Gelisah Karena Berbuat Maksiat

Maksiat adalah lawan dari taat kepada Allah SWT, orang yang melakukan maksiat berarti ia telah keluar dari ketaatan kepada Allah dan menyelisihi perintah atau larangan Allah SWT. Setiap maksiat yang dilakukan oleh seseorang hanya akan menyisakan penyesalan baik cepat maupun lambat walaupun pada awalnya ia terasa nikmat. Maksiat sendiri memiliki dampak-dampak negatif bagi pelakunya baik jiwa, fisik, psikis dan lainnya.

Berikut kami petik salah satu dampak negatif dari perbuatan maksiat yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Kitab ‘Al-Jawabul Kafi’.

Ibnul Qayyim berkata:

“Diantara hukuman didunia yang Allah SWT berikan kepada pelaku kemaksiatan adalah rasa gelisah dan kekhawatiran di dalam hati. Sedangkan ketaatan kepada Allah adalah benteng yang terkuat, siapa saja yang memasukinya maka ia akan merasakan keamanan, dan siapa saja yang keluar dari benteng tersebut maka ia akan dikelilingi oleh hal-hal yang akan membuatnya tidak tenang.”

Allah SWT memberi atau mencabut ketenangan dan ketentraman hati bagi siapa saja yang Ia kehendaki. Ia akan senantiasa memberi ketenangan kepada para wali-walinya baik di dunia ataupun di akhirat, Allah SWT berfirman:

أَلَا إِنَّ أَولِيَاءَ ٱللَّهِ لَا خَوفٌ عَلَيهِم وَلَا هُم يَحزَنُونَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62).

Orang yang taat dan dekat kepada Allah SWT yakin bahwa Allah bersamanya dalam setiap keadaan baik suka ataupun duka, jika Allah sudah bersamanya maka apalagi yang harus ditakutkan?? Toh semua yang terjadi atas izin Allah, andai Allah memberinya cobaan yang tidak disenanginya mungkin karena ada hikmah dibaliknya. Dan ini terbukti!!!

Ketika para penyihir Fir’aun beriman kepada Nabi Musa as mereka diancam oleh Fir’aun, ia berjanji akan memotong tangan dan kaki mereka kemudian menyalib mereka di pohon kurma, namun apakah mereka mereasa takut?? Tidak!! Mereka tetap merasa tenang dengan keimanan yang sudah mengakar di hati mereka. Mereka yakin bahwa harta, jiwa, usia semuanya milik Allah SWT, dan Ia berhak mengambilnya kapan saja Ia berkehendak.

Pada awal-awal masa islam betapa banyak sahabat yang disiksa oleh orang kafir Mekah, namun iman mereka tidak goyah sedikitpun, walau mereka diancam dengan berbagai macam siksaan mereka tetap merasakan ketenangan jiwa dalam keimanan karena mereka yakin bahwa itu adalah ujian iman yang harus mereka lalui dengan tegar.

Demikianlah kedaan orang-orang yang senantiasa taat dan mendekat kepada Allah SWT, Mari kita bandingkan dengan orang yang berbuat maksiat, walau dia meiliki semua harta benda yang ada di dunia ia akan tetap merasa khawatir. Fir’aun yang memiliki kerajaan harta benda, dan prajurit senantiasa merasa khawatir akan kerajaannya, ia takut lahir seorang bayi dari Bani Israil yang kelak akan menjadi kehancuran bagi kerajaan dan kekuasaannya, semua harta benda dan bala tentara yang dimilikinnya tetap tidak memberinya ketenangan hati, karena hanya Allahlah yang bisa memberi ketenangan kepada siapa saja yang dikehendakinya.

Masih banyak lagi contoh-contoh lainnya, orang yang berbohong akan selalu merasa takut jika ia ketahuan berbohong, orang yang menggunjing orang lain akan merasa khawatir jika pembicaraannya sampai kepada orang yang digunjing, orang yang mencuri akan selalu merasa takut jika ia ketahuan mencuri, orang yang berzina akan selalu merasa khawatir jika orang tahu kalau ia berzina, pejabat yang korupsi juga akan senantiasa merasa tidak tenang takut ketahuan kalau ia sudah makan harta rakyat dan begitu seterusnya.

Maksiat hanya akan memberikan kenikmatan sesaat lalu itu penyesalan yang jauh lebih lama dibanding saat-saat ia menikmati maksiat. Sungguh indah perkataan seorang saaf yang berkata:

“jika engkau merasa letih mengamalkan ketaatan maka ingatlah bahwa keletihanmu hanyalah sementara, sedang pahalamu akan kekal, dan jika engkau lelah berbuat maksiat, maka ingatlah bahwa keletihanmu berbuat maksiat sementara namun dosa perbuatanmu kamu akan kekal.”

Wallahu a’lam

Penyusun: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *