” Thufail bertanya, “Mengapa aku melihatmu (dalam mimpi) menutup kedua tanganmu ?” Dia menjawab, “Dikatakan kepadaku,’Kami tidak akan sama sekali memperbaiki apa yang telah kamu rusak.” Kemudian thufail menyampaikan mimpi tersebut kepada Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, lantas Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa pada kedua tangannya.” (Shahih : Mukhtashar Muslim no : 97, dan Muslim I : 108 no : 116)

Wallahu A’lam

Sumber :

Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil Aziz, Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, e.i. hal 857-858

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *