Anda pernah bukan mendengar kasus seseorang yang memakan jasad manusia yang sudah mati? Bagaimana rasanya anda membayangkannya? Atau cerita tentang suku-suku terasing yang menyerang orang asing dan memakan tubuhnya, mengerikan bukan?
Tentu sangat mengerikan, namun tahukah anda saudara muslim bahwa ada satu sifat jelek manusia yang diibaratkan oleh Allah layaknya kanibalisme atau memakan mayit manusia, yaitu ghibah atau bergosip dalam bahasa keseharian kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمُ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُم أَنْ يَأكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۚ وَاتَّقُوْا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوّابٌ رَحيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Pasti kita bertanya-tanya mengapa bergosip bisa diibaratkan semenjijikkan itu, maka ketahuilah bahwa ketika seseorang membicarakan orang lain, maka tidak akan keluar dari dua kemungkinan, apa itu? Berikut disebutkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخْيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian apa itu ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih tahu’. Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah bersabda: ‘jika yang engkau sebutkan benar ada pada saudaramu maka sungguh engkau telah mengghibahinya dan jika yang engkau katakan tidak ada padanya maka engkau telah menfitnahnya.’” (HR. Muslim no. 2589)
Lihatlah, ketika berghibah secara otomatis anda telah berbuat dosa, jika yang anda katakan benar maka anda telah membicarakan aib pelakunya, dan yang kedua lebih fatal jika yang anda katakan tidak benar maka anda telah menuduh dan menfitnahnya.
Maka anda telah mencemari nama baik seseorang ketika berghibah, dan jika korbannya merasa dirugikan andapun dapat dipidanakan secara hukum.
Maka lihatlah efek buruk aktivitas seperti ini yang pada akhirnya hanya akan merugikan diri sendiri dan mencemari nama baik sendiri karena kemudian akan dikenali sebagai seorang pengumbar aib dan penuduh orang lain.
Maka hendaklah seseorang berlaku jujur dalam berinteraksi dengan sesama, jika ada keluhan maka sampaikanlah secara langsung dan pribadi, bukan membicarakannya dibelakang atau menghardiknya di muka umum.
Jadilah seorang pribadi yang jika tidak dapat memberikan kebaikan, sekurang-kurangnya jangan menjadi sumber masalah.
Obatilah penyakit hati, karena seringnya gosip terjadi karena hati yang hasad dan iri atas orang lain, obatilah dengan merenungi konsep rejeki bahwa masing-masing sudah memiliki rejekinya dan tidak akan tertukar, sehingga tidak perlu harus saling menjelekkan untuk menarik simpati orang lain dsbg.
Terakhir, hiasilah gerak-gerikmu dengan takwa, bahwa apa yang engkau lakukan dan katakana, ada Dzat Mahatinggi yang selalu mengawasimu.