Gengsi dan Enggan Patuh kepada Suami

« أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ »

Maukah kamu aku beritahukan kepadamu tentang sesuatu yang terbaik yang disimpan oleh seseorang (suami) ?

Hal itu adalah wanita (istri) yang Shalehah.

Apabila sang suami memandang kearahnya, sang istri pun menyenangkannya.

Apabila  sang suami memerintahnya, sang istri pun mentaatinya.

Apabila sang suami sedang tidak ada di sisinya, sang istri pun menjaganya. [1]

**

Problem selanjutnya adalah istri merasa tinggi hati dan memandang kepatuhan dirinya kepada suami sebagai satu bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap eksistensinnya.

Pandangan keliru dan salah ini muncul lantaran seringnya wanita menyaksikan film dan sinetron, serta mendengar pemikiran-pemikiran yang diimpor dari negeri-negeri kafir yang memberi inspirasi kepada wanita bahwa dirinya seperti laki-laki. Ia berhak bertindak seperti laki-laki dan di antara haknya adalah ia boleh mengerjakan segala hal yang biasa diperbuat kaum lelaki. Juga, bahwa lelaki tidak memiliki kekuasaan atas dirinya.

Agama Islam memberikan hak kepemimpinan kepada lelaki sesuai firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- :

…وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ … [البقرة : 228]

“…Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya…” (al-Baqarah : 228)

Ini bukan berarti melebihkan lelaki daripada wanita, tapi memikulkan tanggung jawab di pundaknya. Kehidupan rumah tangga tidak akan berjalan dengan baik kecuali istri mau menaati suaminya. Inilah jalan meraih kesuksesan rumah tangga. Istri harus mendengar dan menaati suaminya (dalam urusan-urusan yang tidak bertentangan dengan syariat). Dengan demikian berarti ia telah menempuh seperempat jalan menuju Surga, sebagaimana sabda Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -,

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan)nya, memelihara kemaluannya (kehormatan) dan menaati suaminya, dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam Surga dari pintu Surga manapun yang engkau kehendaki.’” (HR. Ahmad)

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Al-Mafatih Adz-Dzahabiyah li Ihtiwa Al-Musykilat Az-Zaujiyah, Nabil bin Muhammad Mahmud. Dengan sedikit tambahan.

Amar Abdullah bin Syakir

 

Catatan :

[1] HR. al-Hakim di dalam al-Mustadrak, no. 3281. Dan, ia berkata, ‘Ini hadis shahih al-Isnad dan keduanya (imam al-Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengeluarkannya).

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *